Tag khusus : Membaca Pikiran
Thalita terbangun kembali setelah meminum racun buatan suaminya.
Deo begitu ambisius ingin menyingkirkan istrinya itu agar bisa menikahi adiknya.
Namun takdir berkata lain, Thalita kembali hidup dan memasuki area istana kerajaan sebagai seorang putri yang terbuang.
Thalita yang awalnya seorang wanita kantoran itu harus menjalani berbagai rintangan sebagai seorang putri buangan.
Apakah Lita mampu mengubah takdirnya menjadi putri yang terhormat ?
Dan apakah ia bisa menundukkan hati sang pangeran yang begitu dingin di kerajaan itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Penawaran
Permaisuri Qian tengah berjalan hendak menuju rumah pelayan Chou yang beberapa hari ini berbaring sakit. Jadi, agak tertinggal informasi mengenai kasus Putri Zhiping.
Dari kejauhan ia melihat dua putri sedang berbicara tampak serius. Ia ingin menguping pembicaraan mereka dan mengetahui apa yang mereka bahas ditempat sepi itu.
"Kamu punya penawar itu !" sentak Putri Zhiping tak percaya lagi. Ia merasa aneh dengan perkataan putri Jian, jika dia punya penawarnya lalu dari mana dia mendapatkannya?
Putri Jian melipat kedua tangannya di depan dada, lalu berkata dengan angkuh. "Kalau iya, imbalan apa yang ingin kamu berikan padaku ?"
Putri Zhiping tak bisa menahan rasa senangnya. Ia tak perduli dari mana putri Jian mendapatkan penawarnya yang terpenting Bhao bisa sembuh secepatnya. Dan tanpa berpikir lama lagi ia setuju dengan penawarannya. "Apa pun yang kamu minta aku akan memberikannya." ujarnya dengan sungguh - sungguh.
"Kamu yakin akan memberikan apa yang aku minta ?" tanya putri Jian seolah ragu dan ingin memastikan lagi.
"Ya ." sahut Putri Zhiping serius.
"Tunjukkan kebenaran dari obat penawar itu !"
"Kamu kira aku pembohong, ini," memberikan pada Putri Zhiping.
"Setelah gadis kecil itu sembuh segeralah datang menemuiku. Aku akan memberitahu apa keinginanku. Jika kamu ingkar atas janji yang sudah kamu ucapkan aku tidak akan segan membuat seseorang yang berharga bagimu pergi untuk selamanya."
Putri Zhiping membola kedua matanya, "Kamu yang meracuni Bhao !"
"Apa aku berkata demikian, Putri? Jangan menuduhku sembarangan!" kemudian berbalik meninggalkan putri Zhiping yang masih membeku.
"Apa sebenarnya tujuan dia meracuni Bhao ? Atau mungkin bukan hanya Bhao saja yang ingin ia celakai ?" Putri Zhiping segera mengamankan penawar itu dan akan memberikan pada Bhao esok hari.
Permaisuri Qian segera menyembunyikan diri begitu Putri Zhiping lewat ke arahnya.
"Penawar? Siapa yang sakit ?" permaisuri Qian menjadi penasaran ia segera pergi ke tujuan utamanya.
Pelayan Chou sudah agak mendingan dan besok sudah bisa beraktifitas seperti biasa lagi. "Saya akan mencari informasi sedetail mungkin dan akan menginformasikan pada Anda, Yang Mulia."
"Bagus. Segera istirahat agar besok pulih."
"Terima kasih atas kesediaan Anda mengunjungi saya !"
Permaisuri Qian hanya bergumam lalu kembali ke kamarnya.
Dan setelah pelayan Chou sembuh ia menggali banyak informasi selama ia sakit mengenai kasus putri Zhiping terutama terkait anak didiknya yang mengalami keracunan hingga lumpuh sampai sekarang karena belum mendapatkan obat penawar.
.
Putri Zhiping sudah tidak sabar ingin mengunjungi rumah Feng karena begitu senangnya ia mengabaikan Zan Zizi yang sejak tadi memanggilnya.
"Putri!" teriak Zan Zizi membuat Putri Zhiping kaget.
"Hah, Zan Zizi kamu membuatku terkejut?"
"Saya sudah berkali - kali memanggil Anda. Tapi Anda tak mendengar panggilan saya."
Putri Zhiping tertawa renyah, "Ah, maafkan aku. Aku harus segera pergi ke rumah Bhao. Aku sudah mendapatkan penawarnya."
"Sungguh Putri ? Syukurlah, kalau begitu mari saya antar. Kebetulan saya juga masak lebih, saya mau membaginya dengan gadis cantik itu."
Tanpa berpikir panjang Putri Zhiping tak menolaknya dan bergegas ke rumah Feng.
Setelah meminum obat penawar itu seketika persendian tangan dan kaki Bhao bisa bergerak perlahan.
"Syukurlah, kamu bisa sembuh Bhao!" Putri Zhiping sontak memeluk tubuh kecil itu.
"Terima kasih Putri, aku akan sembuh dan bisa bersekolah lagi." ujar Bhao dengan senyum kecilnya.
Feng selaku orang tua tunggal ikut bahagia melihat putri kecilnya sudah mengalami perubahan meski butuh waktu untuk sembuh total.
Zan Zizi membagi makanannya kepada Bhao.
"Tunggu!" tahan Putri Zhiping ketika Zan Zizi ingin menyuapi Bhao.
Zan Zizi menoleh, "Ada apa Putri?"
"Biarkan aku mencobanya dulu. Aku tidak mau hal buruk terjadi lagi pada Bhao."
Dan tanpa rasa canggung Zan Zizi menyuapi putri. Putri Zhiping mengunyah lalu menelan makanannya. Ia tidak merasakan apa pun yang aneh dan menyatakan makanan itu aman.
Zan Zizi tersenyum simpul meski perilaku tadi hanya sekali saja ia melakukannya. Ia senang seperti ini, bisa lebih dekat dengan sang pujaan hati.
.
Pangeran Liang Zee dilarang keluar istana oleh permaisuri Jian lie, karena sebuah pantangan calon pengantin pria keluyuran apa lagi mau menemui calon istri. Permaisuri sudah menyiapkan berbagai ritual yang harus pangeran jalani.
"Ibu, ini tidak masuk akal. Aku tidak mau berendam dengan air bunga ini." elak Pangeran Liang Zee hendak kabur saja kalau bisa.
"Kamu calon pengantin, badan kamu harus selalu segar dan wangi. Dengan begitu kamu akan cepat memberi cucu pada ibu." permaisuri Jian Lie sangat gemas dengan putra bungsunya ini.
"Ibu, aku bukan anak kecil lagi." rengek Pangeran Liang Zee.
"Sudah, jangan banyak bicara !" memaksa Pangeran Liang Zee untuk berendam.
Pangeran Liang Zee merasa tertekan dengan peraturan kuno itu yang katanya sudah warisan leluhur. Ia menerawang jauh jika sudah hidup bersama dengan sang putri. Putri itu memang agak laen menurutnya. Pangeran Liang Zee teringat dengan satu buku yang ia temukan di perpustakaan istana mengenai racun dan racun itu sama persis dampaknya pada Bhao. Dan tertulis jelas penawarnya ada di buku itu. Ia bermaksud ingin menemui putri dan memberikan buku tersebut tapi, langkahnya terhalang oleh para penjaga yang sudah mendapat amanat dari permaisuri Jian Lie untuk menjaga pangeran.
Sementara itu, Putri Zhiping bergegas menemui putri Jian.
"Aku sudah menduga kamu akan datang secepat ini menemuiku." ujar putri Jian dengan senyum sinisnya.
"Ya tentu saja aku akan datang. Sebentar lagi aku akan menikah jadi mungkin kita akan jarang bertemu."
"Kamu begitu yakin ?"
"Seminggu lagi. Ya, mungkin masih ada waktu sedikit jika kamu ingin bicara denganku."
"Terlalu percaya diri sekali kamu,"
"Terkadang percaya diri dan tekat yang kuat harus diperlukan ketika kita menjajaki masa yang sulit. Masa dimana kita menjadi pribadi yang kuat dan agar tidak mudah ditindas." Putri Zhiping tak bisa membaca apa yang dia pikirkan.
"Aku salut dengan usahamu."
"Terima kasih sudah memperhatikan ku selama ini. Dan sekarang tolong kamu katakan apa yang menjadi keinginanmu agar aku bisa memenuhinya !"
Putri Jian menatap sinis tak begitu suka dengan gaya bicara Putri Zhiping yang memang terlalu percaya diri ini. Ia tak bisa membayangkan jika tahu permintaanya, ia yakin putri akan ingkar.
"Baiklah. Aku akan mengatakannya. Dengarkan Putri Zhiping yang terhormat !" putri Jian menatap tajam dan serius akan mengatakan sesuatu.
Entah mengapa Putri Zhiping mendadak berdebar jantungnya, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan rencana yang putri Jian sembunyikan. "Aneh, aku tidak bisa membaca pikirannya sama sekali." gumamnya dalam diam.
"Aku ingin kamu ...."
Putri Zhiping menyimak dengan sangat baik. Baginya ini adalah hal sepele lalu mengapa putri Jian membuatnya tampak begitu serius.
"Aku ingin kamu membatalkan pernikahanmu dengan Pangeran Liang Zee. Karena Pangeran Liang Zee adalah hanya menjadi milikku."
Putri Zhiping seketika membola kedua matanya dan menganga tak percaya.
.
.
Jangan lupa like, hadiah dan ratingnya teman - teman .
Author lihat penggemar Putri Itu Bisa Membaca Pikiran semakin menurun.
Yuk, semangati author receh ini. Tanpa dukungan dari kalian author tidak bisa berhasil sampai sekarang.
Terima kasih....!! 😘😘😘
semangat thor,, sehat and sukses slalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😘
semangat truss yaa thor,, 💪🏻💪🏻💪🏻😘