Genre: Drama, Mystery, Psychological, Romance, School, Supernatural, Time Loop
Haruto Keita hanyalah siswa SMA biasa. Tapi suatu hari, saat pulang sekolah, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mendapati dirinya kembali di kelas, satu jam sebelumnya. Sempat merasa bingung, Haruto akhirnya menyadari bahwa setiap kali dia membuat kesalahan, waktu akan mundur satu jam.
Setelah beberapa kali mengalami Time Loop, Haruto menemukan sebuah pola yang membuatnya berpikir kalau semua itu berhubungan dengan seorang gadis, namanya Fumiko Reina.
Siapa itu Fumiko Reina? Lalu, bagaimanakah nasib Haruto kedepannya?
Note:
- Cerita ini hanya fiksi, semua latar, tokoh, dan cerita murni karangan author belaka. Jika terdapat kesamaan pada karangan ini, maka itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 — Flashback Part 1 — POV Future Haruto
Hari ini adalah hari yang terburuk. Aku tidak percaya dan tidak menyangka, semuanya malah jadi begini.
Kenapa waktu malah terulang? Apa hanya aku yang mengalami ini? Sial, ada apa sebenarnya?!
Tanpa alasan yang jelas, aku terus-terusan berada di kelas. Maksudku, ketika aku menjalani hariku seperti biasa, tiba-tiba aku malah kembali ke kelas.. atau lebih tepatnya waktu malah mundur satu jam. Dan yang lebih aneh lagi, itu terjadi berulang kali.
Setelah terus mengalami kejadian aneh itu, aku menyadari bahwa aku terjebak dalam Time Loop. Memang terdengar aneh, tapi ini nyata!
Awalnya, aku tidak percaya dengan apa yang terjadi, tapi semuanya sudah diperjelas. Setiap kali terbangun, aku selalu menemukan diriku kembali pada saat yang sama, yaitu di ruang kelas, tepat satu jam sebelumnya.
Tentu saja, aku jadi sangat kebingungan, bahkan ini terasa menyakitkan. Itu karena sebelum mengalami pengulangan waktu, kepalaku jadi begitu pusing. Dunia di sekelilingku berputar sebelum semua pandanganku menjadi gelap, lalu tersadar kembali di ruang kelas.
Entah sudah berapa lama aku mengalami ini, tapi aku tahu kalau waktu sudah terbuang cukup banyak.
Sebenarnya, aku sendiri tidak masalah dengan itu, karena aku juga sering buang-buang waktu. Setiap hari, tidak ada hal bermanfaat yang bisa kulakukan. Mungkin hal bagus tentang diriku ini hanyalah nilai ujian yang stabil dan tidak pernah merah.
Ada alasan kenapa aku bisa seperti itu. Berkat keinginanku untuk hidup mandiri, orang tuaku mendukungnya dengan satu syarat, yaitu aku harus menjaga nilaiku agar tidak merah.
Ngomong-ngomong, aku tinggal di apartemen kelas menengah. Tentu saja, aku harus menjalani kehidupan tanpa mengandalkan siapapun, selain diriku sendiri.
Jika aku boleh jujur, sebenarnya kehidupan mandiri tidak semudah yang orang lain bayangkan. Biaya makan, mencuci pakaian, membersihkan ruangan yang kotor, dan yang lainnya.. aku harus memikirkan itu semua.
Tidak hanya itu, dengan uang saku yang terbatas, aku harus menghemat dan belajar mengelola uang dengan baik.
Namun, semua itu masih terasa mudah dibandingkan dengan apa yang kualami sekarang.
Tolonglah, aku butuh petunjuk saat ini!
Kenapa aku bisa mengalami Time Loop? Bagaimana dengan yang lainnya? Apakah mereka juga mengalaminya?
Ayolah, mimpi ini tidak lucu! Bangunlah, diriku!
Aduh!
Aku meyakinkan diriku kalau ini hanyalah mimpi. Namun, saat memukul pipiku sendiri dengan keras, rasanya begitu sakit.
Jika sudah seperti ini, maka semuanya memang jelas kalau apa yang kualami sekarang bukanlah mimpi.
Aku ingin bertanya pada teman sekelasku atas apa yang kualami ini, tapi.. rasanya menakutkan karena aku tidak terbiasa bicara dengan orang lain.
Tidak, bukan itu yang aku takutkan. Aku lebih takut jika direspon secara negatif. Bayangkan saja, ketika seorang murid pendiam tiba-tiba bicara dan menanyakan hal tidak masuk akal seperti pengulangan waktu, maka murid pendiam itu akan dianggap sebagai orang yang aneh.
Tepat sekali, aku sedang membayangkan diriku sendiri. Entah kenapa, aku merasa kalau berhubungan dengan orang lain itu merepotkan. Rasanya aku membutuhkan lebih banyak energi hanya untuk membuka mulut.
Mungkin karena itulah, aku jadi tidak memiliki teman, dan orang-orang menganggapku sebagai angin lalu.
Eh?! Teman? Angin lalu?
Oh, tunggu! Sebenarnya ada satu orang yang selalu bicara padaku, tapi aku tidak tahu apakah dia bisa disebut sebagai teman atau bukan.
Kupikir aku bisa saja mengandalkan orang itu. Aneh sekali, kenapa aku baru kepikiran? Yah, sudahlah. Bukannya ini bagus? Aku jadi menemukan solusinya sekarang.
Jujur saja, ketika waktu terus terulang, aku sudah pasrah dan menjalani sisa-sisa hidupku yang begitu menyiksa.
Namun, sekarang aku jadi kepikiran untuk berbicara dengan orang itu. Kuharap dia bisa memberikan solusi, atau paling tidak menenangkanku.
Aku lalu bangkit dari kursi kelas. Entah sudah berapa lama aku merenung disini, tapi yang pasti, aku hampir tidak melakukan apa-apa lagi.
Aku sudah begitu malas untuk bergerak, karena untuk apa aku melakukan sesuatu jika semuanya terulang? Itu benar, ketimbang menjalani hal yang sia-sia, lebih baik aku melakukannya lebih dulu.
"Haruto-kun, kau tidak pulang?"
Eh? Hah?! Kenapa Fumiko Reina ada disini?
Baru saja aku bangkit dari kursi, tiba-tiba ada salah satu gadis tercantik di sekolah yang muncul. Bahkan, dia memanggilku tanpa ragu.
Biar kukenalkan lagi. Nama gadis ini adalah Fumiko Reina, panggil saja Reina-san agar terkesan sopan. Dia merupakan salah satu gadis tercantik di sekolah, atau apapun itu.. aku tidak peduli.
Sepertinya gadis ini mengenalku. Tidak, apa yang kupikirkan? Kami berdua sekelas.
"Haruto-kun? Kenapa kau diam saja?"
"Eh?"
Ah, aku harus meresponnya. Rasanya tidak sopan jika aku diam saja. Tapi, aku harus apa? Bagaimana cara merespon seorang gadis cantik?
Siapapun, tolong beri aku petunjuk! Lagipula, kenapa aku harus menghadapi gadis ini? Aku jadi semakin kesulitan karenanya.
"Umm.. maaf, Reina-san. Aku sedang menunggu pengulangan waktu."
Astaga, aku malah mengatakannya. Tolong jangan anggap aku sebagai orang yang aneh sekarang!
"Pengulangan waktu? Apa itu? Kau sedang membaca novel, atau semacamnya?"
"Bu-bukan begitu."
"Kau tidak perlu malu untuk membicarakan hobimu. Aku tidak akan menghinanya, jadi bicarakan saja denganku!"
Eh? Kenapa Reina tersenyum? Dia jadi tampak manis ketika mengeluarkan senyumnya itu. Lalu, ada apa ini? Jantungku terasa berdetak lebih cepat ketika melihatnya.
Tenanglah, diriku! Dia juga menunjukkan senyuman yang sama pada orang lain!
"Tidak, sudah kubilang bukan begitu."
"Oh, jadi bukan? Lalu, apa maksudmu?"
""A-anu, itu.. ini hanya.."
Aku mencoba untuk tetap tenang, tapi apa-apaan respon yang kuberikan ini?! Kacau sekali, aku benar-benar payah! Tentu saja, Reina jadi bingung karenanya.
"Maaf, Haruto-kun. Aku tidak memaksamu untuk bicara, jadi kau bisa bicara saat kau sudah siap."
"Eh?"
"Sampai nanti, Haruto-kun!"
Ah, dia pergi. Reina hanya ingin mengambil barangnya yang ketinggalan, tapi karena tidak sengaja bertemu denganku yang masih ada di kelas, dia jadi menyapaku.
Benar sekali, aku tidak boleh terbawa suasana. Kurasa akan lebih baik jika aku kembali ke urusan awal, yaitu menemui orang itu.
Aku agak sulit untuk menyebut namanya. Orang itu, dia juga sekelas denganku, dan dia adalah seorang perempuan, tapi sifatnya sangat dominan ke laki-laki. Sebenarnya aku tidak ingin terlalu berurusan dengannya, tapi aku berubah pikiran sekarang.
Aku memerlukan orang itu untuk sekadar bercerita saja. Aku percaya padanya. Walaupun mungkin dia akan mengejekku, aku tidak keberatan dengan itu.
Ini adalah satu-satunya pilihan, jadi lebih baik aku mencobanya.
Setelah berurusan singkat dengan Reina, aku langsung melangkah keluar kelas untuk mencari orang itu. Dia selalu sibuk dengan kegiatan klub dan sulit untuk ditemukan, tapi kuharap aku bisa menemukannya.
Aku lalu berjalan di lorong, berusaha untuk terus mencarinya.
Oh, apa ini? Sampah plastik? Warnanya begitu terang, dan terlihat cukup mencolok. Sampah apa itu sebenarnya?
Tunggu, kenapa aku malah memperhatikan sampah?! Astaga, abaikan saja! Mau dilihat dari manapun juga, itu hanyalah sampah yang tidak berguna.
Pada akhirnya, aku terus berjalan menyusuri satu sekolah, mencari keberadaan orang itu.