Perfect Husband

Arga pun berjalan dengan langkah gontai meninggalkan perusahaan Nindi. Baru saja beberapa langkah, tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya. Arga tidak mau berteduh, dia justru terus berjalan sampai tubuhnya basah kuyup.

"Aku sudah susah payah untuk bisa menikahimu, jadi bagaimana bisa sekarang aku menceraikanmu," batin Arga.

Cinta Arga memang sudah terlalu dalam kepada Fabby. Dia bahkan rela dicuekin oleh Fabby, asalkan dia masih bisa bersama Fabby dan melihat Fabby. Tiba-tiba, sebuah mobil sedan hitam berhenti di samping Arga dan seseorang keluar dari mobil itu sembari membawa payung.

"Tuan, masuklah ke dalam mobil nanti Tuan bisa sakit jika hujan-hujanan seperti ini," ucap Andre.

Arga menatap Andre. "Kenapa kamu ada di sini? bagaimana jika ada orang yang melihat kita?" tanya Arga.

"Justru saya ingin semua orang tahu, siapa Tuan sebenarnya terutama Fabby. Saya sudah sangat kesal melihat kelakuan dia yang semena-mena terhadap Tuan, padahal saat ini posisi dia sedang terjepit tapi dia tetap saja memperlihatkan keangkuhannya," geram Andre.

Arga hanya mampu menghembuskan napasnya. "Ayo Tuan, masuklah." Andre membukakan pintu mobil untuk Arga.

Sesaat Arga terdiam, tapi lama-kelamaan akhirnya dia pun masuk juga. Arga Irawan sebenarnya adalah pemilik dari PT.SINAR MAJU, selama ini Arga memang menyembunyikan identitasnya dan menyuruh orang kepercayaannya yaitu Andre, untuk berpura-pura menjadi pemilik perusahaan. Tujuan Arga menyembunyikan identitasnya, ingin melihat reaksi Fabby seperti apa.

"Sekarang kita mau ke mana, Tuan?" tanya Andre di sela-sela perjalanannya.

"Ke rumah utama saja," sahut Arga dingin.

Andre tidak mau banyak bertanya lagi, dia pun segera melajukan mobilnya ke rumah utama. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di rumah mewah dan megah milik Arga. Semua pekerja di rumah itu segera menyambut kedatangan Arga yang sudah lama tidak pulang ke rumahnya.

"Mama sama Papa belum pulang?" tanya Arga.

"Belum, Tuan," sahut salah satu karyawannya.

"Andre, kamu boleh kembali ke kantor dan untuk saat ini jangan pernah kamu hubungi aku dulu kecuali aku duluan yang menghubungi kamu," ucap Arga.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya pamit."

Andre pun segera meninggalkan rumah Arga, sedangkan Arga masuk ke dalam kamarnya. Arga mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi, dia ingin mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Setelah selesai, Arga pun menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? apa aku harus memberitahu Fabby, siapa aku yang sebenarnya?" gumam Arga.

Di tempat lain, Fabby menghentikan mobilnya di sebuah pemakaman umum. Dia hujan-hujanan, pergi ke makam kedua orang tuanya. Dia sudah tidak peduli dengan air hujan yang jatuh membasahi seluruh tubuhnya.

"Ma, Pa, Fabby rindu sama kalian. Apakah kalian bisa jemput Fabby sekarang? Fabby sudah capek seperti ini terus. Berpura-pura kuat di hadapan semua orang supaya tidak ada orang yang meremehkan Fabby itu sangat melelahkan. Fabby butuh sandaran dan penguat, Fabby ingin ikut kalian." Pundak Fabby bergetar hebat, dia menangis sejadi-jadinya di depan makam kedua orang tuanya.

Air hujan terus saja menghujam tubuh Fabby, air matanya sudah bercampur dengan air hujan. "Maafkan Fabby jika Fabby tidak bisa menyelamatkan perusahaan kita, Fabby tidak tahu apa Fabby bisa mengembalikan semuanya atau tidak," ucap Fabby.

Cukup lama Fabby hujan-hujanan di depan makam kedua orang tuanya, hingga hujan pun reda dan Fabby pun memutuskan untuk pulang. Pada saat Fabby berdiri, kepalanya tiba-tiba terasa berdenyut membuat tubuh Fabby sedikit oleng. Fabby tidak bisa berdiam diri, dia pun langsung pergi dari sana dengan langkah tertatih-tatih.

"Astaga, kenapa kepalaku berdenyut seperti ini?" batin Fabby.

Waktu sudah hampir gelap, meskipun kepalanya berdenyut tapi Fabby harus segera pulang. Fabby melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, meskipun lama tapi akhirnya Fabby sampai di rumah dengan selamat.

"Ya Allah Fabby, kamu kenapa sampai basah kuyup seperti ini?" tanya Nenek Andin panik.

"Fabby tadi habis dari makam Papa sama Mama, Fabby lupa gak bawa payung," lirih Fabby dengan tubuh yang menggigil.

"Bibi, ambilkan handuk!" teriak Nenek Andin.

Art rumah itu pun segera membawakan handuk untuk Fabby. "Nek, Fabby masuk ke kamar dulu," ucap Fabby.

Fabby pun pergi ke kamarnya, Andin pun mengotak-atik ponselnya dan menghubungi Arga namun Arga tidak mengangkat panggilan dari Andin. "Arga ke mana, biasanya Arga akan segera mengangkatnya," batin Nenek Andin.

Sementara itu, Arga hanya melihat ponsel jadulnya yang berdering. Arga sama sekali tidak ada niat untuk mengangkatnya, walaupun dalam hatinya Arga merasa tidak sopan mengabaikan Andin. Tiba-tiba ponsel yang satunya lagi berdering dan itu adalah dari Andre.

"Hallo!"

".........."

"Good job Andre, aku memang tidak salah sudah mempercayakan semuanya kepadamu. Pokoknya urus semuanya, dan belikan aku tiket dan aku ingin penerbangan pagi," ucap Arga.

Setelah mendapat jawaban dari Andre, Arga pun mengakhiri sambungan teleponnya. Sebenarnya kedua orang tuanya itu bukan pergi ke luar kota, tapi mereka pergi ke Jerman untuk mengurus perusahaan Arga yang ada di sana. Untuk sementara waktu, sepertinya Arga akan menenangkan diri dulu di Jerman dan menghindari Fabby untuk beberapa waktu supaya Fabby tidak meminta cerai terus kepadanya.

Arga melihat ke sekeliling kamarnya, di atas tempat tidur terpampang foto Fabby yang sangat besar. "Fab, kamu tahu tidak perjuangan aku selama ini? saking aku cintanya sama kamu, aku bekerja keras supaya bisa menjadi kaya. Puluhan tahun aku merintis usaha, dan Alhamdulillah usaha tidak mengkhianati hasil. Aku dulu sempat berjanji pada diri aku sendiri, jika aku akan menemuimu apabila aku sudah menjadi pengusaha sukses. Dan sekarang aku sudah sukses dan menepati janji aku walaupun aku harus menyembunyikan identitasku yang sebenarnya," batin Arga.

Perjuangan Arga memang tidak main-main untuk mendapatkan cinta Fabby. Bahkan dari awal dia sudah bekerja sama dengan Andin supaya Andin ikut dalam sandiwara ini. Tapi sampai sekarang Fabby tak kunjung menerima cinta Arga, bahkan Fabby memintanya untuk menceraikannya dan itu membuat Arga merasa sangat sakit.

***

Keesokan harinya...

"Bi, Fabby belum turun?" tanya Nenek Andin.

"Belum, Nyonya," sahut Si Bibi.

"Tumben belum turun, padahal ini sudah siang," gumam Nenek Andin.

Andin merasa khawatir, ia pun memutuskan untuk naik ke atas melihat keadaan Fabby. Andin masuk ke dalam kamar Fabby yang masih gelap itu, Andin pun membuka gorden kamar Fabby. Fabby masih bergelung dengan selimut.

"Fabby, ini sudah siang apa kamu tidak masuk kantor?" ucap Nenek Andin.

Fabby tidak bergerak sama sekali, Andin pun menghampiri Fabby dan menyentuh kening Fabby. "Astaga, kamu demam."

Andin kembali menghubungi Arga, tapi lagi-lagi Arga tidak mengangkatnya. "Astaga, kamu ke mana Arga?" Andin terlihat panik.

Andin merasa bingung karena dari kemarin Arga tidak menjawab panggilan darinya. Andin berpikir jika Arga kenapa-napa, dan itu membuat Andin semakin khawatir.

"Semoga Arga baik-baik saja," batin Nenek Andin.