mahkotanya terenggut begitu saja dengan paksa.
jiwanya begitu terpukul dan terguncang hingga mampu membuat mentalnya terganggu.
susah payah ia berusaha bangkit dan berjuang.
namun jejak dari peristwa itu masih berlanjut.
ia hamil....laki laki itu tak mau bertanggung jawab.
penolakan itu kembali mengguncang jiwanya.
mampukah ia bangkit untuk kesekian kalinya, jika kembali jejak peristiwa itu mampu meluluh lantakkan masa depan yang coba ia bangun....?!
pernikahannya di batalkan karena jejak dari peristiwa itu.
bagaimana gadis itu akan mampu membangun masa depannya kembali, jika pria itu kembali hadir di hadapannya..??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25 mencari tahu.
Rhain menatap nyalang kearah pria yang kini pun tengah menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam.
Andai Rhaina mau mengakuinya,
Ia bisa melihat pendar pendar cinta dan selaksa rindu tersimpan di mata pria itu untuknya.
Namun wanita cantik berusia 28 tahun itu memilih untuk abai.
Pria itu telah melukis luka yang begitu dalam padanya.
Bahkan kini, mata wanita itu terlihat memerah. Tubuhnya puan terlihat mulai bergetar.
" tutup mulutmu tuan, aku bukan siapa siapamu. kenapa kau bertanya soal anak kepadaku " kata wanita itu pelan dengan suara yang bergetar.
" seharusnya hal itu kau tanyakan pada istrimu.." lanjut Rhain lagi.
Rexy menggerakkan tubuhnya untuk semakin menghadap ke pada wanita yang kini tengah menolehkan kepalanya kepadanya itu.
" kau memang bukan siapa siapaku, kau juga bukan istriku...tapi kau jelas tahu kenapa aku tanyakan ini kepadamu.
Karena kau yang membawa anakku " jawab Rexy dengan begitu tenangnya.
Kedua jemari tangan Rhain terkepal seketika dengan erat mendengar ucapan laki laki itu.
Plakkk.....
Sebuah tamparan dengan telak mendarat di pipi pria dari telapak tangan Rhaina.
Kepala Rexy hingga tertoleh ke samping karena tamparan wanita itu.
kedua mata Rhaina kini telah nampak semakin memerah karena menahan amarah.
Sungguh wanita itu tak habis pikir dengan jalan pikiran laki laki di hadapannya itu.
Dulu, ketika ia mengabari tentang kehamilannya, pria itu abai.
Jangankan membalas, membaca pesannya saja tidak.
Tapi sekarang....
Apa dia bilang...anakku ?
Sinting.
Rutuk Rhain dalam hati.
" m a t i..." jawab Rhain dengan begitu menekan kata katanya.
Kini giliran Rexy yang seolah tak percaya dengan yang ia dengar.
" kau... mem....bunuhnya ?! " tanya Rexy kemudian, suaranya juga mulai terdengar bergetar.
Anaknya yang bersama Rhain juga tiada....
Rexy menggelengkan kepalanya,
Ia seolah tak bisa menerima arti dari kata kata wanita itu.
Anak yang selalu membuatnya terbayang bayang selama sepuluh tahun ini telah tiada....
Wajah Rexy seketika pucat pasi.
" menurutmu ?! " jawab Rhain dengan wajah mencibir.
Senyum miring tersungging di bibir tipis nan mungil Rhaina Azzahwa Ghaisa.
Ia merasa puas melihat wajah nelangsa pria di hadapannya itu.
Rexy menatap tak percaya pada sosok wanita di hadapannya itu.
Apa Rhain setega itu pada anak mereka.
" apa kau pikir aku akan sudi mengorbankan masa depan berhargaku hanya untuk benih menjijikkan milikmu ?!
Apa menurutmu aku akan rela membiarkan milikmu tumbuh dalam rahimku ? " lanjut Rhain lagi.
" Rhain....!! " gemetar suara rexy keluar dari bibirnya mata pria itu pun kini telah memerah.
" dia anak kita..." suara Rexy terbata bata.
Rhain semakin menatap nyalang kepada Rexy, ingatan demi ingatan peristiwa yabg ia alami karena pria itu semakin membuat dadanya terasa semakin sesak.
" dengar baik baik tuan, aku tidak sudi mengakuinya sebagai anakku, aku tidak sudi.....karenanya aku melenyapkannya..." jawab Rhain dengan tatapan tajam dan mata yang membulat ssempurna ke pada Rexy.
" lihatlah dirimu, istrimu bermain di belakangmu, kau bahkan menangisi anak yang mungkin bukan darah dagingmu....sungguh menyedihkannya kau " tambah Rhain lagi,
Bukan tanpa alasan wanita itu berucap demikian, sejak Esther di bawa ke rumah sakit ini dan di tangani oleh dokter Arumi,
Ia beberapa kali turut membantu pasien dokter Arumi itu yang kondisinya saat itu sangat memprihatinkan.
Ia juga beberapakali melihat interaksi tak biasa antara pasien Arumi dan seorang pria yang seolah mendatangi wanita itu dengan sembunyi sembunyi, yakni menunggu saat tengah malam ketika ibu mertua wanita itu tak bersamanya.
Awalnya ia kira pria itu adalah suami wanita itu dan wanita itu hanya sedang merajuk saja.
Namun...
ketika ia melihat Rexy pertamakali kemaren, ia sadar....ada yang di sembunyikan oleh wanita itu.
Apa lagi ia sempat samar samar mendengar wanita itu menegaskan tentang status sang jabang bayi yang di klaim wanita itu sebagai anak dari suaminya kepada seseorang di seberang sana melalui sambungan telephonnya .
" minggir....kau mengahalangi jalanku " kata Rhain lagi sambil mendorong pundak Rexy ke belakang kemudian melewatinya begitu saja.
Namun baru beberapa langkah wanita itu melangkahkan kakinya,
Ia kembali menghentikan langkahnya.
" aku tahu siapa kau, jika kau tak terima dengan sikapku kau bebas memecatku.
Dan aku tunggu surat pemecatan darimu untukku "
Usai mengucapkan itu, wanita berhijab lebar warna hitam itu segera berlalu meninggalkan koridor itu dengan langkah lebar.
Rexy terdiam terpaku di tempatnya.
Tubuhnya masih menggigil gemetaran.
Kenapa hatinya rasanya sangat sakit mendengar kabar ini, kabar anaknya dan Rhain yang telah tiada.
Sakitnya bahkan jauh lebih sakit dari kabar yang ia dengar tentang kematian ke dua anaknya terdahulu bersama Esther dan yang baru tiada juga kemaren.
" anakku..." desisnya pelan meratapi anaknya bersama Rhain.
Rexy masih meratapi rasa trenyuh dan sesak di dadanya ketika bidan Ely datang kepadanya.
" maaf tuan Rexy, dokter Arumi sudah kembali " kata bidan yang merangkap perawat sekaligus asistan dokter Arumi itu.
Rexy menyeka air matanya yang mengalir melewati pipinya begitu saja sebelum ia menoleh kepada bidan itu.
" iya terimakasih, antar aku kepadanya " pintanya kemudian.
Bidan Ely mengangguk, kemudian keduanya melangkah bersama menuju ruangan praktek dokter Arumi.
Rexy baru saja akan berbelok mengikuti langkah bidan Ely ketika matanya menangkap bayangan seorang pria yang ia kenal sedang membukakan pintu mobil untuk seorang wanita yang juga ia kenal.
Ryu...
Ya, pria itu adalah Ryu sang adik yang tengah membukakan pintu untuk Rhain.
Meski sang adik hanya m embukakan pintu mobil saja tanpa ikut naik ke dalam mobil tersebut, tapi interaksi kedua orang itu cukup membuat hatinya ngilu dan dadanya kian sesak.
" tuan Rexy...mari " panggil bidan Ely menyadarkan Rexy.
Segera pria itu menoleh ke arah sumber suara dan kembali mengikutinya.
mata Rexy terpejam sejenak ketika ia teringat ucapan sang adik kepada kedua orang tuanya beberapa bulan yang lalu.
" momy dan papi tidak usah repot repot mencarikan aku jodoh.
Aku sudah mempunyai calonku sendiri..." ucap Ryu kala itu.
" lalu kenapa kau tak mengenalkannya kepada kami ?! " tanya sang papi.
" ingat Ryu, usiamu tak lagi muda, kau sudah harus berumah tangga...bukan bermain main " sela sang momy.
" tidak my, kali ini aku serius...aku hanya inginkan dia sebagai pendampingku " jawab Ryu terdengar mantap di telinga Rexy yang hanya berdiri di balik pintu tanpa berniat untuk bergabung.
" bawa dia kepada momy dan papi " perintah sang nyonya besar, bu Inggrid.
" siap nyonya...segera setelah acara seminar dua bulan lagi, Ryu akan membawa calon Ryu ke mari "
Rexy menghela nafas,
" apa Rhain yang di maksud oleh Ryu ?! Apa Rhain belum menikah " desisnya pelan dalam hati.
" tuan Rexy, silahkan..."
Sekali lagi sapaan bidan Ely mengejutkan pria itu.
" ah iya..." Rexy tergagap, namun kemudian ia pun masuk ke dalam ruangan yang pintunya telah di buka lebih dulu oleh bidan Ely.
Usai mengucapkan terimakasih, Rexy masuk ke dalam ruangan itu dan bertemu dengan dokter Arumi.
Dan tanpa basa basi lagi, Rexy menanyakan tentang sebab musabab kemungkinan terjadinya pendarahan itu dan juga kronologi hingga terjadi pengangkatan sang jabang bayi di dalam kandungan Esther.
Dokter Arumi menjelaskan sedetail detailnya tanpa di kurangi ataupun di tambah.
Mendengar jawaban dokter wanita di hadapannya itu, ludah Rexy seolah tercekat di tenggorokan.
Lidahnya juga terasa kelu.
Jelas sudah kini jika Esther telah melakukan hubungan suami istri selain dengan dirinya.
" lakukan tes DNA antara aku dan bayi istriku, dia masih adakan dokter ?! " kata Rexy dengan tatapan kosong kepada dokter Arumi.
" ya Tuan...kami masih menyimpan bayi anda, karena ibu anda menunggu anda datang dan mensucikannya " jawab dokter Arumi kebingungan.
" lakukan dengan aman tanpa ada yang tahu, aku tak ingin ini menjadi skandal untuk keluargaku.
Jika sampai kabar ini mencuat keluar, anda akan tanggung sendiri resikonya " kata Rexy penuh ancaman.
Selanjutnya pria itu keluar begitu saja dari ruangan praktek dokter kandugan itu.
Meninggalkan dokter wanita itu yang kini terdiam terpaku bagai mayat hidup.
Ada apa ini sebenarnya.....
Bisiknya dalam hati.
Sementara di luar ruangan itu, sembari melangkah Rexy nampak menghubungi seseorang.
" cari tahu secepatnya...."
Klik.
suasana mendukung