Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Semua berjalan bukan atas kehendak kita. Apa yang terjadi sudah seharusnya terjadi. Kita hanya tinggal menjalani dan menikmati. Baik disyukuri, buruk dijadikan pelajaran. Ambil hikmah atas semua kejadian. Untuk langkah kita kedepannya.
🔥🔥🔥
Aluna tersenyum lega saat bisa melewati tempat di mana alisha bersembunyi. Walaupun sebenarnya hati Aluna deg-degan tak karuan. Dia memang tidak ingin bertemu dengan alisha . Seandainya bisa, akan terus menghindarinya.
Aluna tidak pernah yang namanya bergandengan tangan dengan lawan jenis, tapi tadi dengan Juan , Aluna menurut saja. Seperti di cocok hidungnya. Tidak bisa menolak semua perlakuannya. Bukan ingin memanfaatkan perlakuan Juan, tapi memang begitu keadaannya.
"Sudah sampai di parkiran, saya sampai di sini saja, saya tidak ikut makan ya pak. Terima kasih tuan Juan." Aluna melepas genggaman tangannya pada Juan.
"Beb, Kenapa nyebut tuan sama gue. Formal amat. Panggil juga seperti gue manggil kamu. Beb gitu. Biar mesra sedikit. Ya..ya .." Juan mengatupkan tangan sambil mengedipkan matanya berulang-ulang.
Aluna hanya menatap Juan tanpa menjawab, merasa aneh saja dengan permintaan Juan.
" Kenapa tidak ikut Lun, sudah sampai di sini juga. Lagian kamu mau kemana. Tidak punya teman bukan?" Azlan berhenti dan menoleh saat mendengar ucapan Aluna.
"Saya sudah ada janji." Jawab Luna sambi menunduk. Dia takut kalau ketahuan berdusta.
" Sama siapa. Sama Bram brengsek itu. Hm." Juan terlihat kesal. Saat teringat bagaimana Bram memperlakukan Aluna.
Aluna menoleh ke arah Juan. Menatap penuh tanya. Bagaimana dia bisa tahu semuanya.
" Benarkah Aluna? Kamu janji bertemu sama dia lagi." Tanya Azlan menatap Aluna.
" Eh tidak pak. " Jawab Aluna dengan terbata.
" Lalu dengan siapa? Dengan Dinda. Ajak sekalian saja kalau dia." Ucap Azlan lagi.
Aluna jadi salah tingkah. Dia salah memberi alasan. Memang sebenarnya dia tidak punya janji dengan siapa pun. Dia hanya tidak nyaman pergi dengan para bos besar.
" Ikut saja sih beb, sekali-kali makan bereng bos besar. Lumayan buat bikin panas orang. Hehehe.." Juan berbisik ditelinga Aluna.
Muka Aluna memerah . Juan selalu bisa membuat Aluna salah tingkah dengan perlakuan yang sederhana. Aluna memalingkan wajahnya, memandang jauh di sana.
" Ayolah ikut saja, kapan lagi kita makan bersama, masa harus ketemu klien baru mau makan bareng kita. Boleh dong sekali-kali kita traktir karyawan berbakat seperti kamu." Arga yang dari tadi diam menyimak, tiba-tiba berkata. Baru kali ini Aluna mendengar Arga berkata panjang.
Aluna bimbang, iya atau tidak . Dia merasa canggung bersama bos besar. Bagaimana dia menyuap nanti. Aluna menggeleng.
" Aluna mau kemana. Wah mau makan siang bareng pak bos ya." Tiba-tiba terdengar suara Alisha di dekat mereka. Aluna tidak menyadari kedatangannya karena sibuk menenangkan debar jantungnya akibat grogi berbincang dengan bos besar.
" Eh, iya.." Tanpa pikir panjang Aluna naik ke dalam mobil di kursi penumpang. Diikuti Juan dan dan juga Azlan. Sedangkan Arga sedang berusaha memahami situasi. Namun sebentar kemudian dia naik di kursi kemudi.
" Duluan ya Lis, jalan pak." Aluna duduk nyaman di kursi belakang. " Eh.. Maaf pak " Aluna menutup mulutnya saat menyadari ucapannya. Aluna tertegun, dia salah bicara. Jantungnya sudah berdebar kencang. Dia sudah bersiap dengan resiko yang akan ditanggung karena telah salah bertindak.
"Wkwkwk.. Bos besar kita menjadi sopir. Hebat kamu beb.. Hahaha." Juan tertawa ngakak mendengar ucapan Aluna. Sedangkan Azlan hanya tersenyum.
Arga langsung tancap gas walaupun dengan muka yang ditekuk.
" Hahahaha.. memang kamu hebat beb. Baru kali ini ada yang berani memerintah kak Arga . Hahahah" Tak henti-hentinya Juan tertawa. Dia merasa senang bisa melihat Arga yang tak berkutik di depan seorang gadis, yang bukan siapa-siapa.
"Lanjutkan beb, gue suka kamu yang begini. Jangan mau ditindas oleh bos yang arogan. Hahahaha.."
Arga hanya melirik sinis pada Juan yang terus saja mengolok-oloknya. Sedangkan Azlan hanya tersenyum. Dia bahagia Arga tidak dingin lagi seperti kemarin.
Arga terlihat enjoy saja mengemudikan mobilnya. Walaupun dia seorang bos, baginya tidak masalah sesekali menjadi sopir buat orang lain. Bahkan dia melajukan mobilnya sambil bersenandung. Namun tidak dia sadari kalau dia melaju dengan kecepatan tinggi.
" Bos jangan ngebut, kita belum nikah. Kita belum mau mati bos.." Azlan berteriak. Dia berpegangan erat, takut dengan kebiasaan Arga yang ugal-ugalan saat mengemudikan mobil.
" Berhenti kak, berhenti. Gue juga belum nikah. Jangan seperti ini. Kasian bebeb sampai pucat sekali." Juan mendekap Aluna yang terlihat ketakutan. Bukan memanfaatkan situasi karena memang Aluna harus mendapatkan perlindungan di saat merasa takut.
Arga melirik kaca spion. Tangannya terlihat mengepal. Rahangnya mengeras. Namun Arga mengurangi kecepatan mobilnya dan bahkan berhenti sama sekali. Ternyata memang sudah sampai di tempat tujuan.
Arga belum turun dari mobil. Dia masih diam dengan tangan yang masih mengepal. Nafasnya terdengar memburu.
" Sabar bos, belum saatnya. Jangan emosi begitu. Kasian Aluna ." Azlan menepuk bahu Arga. Dia coba menebak isi kepala Arga. Entah benar atau tidak kalau Arga menyukai Aluna. Tapi yang Azlan tahu ada tugas penting yang harus Arga lakukan demi kebaikan seseorang.
Arga menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Dia kemudian turun diikut Azlan. Sedangkan Juan dan Aluna sudah turun terlebih dahulu karena Aluna harus ke kamar kecil. Dirinya merasa mual, karena cara mengemudikan Arga yang ugal-ugalan.
"Ayo bos masuk. Lapar sekali saya." Azlan mendahului Arga yang masih mematung memandang ke dalam restoran. Seperti biasanya,dia merasakan sesuatu. Entah apa Arga tidak tahu. Tapi dia telah siap dengan semuanya.
Aluna masih belum datang saat Arga dan Azlan tiba di meja yang telah dipesan. Arga terlihat melihat ke sekeliling ruangan tersebut. Dan benar saat dia melihat di pojok ruangan, dia melihat seseorang yang dia kenal. Walaupun orang tersebut tidak mengenal Arga.
Arga tersenyum. Dia yakin sebentar lagi akan ada drama. Arga telah siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi.
Dari kejauhan terlihat Juan dan Aluna berjalan mendekati mereka. Terlihat wajah Aluna yang pucat dipapah oleh Juan. Dada Arga berdebar. Dia ingin marah, tapi tidak mungkin karena situasinya tidak memungkinkan. Apalagi melihat kondisi Aluna .
"Kak, lihat . Gara-gara kakak mengemudikan mobil dengan kencang, bebeb mabok jadinya. Keluar semua isi perutnya yang kosong. "
" Terus yang keluar apa dong. " Azlan tersenyum mendengar ucapan Juan yang dilebih-lebihkan.
Juan mendudukkan Aluna di bangku yang telah di sediakan Azlan. Arga menatap Aluna dengan wajah menyesal.
"Maafkan saya Aluna. Saya tidak bermaksud membuat kamu seperti ini."
"Tidak apa-apa , Saya saja yang tidak pernah naik mobil yang mewah. Jadi mabok deh. Hehehe." Aluna terlihat lemas dan pucat. Walaupun begitu dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
" Aku pesankan jahe hangat ya beb, biar mual kamu hilang."
Juan bangkit dari duduknya berniat memanggil pelayan. Namun saat dia akan melambaikan tangan, tiba-tiba datang orang yang selama ini ingin dihajarnya.
" Oh jadi begini kelakuan kamu dibelakang saya, Aluna. Pantas saja ditelpon tidak pernah dijawab. Di wa tidak pernah di balas. Jadi ini yang kamu lakukan. Berselingkuh dibelakang saya..."
Aluna terkejut saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Dia menoleh dan melihat Bram berdiri di depan Juan. Aluna memandang ke sekeliling. Pengunjung melihat ke arah mereka. Namun Aluna sudah tidak perduli. Justru ini yang dia tunggu, Saat dimana dia akan memutuskan hubungan dengan Bram.
" Jangan asal bicara kamu mas. Dengar dulu penjelasan ku." Aluna bangkit berdiri walaupun dengan sedikit sempoyongan.
" Jangan mengelak, beberapa kali ada orang yang mengirim foto kamu dengan laki-laki ini. Jadi selama ini kamu selingkuhi aku." Bram terlihat marah. Mukanya sudah merah padam. Tangannya menunjuk ke arah Juan.
Juan menatap Bram dengan wajah garang. Tangannya mengepal siap memberi bogem mentah. Namun Azlan menarik baju Juan, berharap Juan tidak terbawa emosi.
"Jangan sembarangan kalau belum ada bukti.." Aluna heran dengan tuduhan Bram. Bisa-bisanya dia membalikkan fakta.
" Mau bukti apa lagi, Lihat muka kamu yang pucat, dan kamu baru saja muntah di toilet bukan? Kamu hamil sama dia bukan."
Plak..
Suara tangan beradu dengan pipi terdengar sangat keras. Arga , Azlan dan Juan memegang pipinya masing-masing. Membayangkan mereka yang mengalami. Rasanya pasti sakit sekali. Bahkan sudut bibir Bram sampai berdarah. Mungkin Aluna menggunakan tenaga dalam.
Tangan Aluna sampai kebas. Tangannya pun terlihat merah. Dia menampar pipi Bram demikian kencang. Sampai bekasnya terlihat jelas, merah cap lima jari.
" Tutup mulut kamu. Maling teriak maling. Yang selingkuh kamu nyalahin orang. ." Juan ikut berbicara. Dia sudah sangat marah mendengar tuduhan Bram pada Aluna. Tangannya sudah maju, bersiap akan meninju Bram. Untung Azlan bergerak cepat menghalangi. Azlan hanya tidak ingin membuat keributan.
Juan ditarik oleh Azlan. Mereka bertiga ingin melihat bagaimana Aluna melawan, saat diperlakukan tidak adil. Mereka berharap Aluna tidak diam saja diperlakukan semena-mena. Belum saatnya ketiga orang tersebut turun tangan, kecuali Aluna sudah meminta bantuan.
Bram memegang pipinya. Tidak menyangka Aluna yang lembut bisa berbuat kasar.
" Lihat kelakuan kamu berubah sejak bergaul dengan mereka. Kamu dulu lemah lembut. Sekarang sangat kasar." Bram mengusap pipinya yang terasa ngilu. Tidak disangka kalau Aluna bisa melakukan hal sekasar itu.
Nafas Aluna terengah-engah. Dia menahan marah atas ucapan Bram sangat menyakitinya. Kali ini Bram sangat keterlaluan. Tamparan itu belum sepadan dengan semua kecurangan yang telah dia lakukan.
Aluna melihat tangannya yang terasa sakit . Kemudian dia jatuh terduduk di kursinya. Dia sedih telah dituduh sedemikian kejam oleh Bram.
" Hubungan kita sampai disini saja. Kita putus.. " Bram melangkah pergi setelah berucap demikian.
" Baiklah, justru itu yang ingin aku dengar." Teriak Aluna lantang. Dia merasa lega sekaligus sakit. Lega karena bisa lepas dari Bram. Dan sakit karena dituduh dengan sesuatu yang tidak dia lakukan.
Aluna menundukkan kepala. Dia tidak berani menatap ketiga lelaki di depannya. Aluna merasa sangat malu. Dia menangis . Tapi tidak tahu menangis karena apa.
Arga menatap Aluna iba. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sodorkan gelas miliknya dan Aluna langsung menerima dan meminumnya hingga tandas.
" Haus neng." ucap Azlan sambil tersenyum jahil.
Aluna hanya diam menunduk. Belum berani mengangkat mukanya. Pasti mukanya sangat berantakan.
"Ayo gue antar ke toilet. Cuci muka biar segar. Muka kamu lecek sekali beb. Nanti biar aku kucek di toilet. Hahahaha.."
Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini Juan malah meledeknya. Tapi Aluna tidak marah. Benar dia cemberut, namun dia merasa sangat lega.
Aluna segera bangkit dan berjalan ke toilet. Diikuti oleh Juan, yang sudah seperti seorang pengawal buat Aluna. Kemanapun selalu ikut.
"Benar kata bang Juan, saya tidak boleh terlihat menyedihkan. Ini adalah jalan yang terbaik."
Aluna membasuh mukanya sambil bercermin. Berkali-kali dia siramkan air di wajahnya. Terasa sangat segar. Aluna menatap bayangan wajahnya di cermin.
" Tidak boleh tidak cantik. Harus tetap cantik apa pun yang terjadi." Aluna tersenyum dan kemudian merapikan dandanannya.
" Saya harus tetap cantik. Segalau apa pun hati ini , Sesedih apapun kisah hidup ini. Harus tetap terlihat cantik." Ucap Aluna lagi dengan senyuman di bibirnya.
Semangat Aluna ....
Bersambung
Terima kasih untuk yang sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak. Lopee ❤️❤️❤️