NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Bayang-bayang kepala muncul pada gorden tipis kamar tidurku. Aku yang tengah merebahkan diri di atas sajadah dengan mukena yang belum aku lepas. Bayangan itu tidak bergerak. Seperti menunggu pemilik kamar untuk menyingkapkan gorden itu. Aku mengembuskan napas. Mau ngapain dia ke mari lagi? Di saat aku enggan bertemunya lagi. Sejak kejadian di jalanan dekat pematang sawah. Di mana ia tanpa ampun menghajar anak kecil yang kekurangan kasih sayang. Sial, aku ingat sekali bagaimana ekspresi ketakutan anak itu.

Biarkan saja, lebih baik aku pura-pura tidak melihatnya. Semua pasti aman, sebab jendela terkunci dan gorden menutupnya dengan sempurna. Satu menit, dua menit. Aku berpura-pura tidak melihatnya. Mataku memastikan lagi. Bayangan itu masih terlihat. Manusia mana yang bisa bertahan tanpa gerak selama beberapa menit. Minimal tunjukan gerakan untuk sedikit bergeser. Apakah Yoru adalah patung yang menjelma manusia? Atau manusia yang menjelma patung?

Kali ini aku bangkit dari sajadah. Lalu menggantung mukena dan menyiapkan buku hari ini. Seragam sudah disetrika rapi dan aku juga sudah mandi sejak dini hari. Saatnya kembali memastikan jendela. Dia masih di sana!

Oh, baiklah! Jangan memancing perasaan ibaku wahai lelaki aneh!

"Apa!" seruku sambil menyibak gorden. Namun membiarkan kacanya tertutup. Lelaki nakal itu mengetuknya. Meminta untuk kubukakan.

Aku mengembuskan napas, lantas membiarkan angin pagi merasuk ke dalam ruangan. Wajahku terkena terpaan sejuk.

"Apa, sih?" Aku bertanya tak ramah. "Mau makan 'kan, kamu? Belum dimasak. Belum ada makanan. Aku juga nggak jajan di kantin kemarin, jadi nggak ada yang bisa kamu makan."

Lelaki yang penuh luka itu masih terdiam. Pasti ia mendapatkan hukuman lagi dari pak Addin. Tidak ada kapoknya. Aku mulai biasa saja melihatnya seperti itu. Biarkan saja. Seperti yang ia katakan, hidup itu tidak seru tanpa luka.

Mata Yoru mengarah ke empat cangkang kerang yang berjejer. Lantas menyentuh salah satunya. Sesaat, mungkin pipiku merah. Malu sekali kerang itu dilihat langsung oleh orang yang memberikannya padaku. Akibat terlalu kesal, sampai lupa hanya sekedar memindahkan kerang-kerang ke tempat yang tidak terjangkau penglihatan Yoru. Ia kembali meletakkan kerang ke tempat semula. Deru napasnya terdengar.

"Mau ngapain kamu? Kalau nggak ada, kamu pergi deh. Aku mau berangkat sekolah." Padahal waktu baru menunjukkan pukul 05:17 pagi.

Tangan yang diperban itu menyodorkan sesuatu. Kerang lagi!? Kali ini ukurannya lebih kecil. Berwarna putih agak pink. Berbentuk seperti kipas. Seperti hiasan rambut putri duyung yang pernah aku tonton dulu.

"Aku sudah punya banyak. Lihat, semuanya kamu yang memberikannya."

Bukannya menjawab, Yoru malah mempertahankan tangannya untuk terus memegang kerang. Aku yakin tangan itu tidak akan berubah posisi sampai tanganku meraihnya. Napas beratku berembus. Aku malas sekali bertemu Yoru. Tapi aku juga tidak tega melihatnya bertahan seperti patung di balik jendela, juga melihatnya mempertahankan tangannya sampai aku menerima pemberiannya.

"Terima kasih," ucapku seraya menerima kerang itu.

Kemudian Yoru berbalik, dan berjalan menjauh. Menyisakan punggungnya yang terlihat agak bungkuk, dan kakinya yang pincang. Luka benar-benar sudah menjadi bagian dari hidupnya. Padahal, ia punya pilihan untuk tidak mendapatkan luka-luka itu. Tapi, dia malah lebih memilih untuk menanggung rasa sakit. Entah kapan semua berakhir. Yoru yang tidak lagi mendapatkan hukuman hingga babak belur, juga pak Addin yang mengubah caranya untuk menghukum Yoru. Apa jadinya semesta jika melihat Yoru dan pak Addin berpelukan. Apakah mereka akan sepertiku? Mematung dalam rasa haru. Walaupun aku lebih tak yakin dengan sifat gengsi pak Addin, daripada sifat nakal Yoru jika mendapatkan momen untuk saling berpelukan. Ah, lucu rasanya membayangkan itu. Tapi Yoru, masih pemuda aneh yang memilih untuk terus terluka.

Koleksi kerang yang ke-lima. Paling kecil. Paling biasa. Paling tidak terasa kesenangannya. Sebab aku menerimanya dalam keadaan tidak ingin bertemu dengan sosok yang memberikan kerang.

❀❀❀

"Ke kantin, yuk!"

Aku menggeleng, "Nggak laper."

Niji duduk lagi. Padahal, tadi ia berdiri dengan semangat untuk bersiap-siap menarikku ke kantin. Sekarang, ia malah duduk lagi. Aku tak bertanya mengapa ia tak jadi pergi. Niji terbiasa ke kantin dengan siapa pun. Tak mesti aku. Aku bahkan beberapa kali memang pernah menolak untuk ikut ke kantin. Tapi, kali ini berbeda. Ia kehilangan minat untuk melanjutkan langkahnya ke kantin. Sebab ia menyadari. Aku dan dia masih belum baik-baik saja. Ia selalu berusaha ceria seperti biasanya. Demi melihatku yang tertawa lapas saat bersenda gurau dengannya. Ini beda. Tak dapat dipungkiri, rasanya hatiku masih panas. Tentang Zetta yang tahu semuanya, tentang ia yang tidak mengabariku ketika tidak masuk tempo hari, juga ketika ia menyebabkan aku diomeli habis-habisan oleh ibu. Bahkan bisa dibilang, menyebabkanku bertemu dengan supir bemo yang kepo dan ibu-ibu cerewet yang memojokkanku. Biarlah aku egois saat ini. Aku sedang ingin marah dalam diam pada Niji.

"Mau, nggak?" Seseorang datang sambil menawarkan sekotak coklat berbentuk bunga. Ialah Kai.

"Wah, cantik banget coklatnya. Mau!" seru Niji sambil mengambil beberapa biji.

Kemudian Kai menggeser ke depanku.

"Terima kasih," ucapku sambil mengambil beberapa biji juga.

Bukannya pergi, Kai malah menarik sebuah kursi di belakangnya dan meletakkannya di sebelah mejaku dan Niji. Lantas bergabung.

"Kok kamu di sini?" tanyaku karena mengira ia akan berkeliling untuk menawarkan coklat cantiknya.

"Kalian kenapa, sih?" tanya Kai sambil melihat kami satu persatu dengan heran.

"Kenapa apanya, Kai?" Niji bertanya.

Lelaki itu nyengir lebar. Entah apa tujuannya. Kemudian meletakkan coklatnya di atas meja. Seperti hendak mendengar keluh-kesah kami. Baiklah, sejak kapan ia tertular vibes guru BK.

"Apa tuh, mau dong," ucap seorang siswa sambil duduk satu kursi dengan Kai.

"Ambil kursi sendiri, dong. Dikira muat berdua apa." Kai berucap sedikit sebal.

Siswa itu tetap diam dan mencomot beberapa coklat kecil berbentuk bunga itu.

"Kamu ngapain ke sini, Samu. Ini diskusi khusus antara aku, Niji dan Cine. Kamu nggak diajak," ujar Kai.

"Oh, ya? Tambah satu nggak apa-apa, dong. Nanti 'kan ada pelajaran prakarya. Disuruh membentuk kelompok lima orang. Aku gabung ke kalian, ya," pinta Samu.

"Ya, udah. Cari satu lagi. Sana cari sekarang." Sekotak coklat itu diberikan kepada Samu agar siswa itu mau pergi.

"Hei, sama aku aja," timpal Queen sambil mengucek matanya. Datang dari mana pula ratu tidur ini.

"Nah, pas sekali. Sudah cukup lima orang," seru Samu dengan ceria.

Pasrah saja. Terserah mereka maunya apa. Padahal aku tak pernah bilang setuju apa tidak sekelompok dengan mereka. Bahkan aku berharap untuk tidak bersama dengan Niji dulu saat ini.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!