Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Aku akan menikahi Viola
"Er, gue mohon lo nikahin adik gue!!"
Erland langsung berdiri dari duduknya. Kemarin Papinya yang membuat tekanan darah Erland naik, sekarang justru anaknya.
"Vin, lo sahabat gue. Jadi gue mohon jangan sampai ada adu tinju untuk pertama kali di antara kita" Erland masih bisa menahan emosinya.
"Vin, gue mohon. Tadi malam Viola sempat hampir kehilangan nyawanya lagi Er. Tolong Er, sebelum dia pergi untuk selama-lamanya"
Erland sangat tau sifat Vino yang sangat keras. Tapi kali ini dia memohon dengan wajah memelas seperti itu pada Erland.
"Maaf Vin gue nggak bisa. Gimana perasaan istri gue Vin. Dia pasti sakit hati karena gue menikahi wanita lain Vin. Gue mohon lo ngerti"
Permintaan Vino dengan segala kerendahan hatinya, justru mendapatkan jawaban yang amat sangat menyinggung Vino.
"B****sek lo Er!!"
BUG...
Satu pukulan langsung mendarat di rahang Erland setelah makian yang di keluarkan Vino. Dengan kuat Vino menarik kerah kemeja Erland dengan kedua tanganyam
"Lo laki-laki paling b*jat di dunia ini tah nggak!! Lo bilang apa tadi?? Lo takut istri lo sakit hati?? Lo nggak bisa lihat sakit hatinya adek gue setelah lo bohongi selama itu?? Lo berikan harapan palsu sama Vio, setelah itu tanpa rasa bersalahnya lo menikah dengan wanita lain. Setelah melihat adek gue mencoba bunuh diri dan keadaanya sudah kaya gitu, lo masih tidak merasa bersalah??" Erland menghempaskan Vino dengan mendorongnya ke belakang.
"Seharusnya gue sebagai Kakak yang melihat adiknya di perlakukan seperti itu sudah bertindak lebih dari ini. Mungkin gue udah b*nuh lo dari kemarin-kemarin. Tapi gue masih menahannya Er, karena apa?? Karena lo sahabat gue ba**ngan!!"
Bug..
Bug..
Dua pukulan lagi untuk Erland di wajahnya. Sekarang Vino tidak lagi peduli dengan status mereka sebagai sahabat. Vino benar-benar murka kali ini. Menahan amarah, mencoba sabar dan dengan halus memohon pada Erland ternyata hal yang di sesali Vino.
"Vin, gue minta maaf soal itu Vin. Gue memang salah tapi gue juga berat untuk menikahi Viola Vin" Darah segar keluar dari sudut bibir Erland yang di bogem Vino tadi.
"Lalu bagaiman kalau gue nuntut pertanggung jawaban dari lo?? Misalnya gue perlakukan Endah sama seperti Viola, gimana perasaan lo?? Lo punya adek perempuan Er, harusnya lo bisa merasakan itu" Wajah Vino benar-benar sudah merah padam.
Erland kini terdiam, Endah adalah adik perempuannya yang selama ini dia jaga. Mana mungkin dia sanggup melihat Endah jika di posisi Viola.
"Entah dosa apa yang di buat keluarga gue sama keluarga lo Er. Kenapa hanya karena lo, adik sama nyokap gue harus terbaring di rumah sakit" Kini suara Vino benar-benar melemah. Dia kembali menjadi Vino yang rapuh seperti saat memohon pada Erland tadi.
"Apa Vin?? Tante Via di masuk rumah sakit??" Erland baru tau kabar ini, karena sejak permintaan maafnya waktu itu, Erland tidak datang lagi menjenguk Vio, jadi dia tidak tau apa-apa. (Jahat banget kan ni si Erland😠)
"Menurut lo, setelah anaknya pergi lama kemudian kembali untuk pertama kalinya tapi harus menghadapi anaknya yang akan pergi selama-lamanya itu akan mudah bagi keluarga gue?? Nyokap gue nggak sekuat itu Er"
Erland melihat tatapan penuh keputusasaan itu dari Vino. Erland bukannya tak punya rasa bersalah sekalipun. Dia terus dihantui rasa bersalah sampai tak bernai menemui Vio lagi. Tapi dia masih berat pada Sarah, bagaimana nasib pernikahannya setelah ini.
"Seandainya dulu lo jujur sama gue, kalau adek gue terus gangguin lo dan lo risih sama keberadaan dia, pasti gue bakalan buat dia menjauh dari lo. Semuanya nggak akan kaya gini Er, gue nyesel karena gue nggak begitu peka sama perasaan adek gue" Vino kini sudah tidak kuat lagi. Dia menangis di hadapan Erland.
"Gue yang salah Vin, bukan lo. Saat itu gue nolak Vio hanya karena dia masih bocah menurut gue. Tapi nyatanya gue yang bocah, gue yang mengambil keputusan tanpa berpikir panjang" Erland sadar kesalahannya kini sudah begitu besar pada keluarga Vino. Keluarga yang sudah menolong keluarganya berkali-kali.
Vino mendekat lagi pada Erland. Tapi yang membuat Erland begitu terkejut adalah, Vino menekuk lututnya di depan Erland. Mengambil posisi berlutut pada pria yang telah menyakiti adiknya itu.
"Vin apa yang lo lakuin???" Erland mencoba menarik lengan Vino untuk kembali berdiri, tapi sayangnya Vino tetap keras kepala.
"Er, gue mohon sama lo. Nikahin adik gue sebelum kita melepasnya Er. Status lo emang akan berubah menjadi pria dengan dua istri, tapi itu hanya untuk sebentar saja Er. Setelah itu Vio akan pergi, jadi lo sama Sarah akan tetap hidup berdua lagi. Gue mohon Er, gue mohon sama lo bukan sebagai sahabat lo, tapi sebagai seorang Kakak yang adiknya telah dikhianati sama lo"
Bukankah seharusnya terbalik, seharusnya Erland yang berlutut memohon ampunan pada keluarga Viola karena telah menghancurkan hidupnya. Tapi sekarang justru Vino yang seperti budak memohon ampunan pada Tuannya.
"Bangun Vin!!"
"Enggak sebelum lo mau menikahi Viola!!" Keras kepala Vino telah di gunakan saat ini.
"Bangun atau gue nggak akan pernah menikahi Viola!!" Vino langsung mendongak menatap Erland .
"Apa maksud lo Er?? Gue nggak salah denger kan?? Lo mau menikah sama Viola??"
Erland menarik lengan Vino untuk berdiri. Kali ini pria yang wajahnya mirip dengan Viola itu menurut untuk berdiri
"Gue akan menikahi Viola, bukan karena menuruti permintaan lo ataupun bokap lo. Tapi karena rasa tanggung jawab gue atas semua yang gue lakukan sama Viola"
Wajah Vino langsung berubah sumringah meski matanya masih memerah.
"Makasih Er, makasih"
"Tapi nggak sekarang, gue butuh waktu untuk bilang sama Sarah dan keluarga gue"
Benar, dan Erland juga harus bersiap-siap untuk menghadapi kemarahan Sarah.
"Besok, lo akan menikahi Viola besok. Gue beri waktu lo malam ini. Karena gue nggak mau sampai terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sebelum lo menikahi Viola"
"Oke ,gue setuju"
"Lo nggak perlu bawa apapun termasuk mahar. Karena lo mau menikahi Viola aja gue udah seneng"
Akhirnya Vino keluar dari dari ruangan itu dengan perasaannya yang lebih tenang. Seakan satu beban di pundaknya sudah hilang. Meski dia masih merasakan beban dipundaknya yang lain.
*
*
*
*
*
"Bagaimana menurut Ibu??"
Erland ternyata lebih memilih datang ke rumah Ibunya dulu sebelum pulang ke rumahnya untuk memberi tahu Sarah.
"Ibu rasa mereka melakukan yang benar Er. Siapapun yang ada dalam posisi mereka pasti akan melakukan hal yang sama. Bahkan Ibu sendiri tidak menyangka kamu bisa berbuat seperti itu. Kamu menyakiti hati putri yang sangat di sayangi keluarganya"
Gendis memang sangat kecewa pada anak sulungnya itu. Tapi mau bagaimana lagi, Erland juga sudah terlanjur menikahi Sarah.
"Nikahi Viola Er. Bertanggungjawablah, kamu juga harus ingat semua kebaikan keluarganya pada kita. Pada Ayahmu dan seluruh keluarga ini" Gendis memang sangat menghormati keluarga Viola karena kebaikan keluarga itu, Gendis dan suaminya bisa hidup dengan tenang setelah suaminya bebas dari tuduhan penipuan dulu.
"Baiklah Bu, Erland akan menikahi Viola"
Erland menatap Endah yang terus menatapnya tajam sedari tadi. Tapi wanita seumuran Viola itu tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Kamu marah sama Abang ndah??" Erland sangat menyayangi adiknya itu.
"Tidak, tapi aku hanya takut jika aku bertemu laki-laki seperti Abang. Aku takut kecewa dan berpikir mengakhiri hidupku seperti yang di lakukan Viola" Ucap Endah dengan begitu sengit.
"Endah, jaga bicara kamu!! Dia Abang mu, hormati dia!" Tegur Gendis.
"Benar Bu, dia memang Abang ku. Tapi karena ulahnya, saat ini aku jadi takut mencintai seseorang" Jawab Endah lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Erland yang merasa sakit dengan perkataan adiknya.
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....