NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Aku tidak tahu jam berapa saat aku membuka mata namun aku terbangun karena silau sinar matahari yang masuk ke celah jendela di kamarku.

“Eum.. berapa lama kami tidur?” ucapku sambil perlahan membuka mataku dan mengusapnya. Pemandangan yang indah saat terbangun adalah melihat wajah tampan. Ivander masih terlelap dan melingkarkan tangannya ke tubuhku. Aku masih tidak percaya telah melakukan itu semua dengannya.

Aku tersenyum lalu menyentuh wajahnya dan berniat untuk berpindah posisi karena tidak nyaman dan ingin ke kamar mandi.

“Ukh!..” rintih ku merasa sakit di bagian pinggangku. “Mmm. Istriku, kamu sudah bangun?” gumamnya terbangun saat aku sedikit bergerak. Ivander mengeratkan pelukannya dan mencium keningku.

“Suamiku, aku mau ke kamar mandi” ucapku sambil menyentuh wajahnya. Ivander masih terlihat mengantuk namun berusaha membuka matanya. Dia perlahan mulai membuka matanya dan menatapku. “Mmhh.. istriku” katanya dengan nada yang hangat sambil tersenyum.

Dia pun menyentuh wajahku dan membelainya dengan ibu jarinya. “Suamiku, bisa tolong lepas dulu?” pintaku merasa semakin tidak tahan. “Baiklah sayang, meski enggan tapi sepertinya aku tidak bisa menahan mu terus” Ivander melepaskan pelukannya.

Saat aku bergerak dan berusaha untuk bangun, rasanya semakin sakit. “Akh!” ucapku sambil menyentuh pinggangku kembali. Ivander khawatir melihatku dan langsung mendekat kembali dan duduk di sampingku.

“Kenapa sayang?” tanyanya dengan ekspresi cemas. Dia menyentuhku pinggangku dengan lembut. “Sakit.. aku tidak bisa bangun suamiku” jawabku dengan nada yang manja karena merasa sakit. Ivander tersenyum mendengarkan perkataanku dan dia pun meraih dan melingkarkan tangannya ke pinggangku.

Dia kini berdiri di samping kasur dan bersiap untuk mengangkat tubuhku. “Pegangan yang erat ya sayang” Ivander menarik tanganku untuk melingkar ke pundaknya. Dia kemudian mengangkat tubuhku dan menggendongku.

“Sayang, apa sangat sakit?” tanyanya menurunkan pandangannya menatapku sambil berjalan menggendongku menuju ke kamar mandi. “Eum..” aku hanya mengangguk dan bergumam. Ivander tersenyum namun juga merasa khawatir. “Maaf ya sayang.. aku sudah berlebihan melakukannya. Maaf aku tidak bisa menahan diriku” katanya dengan ekspresi yang sedih dan merasa bersalah.

“Ssst.. sudah ya suamiku. Tidak perlu minta maaf, aku juga menginginkannya” jawabku mencoba menenangkannya. Ivander mulai tersenyum saat aku menyentuh wajahnya dan berusaha membuatnya merasa lebih baik.

“Cup” Ivander menyentuh keningku kemudian tersenyum. “Terimakasih istriku, kamu memang yang terbaik. Aku akan membantumu mandi dan menggendong mu kemanapun kamu mau. Aku tidak mau kamu merasa tidak nyaman karena sakit yang kamu rasakan” Ivander mengatakannya dengan ekspresi yang cerah dan senyuman yang hangat.

Dia menurunkan ku di kamar mandi dan membiarkanku sebentar sambil meminta air hangat dari pelayan untukku membersihkan tubuhku.

Saat Ivander pergi aku merasa semakin tidak bisa menahan ekspresiku atas apa yang kurasakan malam itu. Aku tidak tahu pasti perasaan yang kurasakan saat ini namun aku merasa senang, berdebar dan anehnya aku merasa tidak pernah cukup dan menginginkannya lebih dan lebih lagi.

Bak mandi yang kosong belum terisi oleh air serta keheningan ini membuatku sedikit takut akan kenyataan bahwa aku tidak berhak berada di tempat ini. Tanpa adanya Ivander ataupun orang lain di tempat ini menjadikanku semakin tidak ingin berpisah darinya.

“Suamiku” panggilku karena takut semua itu hanya mimpi. Ivander tak kunjung datang dan perasaan takut itu semakin merasuk dalam benakku.

“Kenapa Ivander belum datang?” gumamku semakin takut. Tidak ada tanda akan kehadirannya dan bahkan tidak ada suara apapun di sana. Aku semakin larut dalam pikiranku dan menangis.

“Siapa aku? Dimana semua orang?” gumamku sambil menutupi wajahku. Aku ingin berdiri namun aku tidak sanggup dan hanya menunggu. Ivander yang merupakan satu-satunya orang yang ku harapkan kedatangannya pun tak tahu dimana gerangan nya.

Ceklek!..

Aku merasa tenang saat Ivander membuka pintu dan membawa air di tangannya. Aku menatapnya dengan senyum di wajahku.

Sret!..

Ivander sangat terkejut melihatku dan langsung meletakkan wadah berisi air itu dan menghampiriku. “Istriku, kamu kenapa?” tanyanya sangat khawatir. Ivander menyentuh wajahku dengan kedua tangannya dan mengusap air mataku.

Dia menatapku dengan serius dan tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. “Apa sangat sakit istriku? Dimana saja yang sakit? Maafkan aku yang telah keterlaluan padamu” ucapnya merasa bersalah. Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak suamiku. Aku.. aku pikir kamu pergi dan aku takut sendirian” ucapku sambil meneteskan air mata kembali. Tanganku meraih lengannya dan mencengkeramnya dengan kuat merasa takut akan kehilangan.

“Hmm.. sayang, aku tidak akan pergi kemanapun. Jangan takut, sekarang aku ada disini” Ivander memelukku dengan erat.

Rasanya semua yang ku khawatirkan tumpah saat itu juga. Aku menangis sejadi-jadinya dalam dekapannya. Aku sangat takut semua ini hanyalah mimpi yang terasa sangat nyata dan aku tidak bisa lagi kembali menjadi diriku yang sebenarnya bahkan aku tidak ingin pergi dari tempat ini juga.

Aku ingin bersamanya, aku tidak akan pernah menemukan orang sebaik dirinya, aku ingin bersikap egois dan berharap Casandra mau memberikannya padaku dan tetap tidak kembali ke tubuhnya. Aku mungkin jahat dalam hal ini namun aku hanya ingin sekali merasakan kebahagian seperti ini. Dicintai oleh pria yang hebat dan penuh kasih sayang seperti Ivander. Sosok pria idaman yang tanpa celah dan menjunjung kesetiaan.

Dimana lagi aku bisa menemukan pria ini, jika bukan di tempat ini. Tempat yang tidak ku ketahui letak dan bahkan nyata atau tidaknya tempat ini. Namun jika bukan suatu tempat yang nyata, mana mungkin aku bisa merasakan semuanya bahkan sentuhan dan kehangatannya pun sangat nyata.

Ivander tidak menanyakan apapun dan hanya membantuku untuk lebih tenang dan sudah berhenti menangis. Dia pun melepaskan pelukannya dan menatapku untuk memastikan kondisiku.

Aku merasa malu namun aku tidak bisa menahan perasaanku. “Ivander, aku mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu” ucapku saat menatapnya. “Iya sayang, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, jadi jangan takut. Aku tidak akan pernah pergi dari hidupku meski ke ujung dunia, aku akan mencari mu” katanya dengan keseriusan. Tangannya membelaiku penuh dengan kasih sayang.

“Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu suamiku. Katakan apapun yang kamu inginkan” ucapku sambil tersenyum dengan nafas yang masih sesenggukan setelah menangis. Ivander menarik tanganku dan meletakkannya ke pipinya. Telapak tanganku menyentuhnya dan dia bersandar di sana sambil tangannya menahan tanganku. Dia memejamkan sejenak matanya seolah sedang merasakan kelembutan dan rasa dari sentuhan tanganku.

“Aku hanya ingin kamu selalu bahagia bersamaku sayang dan aku harap kamu bisa memanggilku sayang seperti tadi malam. Aku sangat suka saat kamu memanggilku dengan sebutan sayang” katanya sambil tersenyum.

“Apa? Aku tidak ingat memanggilnya seperti itu. Apa aku terbawa oleh suasana malam itu? Haa.. bagaimana ini? Aku malu memanggilnya seperti itu” dalam benakku. Aku terkejut keinginan Ivander sangat sederhana namun sulit kulakukan.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!