NovelToon NovelToon
Alvaro'S Diary

Alvaro'S Diary

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:890
Nilai: 5
Nama Author: Wèizhī

Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.

Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Hari yang penuh dengan rintikan air hujan. Sebuah hari dimana keluarga Gintara tengah dalam kondisi untuk menahan emosi mereka yang tengah meluap.

Xavier, menatap sendu ranjang yang diatasnya terdapat Alvaro yang tengah terbaring sekarat. Banyak alat yang tertanam disana. Alat-alat tersebut memenuhi ruangan pasien di rumah sakit tersebut. Mencoba membangu Alvaro melewati masa kritis, dimana nyawanga bisa terancam kapan saja.

Ceklek-

Pintu kamar terbuka, tampak sosok dua sejoli yang menghampiri Xavier. Pria itu menepuk pundak anaknya pelan dan dengan tatapannya tersirat kalimat “Istirahatkan tubuhmu.,” Xavier hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun, lalu ia menatap sang ayah dengan tatapan nya yang sulit diartikan.

“Ayah… Kau tak akan membiarkannya, kan?!“ Tanya nya dengan tekanan pada Ayahnya, Samuel.

Ayah Samuel kini beralih memandang remaja itu, Alvaro, yang tengah terbaring lemah. Ia lalu mengepalkan kedua lengannya dengan rahangnya yang mengeras, tanda ia tengah menahan emosi nya sekuat tenaga.

“Ya!,” jawabnya singkat namun penuh penegasan.

“Xavier… cukup Angga. Kau jangan seperti ini, istirahatlah, nak.,” ucap sang Bunda, Lily.

Angga yang biasanya cerah ceria itu kini terlihat suram. Ia tak ada di rumah sakit bersama keluarganya yang lain. Kini ia berada di kamarnya yang tak ada sedikitpun cahaya meski dari lampu. Ia begitu terpukul dan sakit kala melihat kondisi mengenaskan Alvaro. Tanpa ia sadari ia meneteskan air matanya sembari menengadahkan kepalanya keatas, menatap langit-langit kamarnya yang gelap.

Sedangkan Xavier hanya mengangguk. Cukup adiknya yang terpukul sampai mengunci diri. Ia sebagai kakak tertua harus bisa mengendalikan emosinya dan menyelesaikan semuanya secara tuntas. Xavier membiarkan Angga yang seperti itu, karena dia juga membutuhkannya untuk ketenangan. Jika Angga tak melakukannya, ia yang akan melakukannya dan Angga yang akan bersikap tegas. Semua harus seimbang.

“Kapan dia bangun?,” tanya Xavier pada ayahnya.

“Dokter bilang luka nya cukup parah. Bahkan luka di kepalanya pun demikian. Jika dia bangun… dia akan memiliki trauma.,” jawab Ayah Samuel yang di akhir kalimatnya ia merendahkan nada suaranya karena merasa getir.

Samuel menatap Xavier, ia lalu mengusap surai hitam anaknya itu penuh perhatian.

“Semuanya sudah selesai, Boy. Ayahmu ini akan membalas mereka berkali lipat!“ Tegas Ayah Samuel yang di angguki oleh Xavier.

—-

Beberapa minggu telah terlewati, dan Alvaro masih tak ada tanda ia akan bangun. Remaja manis itu masih nyaman dengan tidur lelapnya. Ia tak ingin bangun dari mimpi yang indah. Dokter terus datang sesuai jadwal pemeriksaannya. Setiap kali pemeriksaan dilakukan, pasti ada hal baru terkait kondisi tubuh Alvaro.

Hal baru itu adalah dimana kondisi tubuh Alvaro mengalami kesembuhan total fisik secara perlahan. Ada kala nya juga saat Alvaro mengalami kejang dan harus segera di tangani. Setiap harinya dipenuhi rasa gelisah tersendiri.

Namun untungnya hari ini Alvaro tampak baik-baik saja menikmati tidurnya. Xavier yang melihat itu tersenyum. Angga memang tak jarang melihat Xavier tersenyum, tapi ini pertama kalinya untuk orang selain dirinya dan ibunya. Angga lalu menggenggam lengan Alvaro dengan lembut.

“Bang… Alvaro akan baik-baik saja, kan?,” tanya Angga tanpa menoleh kearah abangnya itu dan tatapan matanya terus fokus pada sosok Alvaro.

“Pasti, dan itu harus!,” jawab Xavier penuh penekanan dan Angga hanya mengangguk.

“Mereka harus menerima balasannya!,” gumam Angga dengan kesal

“Angga. Jika ingin membalasnya, harus secara perlahan agar mereka menderita, kan.,” ucap Xavier penuh arti sembari menatap Angga intens.

“Tentu saja harus begitu~ Tunggu saja, aku akan membuat mereka menderita dan mereka akan memohon untuk segera di bunuh!“ Angga tampak bukan seperti dirinya, ia terlihat dingin dengan pandangan lurus kedepan. Aura yang dipancarkannya berbeda dan Xavier tersenyum bangga melihat hal itu. Kedua adik kakak itu tersenyum menyeringai menantikan keluarga Ardiwinata merangkak dibawah mereka.

Memusnahkan Ardiwinata bukanlah hal yang sulit bagi Gintara yang merupakan terhebat se-Asia dalam hal Usaha dan Dunia Bawah. Namun meskipun begitu, Gintara masih pada posisi ke-3 dalam hal mengenai dunia bawah. Namun tetap saja, itu lebih dari cukup untuk membuat Ardiwinata tak berkutik didepan mereka.

—-

Dua bulan berlalu dan kondisi kritis Alvaro telah ia lewati. Kini semua anggota keluarga berkumpul termasuk para Tetua Gintara, yakni Luan Gintara dan Hanasya Gintara, mereka seringkali dipanggil dengan sebutan Opa dan Oma oleh cucu-cucu mereka.

Kedua tetua itu sudah mendengar semuanya dari Samuel. Awalnya mereka menentang keputusan untuk mengadopsi Alvaro. Namun saat mereka mendengarkan cerita dan alasannya dengan seksama dan ketika mereka sudah melihat tampak Alvaro. Mereka menyetujuinya dan juga menjaga Alvaro saat Samuel dan Lily tak ada.

“Opa, kau pulang saja. Disini biar aku yang urus” ucap Angga, ia merasa resah dengan kehadiran dua orang tua itu. Bukannya apa, tapi perilaku Opa dan Oma nya ini sangatlah meresahkan bagi anak yang berstatus 'Cucu' dari mereka.

“No, sayang! Oma dan Opa akan tetap disini menunggu bayi kecil sadar.“ Tolak Oma Hana sembari ia mengupas jeruk.

“Apaan et dah. Sayang—Sayang. Aku bukan anak kecil, Oma!“ Protes Angga tak suka. Ya, saat ini Angga sudah mengoptimalkan emosinya, ia tak lagi terlihat murung seperti sebelumnya.

“Kau itu cucu kami, tentu kami anggap kau anak kecil. Lagi pula, bukankah kau memang 'kecil', ?,” ucap Opa Luan sembari kedua pasang matanya menatap bagian bawah Angga.

“Tidak!!! Kenapa jadi kesana??! Punya ku sama besarnya dengan bang Xavier!,” ucap Angga yang kini wajahnya sudah bersemu merah bak kepiting rebus. Xavier yang mendengar pembicaraan mereka hanya dapat menggelengkan kepalanya dan lalu ia fokus membaca buku sembari duduk ditepi ranjang Alvaro.

“Hoo? Berarti punya mu juga kecil, Xavier?,” tanya Opa Luan sembari tersenyum jahil kearah cucunya itu.

“Tidak” jawab Xavier singkat tanpa menoleh kearah Opa nya itu.

“Kalian! Kenapa membahas hal kotor itu disini?! Dasar kakek tua bau tanah, berhentilah mengganggu cucuku!,” ucap Oma Hana jengkel pada suaminya.

“Hahaha!! Ayolah, jangan terlalu kaku saat menunggu orang. Santai sedikit tak apa, kan.,” ucap Opa Luan sembari tertawa senang saat melihat ekspresi tertekan Angga.

“Huh! Jika bukan kakekku, sudah ku buang ke jurang” gumam Angga kesal.

“Meresahkan” batin Xavier.

“Engghh…”

Terdengar suara rintihan singkat dari seseorang dan sontak hal itu membuat Xavier dan yang lainnya menoleh kearah sumber suara. Itu adalah Alvaro! Ia menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari tidur panjangnya. Xavier langsung menekan tombol untuk memanggil dokter dan perawat masuk.

“Alvaro! Dia sadar, bang?!,” tanya Angga dengan antusias

“Tenanglah” ucap Xavier, meski singkat, tapi ia juga merasa khawatir dan senang disaat bersamaan.

Alvaro perlahan membuka kedua kelopak matanya, ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya yang ada disana. Opa Luan dan Oma Hana sudah berada di samping ranjang Alvaro. Mereka menantikan akan seorang Gintara yang baru.

Ceklek!!!-

Pintu terbuka cukup keras, itu adalah dokter dan perawat yang datang. Mereka langsung meminta keluarga pasiennya itu untuk keluar agar dirinya dapat memeriksa keadaan Alvaro dengan seksama tanpa gangguan.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki, itu suara seseorang yang berlari kencang. Samuel dan Lily, menghampiri keluarganya yang menunggu didepan kamar pasien milik Alvaro. Mereka sudah dihubungi sebelumnya oleh Oma Hana. Tampak ia melihat Xavier yang mondar mandir dengan gelisah meski wajahnya terlihat datar.

“Bagaimana? Apa dia sungguh sudah sadar?,” tanya Samuel pada Xavier.

“Sudah. Dokter tengah memeriksanya” jawab Xavier lalu di angguki oleh Samuel.

“Bunda…,” panggil Angga pada sang Bunda. Sontak, Lily langsung menoleh kearah putra kedua nya itu dan tersenyum hangat.

“Lihat? Dia akan bangun. Tak mungkin Alvaro terus tidur, ia harus melihat keluarga barunya seperti kita yang tak sabar untuk melihatnya dalam keadaan sadar.,” ucap Bunda Lily lembut dan lalu ia mengusap surai hitam kedua putranya secara gantian.

Pintu ruangan terbuka dan dokter serta suster telah keluar. Mereka lalu tersenyum pada keluarga pasien dan mulai menjelaskan mengenai keadaan Alvaro.

“Tuan muda baik-baik saja, namun sepertinya dia mengalami trauma yang cukup dalam. Saat ini kondisi mentalnya terganggu, bukan maksud saya mengatakan bahwa dia 'Gila', tapi untuk berjaga-jaga kami juga akan melakukan pemeriksaan mengenai hal tersebut. Sore nanti kami akan memeriksanya lagi dengan dokter psikiater bersama saya untuk hasil yang maksimal.,” jelas dokter tersebut setelah ia menjelaskan mengenai kondisi Alvaro yang sudah mulai membaik.

Luka ditubuh Alvaro memang sudah mulai sembuh, hanya meninggalkan bekas untuk luka yang dalam saja. Keluarga Gintara mengangguk mengerti, mereka tak akan menghalangi hal tersebut untuk kesembuhan 'Putra Bungus' mereka.

“Apa kami boleh masuk?,” tanya Ayah Samuel pada sang dokter

“Ten-” belum juga membalas secara keseluruhan, Xavier dan Angga sudah nyelonong masuk kedalam tanpa memedulikan para orang dewasa berbicara. Dokter hanya bisa menghela nafas ringan dan tersenyum karir pada mereka.

—-

“Alvaro…,” panggil Angga yang lalu ia memeluk Alvaro yang kini tengah dalam keadaan duduk di ranjangnya itu.

Alvaro tak membalas pelukan tersebut, tatapan matanya kosong. Benar-benar sudah kehilangan cahayanya, semua orang yang melihat itu hanya bisa diam pasrah saja. Ini adalah sikap yang normal bagi seseorang yang mendapatkan trauma.

Angga melepas pelukannya dan menatap lekat mimik wajah Alvaro. Itu terlihat manis dan cantik karena semua luka itu sudah menghilang. Namun sedetik kemudian Alvaro mengeluarkan air mata tanpa suara. Air sebening kristal itu keluar dengan ekspresi wajah datar yang seolah sudah tak mengharapkan apapun lagi.

Xavier dan yang lainnya terkejut, sontak Lily langsung mendekap tubuh remaja itu dan mengelus punggungnya lembut. Ia mencoba memberi ketenangan untuk Alvaro, ia ingin agar anak angkatnya ini dapat merasakan maksudnya itu walau sedikit.

“Nak… tenanglah, sekarang semua sudah aman. Kau bersama kami, ikutlah dengan kami dan jadilah 'Gintara' yang baru” ucap Bunda Lily memberikan senyuman semanis madunya itu, namun Alvaro tak merespon. Dia tetap betah dengan diamnya.

“Alvaro. Aku akan menjagamu, menjadi Abang yang dapat kau andalkan. Semuanya, akan kutangani untukmu.,” ucap Xavier sembari mengusap surai hitam Alvaro.

Semua kalimat penenang datang secara perlahan mulai dari Bunda Lily tadi sampai Opa dan Oma Gintara. Mereka semua memberikan obat penenang berupa kasih sayang dan sentuhan hangat untuknya. Namun sayang… meski fisiknya wujud, namun rohnya tak dapat merasakan perasaan itu. Ia sungguh… sungguh sudah tak mengharapkan apapun lagi dan tak peduli lagi…

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 12...

...✧✧✧✧✧...

1
Unknown
Halo guys. terimakasih mau nyempetin baca karya ku ini. mungkin masih banyak kurangnya dalam beberapa hal, tapi aku usahain ceritanya agar tetap seru. sekali lagi terimakasih sudah mampir. and tinggalkan jejak, oky?! ~
Hebe
Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!
Izuku_Uzumaki
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!