Grace Jacorey, seorang editor di salah satu perusahaan media di California. Karena kecerobohannya bersama temannya membawanya ke dalam sebuah masalah. Ia dipertemukan dengan salah satu keturunan Walton, seorang pria tampan dan kaya raya. Sejak pertemuan itu, Grace merasakan jantungnya berdebar saat berada di dekat pria itu. Mungkinkah ia jatuh hati pada Pria itu? Akankah pria itu memiliki perasaan yang sama dengan Grace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Kabar Baik
Pagi ini Grace bekerja seperti biasanya, ia duduk di mejanya dengan tangan yang tidak fokus mengetik keyboard laptopnya. Terkadang ia berhenti lalu merenung. Pikirannya tertuju pada hasil pertemuan Edward dengan Kendrick. Ia takut jika masalah mereka tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik. Perusahaan mereka bisa saja bangkrut dan reputasi perusahaan mereka akan di cap buruk. Grace tidak akan sanggup untuk membayar kerugian perusahaan.
"Grace.." panggil Ellen membuat Grace menoleh.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Grace. Sejak tadi ia memperhatikan Grace tidak fokus.
"Sejujurnya aku tidak baik-baik saja Ellen. Aku memikirkan pertemuan Pak Edward dengan Kendrick. Bagaimana jika dia tetap menuntut perusahaan kita," kata Grace.
"Semoga saja Kendrick berbaik hati Grace," tutur Ellen memberi dukungan pada rekan kerjanya itu.
"Grace...." Olivia sekretaris Regan muncul dengan wajah sumringah. Ia berjalan mendekati meja Grace.
"Ada kabar baik. Sepertinya Dewi Fortuna berpihak pada kita. Kendrick menarik kembali tuntutannya," ujar Olivia membuat Grace terkejut.
"Ya Tuhan.. kamu serius Oliv?" Grace mengerjapkan matanya seperti belum percaya.
Tubuhnya terasa ringan setelah mendengar kabar baik itu.
"Yap.. Pak Edward baru saja menghubungi Regan," balas Olivia.
"Ellen.. " Grace memeluk Ellen karena senang.
"Bagaimana dengan wawancaranya?" tanya Ellen.
"Dia tetap bersedia diwawancarai dengan syarat Grace dan Jena yang akan mewawancarainya," jawab Olivia membuat Grace refleks melepaskan pelukannya dari Ellen.
"Kenapa harus aku. Bagaimana ini? Aku tidak bisa. Itu bukan bidang ku," ujar Grace tidak terima.
"Apa tidak bisa yang lain saja? Bella saja bagaimana?"
"Grace, sebaiknya kamu terima saja. Daripada dia tidak mencabut tuntutannya. Setidaknya perusahaan kita aman. Masih ada waktu Grace. Kamu masih bisa belajar, lagi pula kamu juga sudah beberapa kali ikut dengan Bella dan Jena ke lapangan," ucap Olivia.
"Aku akan berusaha. Aku pasti bisa," kata Grace menyemangati dirinya.
"Bagus.. kalau begitu aku pergi dulu. Mungkin Regan akan segera memanggil kalian," kata Olivia beranjak pergi.
*****
Ellen menemui Grace yang sedang berada di ruang percetakan. Ia membawa ponsel dan buku kecil milik Regan.
"Grace, bisakah kamu membantuku?"
"Ada apa Ellen?"
"Begini, Regan tak sengaja meninggalkan ponsel dan bukunya. Olivia memintaku untuk segera mengantarnya. Aku sedang tidak enak badan. Aku akan mengirim alamatnya padamu," ujar Ellen dengan wajah pucat.
"Baiklah. Sebaiknya kamu izin saja untuk pulang. Wajahmu pucat sekali," balas Grace mengambil alih ponsel dan buku ditangan Ellen.
"Thanks Grace."
Satu jam kemudian Grace tiba di depan sebuah gedung hotel, ia berjalan memasuki lobby hotel. Bertanya pada resepsionis letak gedung yang ingin ditujunya. Regan dan Olivia sedang mewakili perusahaan mereka dalam sebuah acara sosial.
Grace melangkahkan kakinya menuju Lift. Sesampainya di depan lift, Grace memencet tombol ke arah atas.
Ponselnya berdering, Grace mengambilnya dari dalam tasnya. Regan memanggilnya.
"Kenapa lama sekali? 10 menit lagi acaranya akan dimulai," semprot Regan membuat Grace terkejut.
"Saya sudah tiba di hotel Pak. Saya akan segera ke sana," ucap Grace. Regan lalu mematikan panggilannya.
"Sial, siapa suruh dia meninggalkan ponselnya," kata Grace menggerutu. Pintu lift di depannya tak kunjung terbuka.
"Aku cari lift lain saja," batinnya hendak pergi namun tertahan. Matanya tak sengaja menangkap sosok pria dengan seorang wanita berjalan ke arahnya.
"Bu.. bukankah itu Kendrick.." gumamnya kembali menghadap pintu lift.
"Ya Tuhan.. bagaimana jika ia melihatku. Aku belum siap bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Pria itu mungkin mengenaliku," batinnya gugup.
"God.. help me," gumam Grace kembali menekan tombol lift.
"Ah ayolah.. sebelum mereka sampai ke sini," kata Grace menakan tombol lift di depannya.
"Oh sial.. perutku terasa kram lagi." Sejak tadi malam Grace merasakan perutnya tiba-tiba kram. Biasanya itu terjadi karena masa haidnya akan segera tiba.
belum lagi dia dah jadi bekas selingkuhan, dah pernah tidur bersama sampai hampir punya anak...idiiii jijik gw, helena juga dah umurnya stengah abad dah cukuplah hidup dengan pernikahannya. kalo dah tua sdh tdk peduli namanya menikah lagi, mending sendiri dah punya anak dan cucu. kagak sepi" amat hidup.
selingkuh itu penyakit. kgk ada obatnya.
simon emng gak bisa dimaafkan. kalo misalnya tuh selingkuhan gak kegguguran..apa iya simon tdk meninggalkannya?
kgk lah!
pengusaha kok bodoh gitu😌
lah si Aron juga, harusnya dia belajar dari hubungan ayahnya dengan ibunya dulu , gimana akhirnya bercerai apakah karena selingkuh atau masalah lain. harusnya dia belajar dari legalana ayahnya pd Paulina dan kejadian dia bermain belakang yang katanya dijebak sama sekretarisnya..dan menyalahkan ayahnya dan bersikap seperti Ken baru bener,😌
latar belakangnya emng dunia barat. tapi percuma aja kalo wanita utamanya selalu yang ori. lagian sdh ada Alena sebagai karakter untuk pria satu anak kenapa Grace juga harus rasanya perbedaan itu disayangkan untuk karakter wanita lain. seperti teman" Grace mereka sdh pd berbeda untukendapatkan pasangan ..lah si Grace dengan Alena malah sama. kalau Alena si wajar ya namanya pria beristri pasti punya anak..lah Kendrick, harusnya gak usah😒 gw jadi agak gak mood lagi bacanya😪