Between Orion And Cassiopeia

Suasana di kediaman Orion sangat riuh pagi ini. Karena hari ini adalah hari libur maka sekeluarga memutuskan untuk bersantai.

🎶 Kalau begini aku pun jadi bingung, terus berusaha mengejar-ngejar dia. Matahari menyinari semua perasaan cinta, tapi mengapa hanya aku yang dimarahi ....

Senandung merdu keluar dari bibir Orion, membuat anggota keluarganya yang lain hanya menatap tak minat.

“Selamat pagi keluargaku tercinta. Orion si handsome is here, guys!" seruan Orion yang menggelegar mengalahkan suara petir itu, membuat seluruh penghuni rumah terkejut.

“Ampunilah dosaku ini, Tuhan. Kali ini aku akan rajin beribadah," Triton berdoa dalam hati.

“Daripada kau membuat keributan, lebih baik pergi cari kekasih sana. Syukur-syukur Daddy dan Mommy dibawakan calon menantu, sexy seperti gitar spanyol," Triton menatap sinis si sulung.

“Sabar dong, ini baru proses mencari pendamping hidup," Orion menjawab dengan santai sambil bermain video game di ponsel.

“Dengan cara apa? Dengar, ya! Daddy-mu ini bukan Ketua Rukun Tetangga. Jadi, tidak mungkin ada tamu ke mari setiap waktu, seperti memperbarui data kependudukan," Triton berkacak pinggang.

“Kalau begitu, kenapa Daddy tidak mencalonkan diri saja sebagai ketua? Dengan begitu rumah kita akan menjadi ramai," Orion membalas perkataan Triton sambil menatap ponselnya.

“Kalian setuju tidak, jika Daddy membuka audisi cari jodoh untuk, Orion?" Triton bertanya dengan antusias. Sifat random Triton mulai kambuh.

“Daddy kejam sekali, usul Daddy tadi, seperti terdengar Daddy ingin menjualku," Orion mulai menyindirnya.

“Justru karena Daddy kasihan padamu, Makanya Daddy berniat mencarikan jodoh untukmu," Triton mulai beralasan.

“Bilang saja, jika Daddy ingin menendangku dari rumah ini," Orion mulai menebak maksud terselubung sang ayah.

“Itu kau tahu! Keberadaanmu sebagai jomlo meresahkan yang menggangu waktu intim pasangan lain itu, sungguh merepotkan, kau tahu?" Triton masih menatap anaknya dengan aura permusuhan yang sangat kentara, “jadi, segeralah di mencari kekasih!"

“Daddy ingin kriteria yang seperti apa?"

“Latar belakang yang baik dan santun, dan yang pasti bukan jelmaan Ulat Bulu Amazon," pesan Triton.

“Ha-ha-ha ... Ulat Bulu Amazon," tawa Leander meledak, membuat Orion bersungut-sungut.

“Siapa juga yang ingin pasangan macam itu? Aku saja geli," Orion sibuk membatin.

“Sebenarnya aku sudah ada calon pendamping, Dad. Akan tetapi, dia masih malu-malu, ya, tahulah dia belum siap bertemu dengan Daddy dan Mommy karena dia merasa kecil," Orion mencoba memberi alasan pada sang ayah dengan mimik wajah yang sangat meyakinkan.

“Itu hanya fantasimu saja, kau terlalu banyak berkhayal. Dasar generasi micin!" cibir sang ayah, membuahkan ledakan tawa dari Mommy dan adiknya, “Ha-ha-ha ...."

“Kau harus mencoba membuka hatimu untuk orang lain, Sayang. Di luar sana pasti banyak perempuan baik-baik, siapa tahu ada yang cocok denganmu," nasehat Cleo sambil menatap Orion dengan pandangan teduh.

Nasehat sang ayah dan ibunya hanya seperti angin lalu di telinga Orion, jika kumpul bersama seperti ini, selalu saja dia yang menjadi objek perundungan keluarga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sedangkan di keluarga Jonathan, Rain sedang menatap sang putri yang sibuk menonton kartun Tom & Jerry.

Ya, semenjak ia mengetahui anaknya menjadi korban perundungan di kampus, Rain langsung ambil tindakan tegas, yaitu mencabut saham perusahaannya dari perusahaan kecil milik orang tua mahasiswi pelaku perundungan.

Enak saja mereka, anaknya menderita, sementara mereka masih tertawa bahagia di atas penderitaan sang putri.

“Baby, kau memiliki agenda hari ini?" Rain mengambil posisi duduk di samping sang putri.

“Tidak, Dad. Cassie bingung ingin pergi ke mana," Cassie cemberut tampak sekali rasa bosan menguasai dirinya.

“Teman-temanmu?"

“Mereka sibuk keluar bersama kekasihnya, tidak mungkin, kan jika Cassie menganggu. Leo saja keluar dengan Carina."

“Mau dating dengan Daddy?" Rain memberi tawaran agar anaknya ini tidak mati kebosanan di rumah.

“Benarkah?" Mata Cassie langsung berbinar mendengar ajakan sang ayah, “ayo!"

Rain segera menyiapkan mobil, sedang sang putri sedang berdandan, mempersiapkan diri kencan dengan sang ayah.

“Dad, aku sudah siap!" seru Cassie girang. Dengan semangat ia masuk ke dalam mobil.

Rain segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota di bawah panasnya terik matahari.

“Kita ke mana, Dad?"

“Kemana pun kau ingin."

”Ayo kita pergi ke kebun binatang. Aku ingin melihat panda!"

“Baiklah."

Mobil Rain langsung melaju ke arah kebun binatang. Dikarenakan sang putri yang ingin melihat seekor panda, putrinya memang menggilai hewan tersebut sama seperti dirinya.

Sesampainya di tempat tujuan Rain dan putrinya masuk. Senyum Cassie mengembang lebar, merasa antusias dengan hewan-hewan di sana. Dalam hati Rain berharap senyuman indah itu bisa terus ia lihat di wajah sang putri.

Sepanjang kunjungannya di kebun binatang putrinya memekik antusias dan berceloteh ini dan itu, sesekali ia menjadi fotografer sang putri saat berfoto dengan beberapa hewan yang ada di sana.

“Daddy lihat, pandanya sangat menggemaskan!"

“Seperti putri kesayangan Daddy. Kau juga sama menggemaskannya seperti seekor panda," Rain menjawab sambil menatap sang putri dengan tersenyum.

Cassie merengek pada sang ayah agar bisa bermain dengan sang panda. Beruntung petugas memberi izin setelah Rain memintakan izin demi putrinya.

Ayah dan anak itu menghabiskan waktu berdua dan tenggelam dalam euforia mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jika Rain dan Cassie menghabiskan waktu dengan kencan di kebun binatang, lain halnya dengan Orion dan sang ayah. Ya, mereka memang menghabiskan waktu berdua. Jangan tanya mengapa mereka hanya pergi berdua saja.

Cleo sang istri sedang sibuk mengurus butiknya, sementara Leander, ia sedang berkencan dengan Stephanie. Jadilah Orion yang jomlo ini hanya bisa menghabiskan waktu dengan ayah jelmaan kelinci itu.

Namanya mengasuh anak laki-laki tentu saja berbeda dengan mengasuh anak perempuan. Kali ini Orion dan ayahnya sedang mencoba olahraga bungee jumping.

Sebenarnya itu adalah inisiatif Triton, telinganya merasa panas saat mendengar anaknya mengeluh dengan mengatakan bosan.

Entah kerasukan roh apa, Orion yang notabene anak rumahan dan hanya berdiam diri di kamar seharian, saat libur. Tiba-tiba mengeluh bosan.

Saat ini Orion sudah mengenakan atribut keselamatan saat akan melakukan bungee jumping. Pikiran Orion masih tenggelam dengan kejadian beberapa saat lalu. Saat di mana ayahnya terjun bebas dari ketinggian.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya saja ia tak menyangka bahwa ayahnya yang berwajah tampan menjurus ke cantik itu berani, bahkan sangat menikmati olahraga semacam ini.

Kedua, ia juga memahami bahwa ayahnya tidak begitu menyukai olahraga berat yang menguras tenaga. Pergi ke gym seminggu sekali saja sudah cukup, ditambah olahraga lari dadakan di rumah sakit saat kedatangan pasien yang membutuhkan penanganan darurat.

Wajar bukan, jika ia merasa terkejut bahkan speechless?

Saat semuanya sudah siap. Orion terjun ke bawah, refleks Orion berteriak karena adrenalinnya merasa terpacu. Ini sangat menyenangkan untuknya.

Selesai dengan bungee jumping, mereka melanjutkan aktivitas lainnya, kali ini olahraga menembak.

Ayah dan anak itu berduel siapa yang tembakannya selalu tepat sasaran. Sebenarnya ini salah satu Triton melatih sang putra. Ia yakin sang putra itu bisa melampaui dirinya.

Cukup lama mereka latihan menembak, hingga akhirnya perut mereka menjerit minta diisi.

“Dad, aku mulai lapar."

“Baiklah, kita akan makan siang."

“Hari ini kita makan masakan Jepang, ya?"

“Ya," Triton menjawab dengan dehaman matanya tak sengaja menangkap latihan Orion tadi, ”kau sudah lebih mahir. Pelurunya tepat sasaran di tengah."

“Tentu saja! Aku ini sudah mahir dalam menembak," Orion membusungkan dada menyombong di hadapan sang ayah.

“Yakin kau sudah mahir?" Triton menatap penuh selidik, “Menembak perempuan untuk menjadi kekasihmu saja kau tidak bisa, mahir dari mana?"

Triton pergi berlalu beserta cibiran untuk Orion yang mengiringi setiap langkah kakinya, meninggalkan Orion yang speechless dan menjatuhkan rahang tak percaya.

“Daddy!"