Gadis Amnesia Jatuh Cinta

Dylan dan Kayvira saat ini sedang berada di supermarket. Dylan mendorong troli, sedangkan Kayvira memilih barang yang akan mereka beli.

Seperti keperluan sehari-hari untuk seminggu ke depan. Karena mereka akan secepatnya kembali setelah semuanya selesai.

"Sebanyak ini?" tanya Kayvira saat mereka selesai belanja.

"Hmmm, untuk stok," jawab Dylan. Kini mereka akan membayar belanjaan.

Pegawai kasir pun menghitung belanjaan, Dylan memberikan kartu pemberian Kayden, karena kartu tersebut bisa digunakan dimana saja. Termasuk negara ini.

Setelah selesai melakukan pembayaran, keduanya pun pergi dari situ. Namun saat ingin keluar, mereka malah berpapasan dengan ibu tiri Dylan.

Untungnya Dylan menggunakan masker, jadi wanita itu tidak mengenali nya. Dylan sendiri berpura-pura tidak mengenali wanita itu. Karena belum waktunya ia menampakkan dirinya.

"Bukankah dia wanita yang ada di restoran tadi?" tanya Kayvira. Saat mereka sudah berada didalam mobil.

"Iya, belum saatnya aku memperlihatkan diriku pada mereka. Aku ingin membuat kejutan untuk mereka," jawab Dylan.

Tiba di apartemen, Dylan membawa belanjaan tersebut. Meskipun banyak, tetapi Dylan mampu. Kayvira hanya membawa yang ringan-ringan saja.

Saat masuk kedalam apartemen, Kayden sedang sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang ia kerjakan?

"Bagaimana bang, apa sudah siap?" tanya Kayvira yang duduk disebelah Kayden.

"Sudah dek, tinggal menunggu waktunya saja. Besok adalah pertemuan kita. Aku harap rencana kita berhasil," jawab Kayden.

Sementara Dylan sedang sibuk mengatur dan menyimpan belanjaannya ditempat yang semestinya.

Kemudian setelah selesai, barulah ia bergabung dengan Kayden dan Kayvira. Dylan membawa minuman hangat dan juga cemilan untuk mereka.

"Terima kasih," ucap Kayvira. Dylan tersenyum dan mengangguk.

...****************...

Hari ini, hari yang mereka nantikan. Yaitu pertemuan antara Kayden dan rekan bisnisnya. Sebenarnya Kayden enggan untuk bekerjasama dengan Harry company.

Namun setelah mendengar cerita Dylan, juga Kayden sudah berjanji ingin membantunya, Kayden pun mengatur pertemuan mereka.

"Kamu siap?" tanya Kayden.

"Ya, aku siap,' jawab Dylan.

Dylan sudah memakai pakaian formal, jas dan dasi yang sudah di siapkan oleh Kayden sebelumnya. Kini Dylan terlihat semakin tampan.

"Aku grogi, belum pernah berpakaian seperti ini," ucap Dylan pada Kayvira.

"Nanti juga akan terbiasa, calon CEO," goda Kayvira.

"Kamu didepan, aku bukan supir mu," kata Kayden saat Dylan duduk dikursi belakang bersama Kayvira.

Dengan wajah kesal, Dylan berpindah ke kursi penumpang bagian depan. Kayvira tertawa sambil menutup mulutnya agar tidak terlalu nyaring.

Tiba di perusahaan Harry company, ketiganya pun keluar dari mobil. Seperti tamu pada umumnya, mereka melapor lebih dulu ke bagian resepsionis.

"Selamat pagi, kami ingin bertemu dengan tuan Harry," ucap Kayden.

"Apa sudah membuat janji, Tuan?" tanya salah satu pegawai resepsionis. Namun matanya menatap nanar kearah Kayden.

"Sudah," jawab Kayden singkat.

"Atas nama siapa, Tuan?"

"Kayden Raffa Henderson."

Mendengar nama itu, pegawai resepsionis langsung memberitahu asisten tuan Harry. Setelah menerima telepon, sang asisten segera menjemput mereka dibawah.

"Mohon maaf membuat anda menunggu, Tuan Kayden," ucap sang asisten.

"Tidak apa-apa, Tuan Bram."

Bram pun segera membawa mereka untuk menemui tuan Harry. Karena tuan Harry sudah menunggu mereka di ruang kerjanya.

Pintu ruangan tuan Harry diketuk. Bram bersama tiga orang kolega bisnisnya pun masuk. Mereka dipersilahkan untuk duduk.

"Tahan emosimu," bisik Kayvira sambil menggenggam tangan Dylan. Dylan pun mengangguk.

Tuan Harry tersenyum lalu mempersilahkan untuk duduk. Namun sebelum itu, mereka berjabat tangan terlebih dahulu.

Harry menatap Dylan, "Mengapa matanya tidak asing," batin tuan Harry.

"Tuan!" panggil Bram. Membuat Harry tersadar dari lamunannya.

Dylan menoleh ke lain saat Harry kembali menatapnya. Dylan semakin grogi karena takut di kenali oleh papanya.

"Maaf Tuan, dia asisten pribadi saya, dia lagi terkena flu, jadi memakai masker. Dan ini adik saya dan sekaligus sekretaris saya," ucap Kayden.

Tidak berapa lama pintu ruangan terbuka, masuklah Darwin. Darwin hanya suka berfoya-foya dan malas bekerja. Hanya menghambur-hamburkan uang. Begitu juga dengan Eva.

"Pa, saya perlu uang," pinta Darwin.

"Sebentar, papa ada tamu. Pulang dulu nanti papa transfer," ujar Harry.

Dylan mengepalkan tangannya, jika Dylan yang meminta tidak pernah sekalipun dikasih. beruntung sang kakek memberikan kartu tanpa batas ketika itu.

Darwin menatap Kayvira tanpa berkedip, ia begitu terpesona melihat kecantikan Kayvira. Kemudian ia duduk berhadapan dengan Kayvira, Dylan dan Kayden.

"Maaf Tuan, saya merasa tidak nyaman dengan kehadiran putra anda," ucap Kayvira.

"Jika adik saya merasa tidak nyaman, saya bisa batalkan kerjasama ini," ucap Kayden menimpali.

"Oh jangan Tuan Kayden, baik saya akan suruh dia pulang saja," ujar Harry. Kemudian Harry pun mentransfer sejumlah uang kepada Darwin.

Harry tidak mau membuat kartu bank untuk Darwin dan istrinya. Entah apa alasannya pun tidak tahu.

Setelah mendapatkan uang tersebut, Darwin pun segera pergi. Tapi sebelum itu, matanya berkedip genit kepada Kayvira. Kayvira tidak melihat karena menoleh kearah lain.

"Bagaimana Tuan, bisa kita bahas sekarang?" tanya Harry.

Bram sang asisten pun menyuruh OB untuk membuatkan minuman. Mereka pun membahas kerjasama tersebut. Hingga kesepakatan pun dibuat.

Kemudian Kayden menawarkan lagi sebuah proyek yang menjanjikan akan untung banyak. Harry yang serakah pun menyetujuinya. Karena Kayden akan menyerahkan pada perusahaan lain jika Harry menolak.

Harry tidak tahu, jika itu adalah jebakan yang sudah direncanakan oleh Kayden. Tanpa memeriksa dengan lebih teliti, Harry pun segera menandatangani kontrak kerjasama proyek tersebut.

Hingga Harry tidak menyadari jika ada satu lembar kertas yang isi perjanjiannya berbeda. Yaitu pengalihan aset dan semua harta yang ia miliki.

"Baiklah Tuan, semoga kerjasama kita berjalan lancar," ucap Kayden. Dylan tersenyum dibalik maskernya.

Lagi-lagi Harry menatap mata Dylan, mata yang tidak asing bagi Harry. Setelah mereka berjabat tangan, ketiganya pun segera pamit.

"Dia mencurigai ku," ucap Dylan saat mereka sudah didalam mobil.

"Tidak masalah, Harry sudah menandatangani surat pengalihan harta atas namamu. Dan kamu sudah berhasil merebut kembali hartamu," ujar Kayden.

"Sekarang kita akan menemui pengacara keluarga Carles. Pengacara andalan kakekmu," ucap Kayvira.

"Hmmm. Aku ingin masalah ini cepat selesai," ujar Dylan.

Merekapun keluar dari perusahaan milik Harry, mereka akan pergi ke kediaman pengacara yang mereka maksud.

Dylan masih ingat dengan rumah pengacara keluarganya. Saat tiba ditempat yang mereka tuju, mereka meminta izin untuk bertemu dengan tuan pemilik rumah.

Penjaga gerbang pun melapor terlebih dahulu, saat penjaga mengatakan, bahwa orang ingin bertemu bernama Dylan, pengacara pun langsung mengizinkan.

"Mari silahkan Tuan," ucap penjaga sambil menunduk hormat. Dan pintu gerbang pun terbuka lebar.

Ketiganya masuk dan memarkirkan mobil dihalaman rumah tersebut. Hati Dylan berdebar saat ingin mengetuk pintu.