NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENYEKAR KE MAKAM

Pak Herman melihat semua kejadian tadi, kini pikiran jahatnya muncul.

"Sam karena Kamu Saya di hadapkan kasus ini, karena Kamu Putri Saya menderita, dan karena Kekasih Kamu itu, putri Saya di permalukan di depan umum, seharusnya kalian yang mati, lihat saja Sam, Saya akan buat perhitungan dengan Kamu"

Lalu Herman bertanya pada pengacaranya apakah dirinya masih bebas bersyarat.

"Masih Pak Herman, sampai sudah keputusan barulah pembebasan anda selesai"

"Saya mengerti, Pak Saya ingin pulang dan beristirahat, putri Saya juga istri Saya pasti lelah seharian ini"

"Baik pak Herman, jaga kesehatan sampai bertemu di sidang berikutnya"

Lalu Herman memanggil Istri juga Putrinya.

"Mamah, Tini Ayo kita pulang"

Sedangkan Sam memandangi Herman dengan sangat sinis.

"Bisa-bisanya anda lolos dari kebenaran Herman Sanjaya"

Ucap Sam dalam hatinya.

Kemudian pengacara Sam berkata,

"Pak Sam Saya harus kembali pulang, semua bukti masih saya simpanan, harap bapak tetap menyimpan salinannya, karena sewaktu-waktu pasti akan di butuhkan"

"Baik Pak Saya mengerti"

Bu Anita seperti mengenali wajah pengacara Sam, lalu Bu Anita berkata,

"Pak Malik, anda pengacara Fery Tanoto kan"

Pak Malik melihat wajah Anita dan Asri yang berada di sampingnya lalu Farhan di belakang Asri.

"Kalian.. Loh Kalian rekan bapak Sam"

"Bukan Pak, Ini Asri calon istri Sam"

Lalu tiba-tiba Pak Malik menanyakan soal penerimaan harta itu.

"Bagaimana Bu Anita, mengapa Bu Anita belum mengabari Saya untuk tanda tangan penerima wasiat itu"

Bu Anita menjawab,

"Tidak Pak. Kami masih memikirkan hal itu"

Lalu pak Malik menjelaskan kalau memang mau di tolak tetap harus tandatangani perjanjiannya.

"Memangnya, kalau tidak menandatangani apa akan bermasalah pak?"

"Tidak juga sih Bu, hanya saja untuk memperjelas status penerimaannya"

Asri dan Bu Anita pun lega mendengarnya, dan kemudian Bu Anita tetap berkata ingin memikirkan penerimaan wasiat itu dengan matang, jika sudah mengambil keputusan secepatnya akan menghubungi Pak Malik.

Setelah obrolan selesai pengacara Sam pun pergi, lalu Sam bertanya soal wasiat yang tadi di bicarakan.

"Papah Asri memberi wasiat yang isinya pembagian harta untuk anak-anak nya juga untuk Saya"

Sam cukup terkejut mendengar Asri mendapatkan harta warisan dari ayahnya, namun itu urusan Mereka Sam tak ingin ikut campur di dalamnya.

Lalu kemudian Sam menyampaikan keinginan Asri yang ingin menikah di Cirebon dan tinggal di rumahnya.

"Apa.. di Cirebon Asri kenapa jauh sekali, pernikahan Kamu sebaiknya di lakukan di rumah saja, karena Kita gak mengadakan acara besar-besaran"

Ucap Bu Anita yang tak ingin pernikahan putrinya meriah, karena melihat keadaan Asri yang sudah berbadan dua, alangkah baiknya pernikahan di lakukan di rumah atau di KUA langsung.

"Aku ingin melihat makan Ibu Fatma Mah"

"Boleh Sayang, Mamah akan izinkan jika ingin melihat makam Bu Fatma, tapi kalau untuk menikah, lebih baik di lakukan di rumah ya nak, di bandung Saja, supaya tidak ada yang tahu, lagipula ini semua demi keselamatan kalian, dari kejadian tadi di persidangan, mamah melihat raut wajah Herman seperti banyak dendam di hatinya"

Apa yang di takutkan Bu Anita ada benarnya, lalu Sam memberi pengertian pada Asri.

"Sayang.. ucapan Mamah kamu benar, ini semua demi keselamatan Kita semua, Aku juga takut, kalau Tini tahu soal ini, Tini akan menyakiti Kamu lagi"

Bagaimana Asri tak luluh dengan ucapan Sam yang begitu lembut berbicara padanya.

"Baik... Kita akan menikah di Bandung saja"

Sam tersenyum lalu kemudian Sam mengajak Asri berziarah ke makam ibunya saat ini juga.

"Bagaimana Mah, boleh?"

Tanya Asri kepada sang ibu.

"Boleh.. Ya sudah Kalian pergi berdua Saja ya, Sam setelah selesai antar Asri pulang"

Sam menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Setelah itu Sam mengirimkan pesan pada Fahmi jika dirinya, ada urusan penting yang harus di kerjakan hingga sore nanti.

Sesampainya di makam, Sam berjalan mendekati makam sang ibu.

"Disinilah kuburan ibu"

Sam menjulurkan tangannya menunjukkan makam ibunya.

Asri jongkok lalu memegangi nisan bertuliskan nama Bu Fatma, dan berkata,

"Ibu.. Ini Aku Asri, calon istri Sam, calon menantu Ibu, do'akan hubungan Kami ya Bu, semoga Kami bisa hidup bahagia selamanya"

Asri pun melihat Sam dan kemudian tersenyum kepada Sam, begitu juga dengan Sam, Ia membalas senyuman Asri dan kemudian Sam mendekati Asri juga berkata,

"Aku rindu ibu, jika ibu masih ada, Aku akan sangat bahagia karena Ibu bisa menyaksikan Kami menikah nanti"

Lalu Mereka ber genggaman tangan tersenyum sedih, Asri menyenderkan kepalanya di bahu Sam dan menetes lah air mata Asri.

Setelah pulang dari persidangan, Pak Herman menanyakan keadaan Putrinya.

"Tini... Keadaan Kamu bagaimana, kamu sudah sehat"

Tini diam tak bergeming, gairah hidupnya telah hilang sejak Sam pergi meninggalkannya.

"Sudah Pah.. jangan di tanya, perasaan Tini sedang tidak baik"

Kemudian Bu Heni menyuruh Tini masuk ke kamarnya untuk beristirahat, Tini langsung berjalan tanpa menjawab.

"Lalu sekarang papah masih bebas bersyarat?"

"Masih mah, seminggu saja waktu yang cepat kok, papah tidak akan masuk penjara Mah, tenang saja"

Bu Heni merasa lapar, lalu Ia mengajak suaminya untuk makan bersama.

Menyekar ke makam sang ibu sudah, dan kini Asri akan pulang kembali ke bandung di antar oleh Sam.

Bu Anita duduk di ruang tamu bersama Farhan, lalu Bu Anita menanyakan tentang Dian.

"Mamah kamu masih membahas masalah harta papamu gak?"

"Gak Mah, cuma mamah suka bertanya, apakah mamah Anita sudah menandatangani pengesahan pindah nama untuk harta papah"

Bu Anita meminum minuman yang ada di hadapannya lalu mengatakan,

"Mamah masih bingung harus menerima atau tidak, saat ini usaha mamah sedang stabil malah semakin berkembang pesat, jadi mamah rasa, mamah dan Asri sudah berkehidupan cukup dengan semua ini"

Namun Farhan memberi penjelasan jika harta yang di berikan papahnya bisa untuk masa depan anak Asri atau keperluan di masa-masa sulit.

"Mamah mengerti sih maksud Kamu, tapi..."

Tiba-tiba terdengar suara mobil di depan rumah Bu Anita.

"Itu pasti Sam"

Ucap Bu Anita berdiri sambil melihat di kaca jendela dalam rumah.

Asri berjalan namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing, Asri memegangi kepalanya, lalu duduk di teras rumah.

"Kamu kenapa Sayang?"

"Aku pusing, gak tahu kenapa"

"Kamu pasti lelah, mamah kan sudah bilang Kamu jangan terlalu capek"

Bu Anita berbicara dengan datang tiba-tiba.

"Sam memangnya makam ibu Kamu di mana?"

"Di TPU jeruk Tante, ya tadi sebenarnya agak jalan jauh sedikit, karena makam ibu di dalam sekali"

"Mungkin itu yang membuat Asri lelah"

Namun tiba-tiba Asri kaget dengan pergerakan sang bayi di perutnya.

"Mah...Sam, lihat deh.. "

Dengan rasa senang bahagia Asri menunjukkan pergerakan bayinya pada Sam juga ibunya.

"Kenapa?"

Tanya Sam yang tidak terlalu memperhatikan pergerakan perut Asri.

"Aduh sini dong sayang, pegang perut Aku"

Asri menarik tangan Sam supaya berada di atas perutnya yang hamil, Sam tercengang betapa terkejutnya, merasakan reaksi tendangan-tendangan calon anaknya di dalam perut Asri.

"Masya Allah Asri ini gerakan anak Kita sayang?"

Asri tersenyum menganggukkan kepalanya. Bu Anita pun ikut tersenyum melihat kebahagiaan Mereka.

Makmun pulang dari kerjanya, dan Ia mendatangi Kasih untuk mengajaknya mencari baju pengantin.

"Mas.. Apa tidak Mas saja yang membelikan untuk Ku, Aku takut ada yang lihat"

Ucapan Kasih ada benarnya, lalu Makmun mengabari Ibunya untuk memilihkan baju pengantin untuk Kasih.

"Baik Nak, nanti Mah pilihkan di butik langganan Mamah, Kasih apa kabarnya?"

"Alhamdulillah dia lebih sehat, mamah ingin bicara dengan Kasih?"

"Tidak usah Mun, Makmun lalu Lia bagaimana keadaannya apakah emosinya sudah stabil?"

"Tadi malam Dia sudah membaik, lalu pagi tadi Dia sudah ingin bicara dengan Aku, tenang Mah, Lia tetap menjadi prioritas ku"

Kasih mendengar ucapan Makmun lalu tersenyum pada Makmun.

Setelah selesai berbicara pada Ibunya Makmun mengakhiri panggilan tersebut.

"Baik.. terus Kita mau ngapain nih?"

Tanya Makmun kemudian Mereka saling bertatapan.

"Kita makan saja ya Mas, Aku masakan makanan kesukaan Mas"

Makmum tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dan menjawab,

"Ide bagus, kebetulan Aku lapar, buat masakan yang paling enak ya dengan penuh kasih sayang"

Mendengar gombalan Makmun, Kasih jadi tersenyum-senyum sendiri.

Lalu tiba-tiba handphone Makmun berbunyi panggilan masuk dari Lia, Makmun segera mengangkatnya.

"Halo Sayang, ada apa?"

"Mun.. Aku ingin Kita melakukan program bayi tabung menurut Kamu bagaimana?"

Makmun senang mendengar Lia mengajaknya untuk ber program bayi tabung.

"Iya sayang tapi jangan sekarang ya, Aku sedang lembur terus mungkin sampai satu bulan penuh ini"

"Iya gak apa-apa kok, kalau setelah kepulangan Kamu dari Bekasi bagaimana?"

"Ide yang bagus, ya sudah nanti Aku kabari Kamu ya, kalau sudah selesai pekerjaan Aku"

Panggilan di akhiri, setelah itu makanan sudah siap, Kasih memanggil Makmun, lalu mengajaknya untuk menyantap makanan.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!