"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Graduation 𝜚˚⋆
......“Kalian mau bersaing sama gue?
Nggak perlu, baru dari sisi keluarga aja gue udah kalah.” - Haikal Mahendra.......
Tak terasa setelah kurang lebih dua minggu lamanya ujian kelulusan dilaksanakan, kini Haikal dan Cakra sudah resmi lulus dari masa sekolah menengah pertamanya. Hari ini adalah hari di mana semua siswa tunggu, hari kelulusan di hari itu semua orang tua berbondong-bondong menghadiri acara kelulusan putra-putri mereka.
Begitu juga dengan kedua orang tua Cakra yang menghadiri hari kelulusan putra tunggalnya. Mereka terlihat sangat antusias menghadiri acara penting anaknya, bahkan Mommy Leen membawa dua buket dengan ukuran sangat besar yang berisi 100 lembar uang 100.000-an, bila ditotal uang itu berjumlah 100 juta perbuket-nya.
“CAKRA.” Teriakan Mommy Leen melengking memenuhi aula yang sudah di penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang.
Cakra dan Haikal yang semula berdiri di depan papan pengumuman nilai kelulusan itu sontak menoleh ke arah bersuara, dari tempat mereka berada mereka dapat melihat wanita dengan wajah khas wanita Tiongkok itu melangkah menuju ke arah dua lelaki dengan jas hitamnya itu berdiri. Mommy Leen terlihat menyuruh suaminya untuk mengambil alih dua buket besar di tangannya sebelum berlari kecil ke arah Cakra, memeluk putranya itu erat dan mencium kedua pipinya bergantian.
“Happy Graduation, son.” tangan lentik itu menangkup pipi Cakra memandangi wajah tampan putranya itu lekat, senyumnya bahkan tak pernah luntur dari wajah cantiknya.
“Hope fully in the future your steps will be made easier, and in the future you will become a great and proud child, son.” Setelahnya Leen mencium kening putranya itu lama kemudian wanita itu mengambil satu buket dari tangan suaminya memberikan buket itu pada putranya.
Semua itu tak luput pandangan Haikal, seulas senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Entahlah, dia selalu ikut bahagia saat melihat betapa sayangnya orang tua Cakra pada sahabatnya itu. Dia mungkin hanya menjadi penonton, tapi dia sudah sangat amat bahagia. Lantas, bagaimana jika dia yang berada di posisi Cakra? entah akan bahagia apa dia nantinya.
Pelukan hangat tiba-tiba dari Mommy Leen seketika membuyarkan lamunan Haikal, “Haikal anak Mommy, Happy graduation son.”
Haikal terdiam sebentar, merasakan pelukan dari seorang ibu yang selama hidupnya tidak pernah dia dapatkan. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis bersamaan dengan tetesan cairan bening yang berhasil lolos dari sudut mata kanannya, tanpa dia minta. Haikal dengan cepat menghapusnya, takut kedua orang tua Cakra atau bahkan Cakra sendiri melihatnya menangis.
Wanita dengan dress formal hitamnya itu melepas pelukannya, kemudian mengecup kedua pipi Haikal bergantian. Sama persis seperti apa yang dia lakukan pada Cakra, putranya.
“Semoga kau selalu dikelilingi orang baik dan diberi kemudahan di setiap langkah, selalu jadi Haikal baik yang Mommy dikenal, ya nak.” ucap Mommy Leen di akhir dengan kecupan di dahi Haikal cukup lama.
Haikal tersenyum haru menatap wanita setengah baya di depannya, sosok seorang ibu yang selama ini tidak pernah dia dapatkan kini wanita inilah yang memberikannya. Ibu dari sahabat yang bahkan baru satu tahun dia kenal, namun wanita itu sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
Haikal menerima buket pemberian Mommy Leen dengan sedikit syok, bayangkan saya buket sebesar ini dengan uang 100.000-an entah berapa lembar. Haikal yakin ini jumlah nya hingga ratusan juta.
“Terimakasih banyak tante.”
“Hey panggil Mommy nak, kau putraku sekarang.” peringat wanita setengah baya itu yang nampak tak suka saat Haikal memanggilnya dengan sebutan tante.
“Eh iya, maaf Mom.”
Mommy Leen mengangguk dengan senyuman nya, satu tangannya juga terulur menepuk pucuk kepala Haikal pelan.
“Cogratulations to Dad’s two sons.” Pria asal Amerika itu menepuk bahu Cakra dan Haikal bersamaan sambil memberi ucapan selamat kepada kedua putranya.
Cakra dan Haikal sama-sama mengangguk dengan senyuman yang menghiasi wajah taman mereka. Haikal sedari tadi menatap orang tua Cakra bergantian, ada rasa bahagia di dalam hatinya yang tidak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata.
Kebahagiaan seorang anak yang selama ini kehilangan peran Orang tua, tapi kini dapat mendapatkannya meski dari diri orang lain.
“Bahkan Mama dan Papa nggak dateng ke acara kelulusan Haikal, Nek.” Lirihan itu hanya mampu Haikal ucapkan dalam hatinya diiringi dengan senyuman di bibirnya.
...᭝ ᨳ☀ଓ ՟...
Mobil Alphard berwarna putih berhenti tepat di halaman mansion dengan desain ala Korea, entah seperti apa bentuk mansion itu. Tapi jujur saja, mansion itu terlihat begitu indah dipenuhi dengan lampu-lampu kecil di setiap sudutnya. Tak salah memang jika Cakra berasal dari keluarga konglomerat, mansion-nya saja sebagus dan seluas ini. Halaman mansion yang terlihat begitu luas, bahkan mansion yang di jual dari permukiman warga sekitar.
Pria setengah baya yang berasal dari Amerika itu keluar, kemudian mengitari mobilnya membukakan pintu milik istrinya agar memudahkan wanita itu keluar mobil diikuti nada berat dan idol yang keluar dari mobil bagian belakang. Mereka selesai merayakan hari kelulusan dengan makan-makan besar di restoran milik rekan kerja Ebenezer, oleh karena itu mereka baru pulang saat malam seperti ini.
“Dad, Daddy beli motor lagi?” Tanya Cakra saat melihat ada dua motor kawasaki ninja yang terparkir tak jauh dari mobil yang mereka tumpangi tadi berhenti.
Pria setengah baya itu diam, tapi kakinya melangkah dengan satu tangan yang mengisyaratkan agar Cakra dan Haikal mengikuti langkahnya. Haikal yang tak pun hanya diam, sedangkan Cakra sudah mengikuti langkah Daddy-nya. Mommy Leen yang melihat kepolosan Haikal pun terkekeh pelan, satu tangannya menepuk pundak Haikal pelan.
“Ikuti Daddy seperti Cakra Haikal.”
Haikal menoleh menatap wanita setengah baya yang ada di belakangnya, kedua matanya mengerjap pelan sebelum kepala itu mengangguk cepat. “iya mom.”
Kakinya melangkah secara perlahan dan mengikuti langkah Daddy dan Cakra. Kemudian ke tiga lelaki itu berhenti tepat di depan dua motor besar dengan warna yang berbeda. Kedua mata Haikal sedikit melebar menatap motor besar yang ada tempat di depan matanya. Demi apa ini pertama kalinya dia melihat motor Ninja besar secara nyata, biasanya dia hanya dapat melihat motor itu dari balik televisi saja. Oh iya, motor Cakra, motor Cakra memang bagus tapi bukan motor Ninja sebesar di depannya.
Pria asal Amerika itu sedikit menolehkan menatap putranya, “you like it, son?”
Cakra menatap Daddy-nya dengan dahi yang sedikit menyerngit, “i like dad, whose is this?”
Ebenezer tersenyum tipis kemudian dia beralih ke arah Haikal yang masih setia menatap takjub dua motor di depannya, “kau suka Haikal?”
Haikal sedikit tercengang dengan pertanyaan itu yang tiba-tiba, kedua matanya mengerjap pelan dengan kepala yang mengangguk pelan. “iya Dad bagus, Haikal juga suka.”
“Ambillah jika kalian menyukainya.”
Cakra yang mendengar ucapan Daddy-nya pun sontak mengembangkan senyumnya sambil berlari menuju salah satu motor Ninja berwarna navy, menaikki motor itu sambil tertawa pelan.
Sementara Haikal masih setia berdiri di tempatnya dengan mata yang sedari tadi melebar layaknya pada kartun Sinchan. Dia masih shock dengan apa yang Daddy Cakra katakan, salah satu motor Ninja hitam di depannya adalah miliknya sekarang?
Bagaimana bisa, motor itu seharga bertahun-tahun lamanya dia bekerja di Take a bit cafe sebagai seorang barista. Lantas pria setengah baya di sampingnya memberikan motor itu cuma-cuma untuknya, atau dia harus menggantinya dengan potong gaji selama bekerja di cafe milik Cakra, kira-kira akan berapa tahun lamanya dia dapat melunasinya.
“Kal sini, ini motor lo nyet.” Cakra menunjuk motor hitam di sampingnya, mengisyaratkan agar sahabatnya itu juga segera menaiki motor baru seperti dirinya.
Mommy Leen yang sedari tadi diam pun menepuk pundak Haikal sambil tersenyum tipis, “ayo Haikal cobalah motor baru mu, itu milikmu sekarang.”
Haikal menatap wanita itu lekat, “tapi Mom, Haikal nggak punya uang sebanyak itu. Jadi nggak usah Mom gapapa, Haikal juga belum butuh banget motor kok.”
Seulas senyuman menenangkan terbit menghiasi paras cantik wanita Tiongkok itu, “Haikal dengarkan Mommy, motor itu hadiah kelulusan dari Daddy untuk mu nak,jadi terimalah ya...”
Ebenezer melangkahkan kakinya tepat di samping istrinya, “iya Haikal, dua motor itu sengaja Daddy beli untuk kalian.”
Haikal menatap Mommy dan Daddy secara bergantian, matanya sedikit berkaca-kaca karena mereka yang menganggapnya seorang anak, “tapi Dad, harga motor itu pasti sangat mahal, Haikal – “
“Haikal, Daddy dan Mommy akan sangat senang jika kau mau menerimanya.” Sela Leen saat tau bahwa Haikal akan menolaknya.
Cakra yang sedari tadi diam dia atas motor barunya pun menyahut, “udahlah kal terima aja, lo pernah bilang rejeki nggak boleh di tolak, ini termasuk rejeki juga kan?”
Haikal bimbang, dia masih tak berkembang dari pijakannya. Cakra yang melihat itu pun segera turun dari motornya berlari ke arah Haikal dan menarik tangan sahabatnya untuk ikut menaiki motor baru mereka.
Orang tua Cakra yang melihat itu semua pun tersenyum bahagia, tidak menyangka bahwa mereka sekarang memiliki dua putra. Meskipun Haikal masih menolak bila mereka mintanya untuk tinggal di kediaman Diningrat, tapi tidak masalah meskipun begitu mereka masih sangat bahagia karena Haikal mau menganggapnya sebagai keluarga.
“I didn’t expect that now we have two sons, my husband.”