Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 25
Bukan karna di katakan miskin oleh sang suami yang membuat Dista menangis, melainkan pandangan dan penilaian sang suami terhadapnya. Tatapan mata Dista kepada Lingga sungguh menyedihkan, bahkan pria itu langsung mengalihkan pandangannya.
“Mas, aku tidak tahu dosa sebesar apa yang telah aku lakukan padamu. Hingga kau terus saja menyakiti hatiku dengan kata-katamu dan hal semacamnya,”
“Mas, aku manusia biasa yang bisa merasakan sakit hati. Selama ini diam ku karna aku tidak ingin melewati batas ku sebagai seorang istri,” ucap Dista dengan air mata yang mengalir deras.
Lingga terdiam, ia menatap datar Dista yang terlihat rapuh sekali. “Aku hanya ingin menjadi istri yang terbaik untukmu, jika itu sulit untuk mu.. Kau bisa menceraikan aku saja, Mas,” kata Dista yang berhasil membuat mata Lingga melotot sempurna.
Bahkan tangan Lingga dengan mudahnya menarik ujung hijab Dista hingga wanita itu mendekat padanya. Tatapan mata Lingga sungguh tajam tapi tatapan mata Dista juga tidak kalah tajam.
“Aku tidak sanggup, aku juga memiliki ambang kesabaran untuk menghadapi segala sikap kasar mu, Mas!” ucap Dista dengan sangat tegas.
Lingga menangkup kedua pipi Dista dengan kedua tangannya, bahkan kuku pria itu yang memang panjang cukup menyakiti pipi Dista.
“Kau memang mau bercerai? Apa kau siap melihat Paman dan Bibi mu mati ditanganku malam ini?” Ancam Lingga yang mana berhasil membuat Dista sedikit takut sebenarnya.
“Satu langkah kau kabur dari ku, satu tembakan yang akan aku berikan kepada Paman mu. Dua langkah, untuk Bibi mu. Aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku, kau tahu sendiri kan seperti apa aku dalam bersikap?” Ancam Lingga lagi.
Lingga menghempas begitu saja wajah Dista hingga hanya tangisan yang terjawab dari wanita tidak berdaya itu. Lingga berlalu pergi bahkan menutup pintu dengan sangat keras. Hatinya mendadak menjadi lebih kesal kala mendengar Dista mengatakan perceraian.
“Atas berhak apa dia mengatakan perceraian kepadaku? Dia memang tidak tahu batasan!” umpat Lingga sembari melangkah keluar dari boutique Vania. Bahkan ada salah satu karyawan yang melihat seperti apa cara Lingga dan Dista berkomunikasi tadi.
••
Dista masih menyusun bunga mawar itu kedalam Vas sembari menangis tanpa suara. Ia terus saja menyeka air matanya yang masih mengalir, tidak ada yang bisa Dista lakukan. Kalau Dista bersikap egois dengan tidak memikirkan nyawa Paman dan Bibinya, maka dengan sangat mudah ia bisa pergi dari penjara yang menyakitkan ini.
Hanya saja, hanya keluarga itu yang Dista miliki sekalipun keluarga itu tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga juga. Bahkan sudah sebesar ini pengorbanannya untuk keluarga kecil itu, tapi tidak ada perkataan baik yang diucapkan oleh Paman dan Bibinya.
“Dista..” Suara yang memanggil itu membuat Dista cepat-cepat menghapus air matanya. Berusaha untuk tidak terjadi apa-apa tadi, agar Vania tidak curiga.
“Ada hubungan apa antara kau dan Lingga? Kenapa Lingga berlaku kasar padamu, ada karyawan tadi yang melihat Lingga menyakiti mu.” Sungguh terkejut Dista karna Vania menanyakan hal ini.
Dista paling tidak bisa berbohong, ia bingung harus menjawab apa. Tangan Vania meraih tangan Dista untuk berbalik kearahnya, sungguh terkejut Vania kala melihat pipi Dista yang sedikit terluka.
“Ini yang dilakukan Lingga tadi padamu?” tanya Vania dengan raut wajah yang cukup tidak menyenangkan. “Jawab, Dista!” desak Vania, ia sungguh tidak tega melihat Dista diperlakukan seperti ini.
Terus ditanya seperti itu membuat tangis Dista pecah, ia terduduk di lantai dengan isak tangis yang terdengar menyakitkan. Bahkan Dista terus mengeluarkan suara tangisnya tanpa ragu, perlahan Vania ikut berjongkok hingga berhadapan dengan Dista.
“Menangislah, keluarkan semua kesedihan mu. Jangan pendam apapun, aku akan mendengarkan cerita mu nanti,” ucap Vania sembari terus mengelus punggung Dista yang terus bergetar merasakan tangisnya.
•15 menit kemudian..
Dista sudah lebih baik setelah mengeluarkan semua isak tangisnya tadi, bahkan Vania terus berada disamping Dista selama menangis. Kini Dista dan Vania duduk disofa dengan tangan Vania yang menggenggam erat tangan Dista.
“Katakan saja ada hubungan apa kau dengan Lingga?”
Menarik napas dalam-dalam, Dista harus mengatakan hal yang sejujurnya sekarang.
“Aku adalah istri miskin yang dimiliki Lingga, akulah wanita itu,” ungkap Dista yang mana berhasil membuat Vania terdiam membisu.
“Lingga melakukan tindakan kasar kepada istri nya?” tanya Vania yang mana seolah tidak percaya jika Lingga bisa memiliki sifat se kotor itu. “Aku tidak menyangka, sekalipun Lingga selalu bersikap egois.. Tapi, dia juga tidak suka menyakiti wanita,” sambungnya.
“Nyatanya aku disakiti, Kak. Tapi, sudahlah.. Intinya aku sudah mengatakan hal yang sebenarnya, bahwa aku dan Lingga sudah menikah.”
Vania tidak bisa berkata apapun, ia merasa kasihan melihat Dista yang selalu diperlakukan tidak baik oleh Lingga.
“Lingga paling tidak suka dibantah dan ada orang yang terus mengatakan perpisahan padanya, jadi.. Jangan sekali kau bersikap seperti itu.” Penjelasan dari Vania cukup masuk akal bagi Dista.
Bahkan Vania terus memberitahu kepada Dista seperti apa sikap Lingga dan cara menghadapi pria itu. Dan apa yang harus Dista lakukan kala Lingga mengeluarkan sifat semena-mena nya. Jujur Dista tidak menyangka jika Vania adalah orang yang paling paham akan sifat Lingga.
“Lalu, kenapa hubungan kalian berakhir, Kak?” tanya Dista karna sudah tidak bisa menahan rasa penasaran nya lagi.
“Aku merasa tidak cocok lagi dengannya, dia terlalu sulit untuk aku hadapi,” jawab Vania sejujurnya, karna memang itulah faktanya.
Memang benar, sifat Lingga bagaikan harimau kelaparan. Ntah apa yang bisa menjinakkan pria itu, bahkan Vania kewalahan dengan itu.
“Lupakan saja, sebenarnya malam ini adalah pertunangan ku dengan Aldo. Jadi, aku akan mengundang Lingga saja,” ucap Vania yang mana membuat Dista bingung.
“Karna aku yakin, dia pasti akan membawa istrinya. Dan itu kan dirimu, aku pura-pura tidak tahu saja,” jelas Vania yang membuat Dista terkekeh.
Pantas saja Vania meninggalkan Lingga yang lebih kaya dari Aldo, karna sifat Vania yang selalu bahagia dan periang sungguh tidak nyambung jika bersama dengan pria dingin seperti Lingga.
“Kau istrinya, pandailah mencari cara agar dia bersikap jinak padamu. Coba pahami dia, pasti jika memang kalian ditakdirkan.. Pasti ada alasan yang membuat kalian tetap bersama. Bercerai adalah hal yang tidak bisa menjadi keputusan final..”
“Kalau bisa diperbaiki maka kita harus perbaiki, bukankah begitu?”
Apa yang dikatakan Vania membuat pikiran Dista menjadi terbuka. Awalnya ia takut untuk melakukan itu di pernikahan tidak diinginkan ini, hanya saja yang dikatakan Vania membuat keberaniannya bangkit.
••••••
BERSAMBUNG