Berawal dari Elena yang menolong seorang pria asing saat sedang mendaki gunung, membuat Elena harus kehilangan seluruh tabungan yang dia simpan untuk masa depannya. Sementara pria itu kabur melarikan diri dari rumah sakit keesokan harinya dengan meninggalkan sepucuk surat.
Kesal karena merasa tertipu, Elena bertekad membuat Liam untuk membayar hutangnya beserta bunganya.
Tapi dirinya malah terjebak dalam situasi romantis dan berbahaya.
Kelanjutannya bisa dibaca sendiri ya, masih on going...
Dukung terus Author, bisa like, vote, komen atau follow.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Aaron menatap Elena, tatapan yang menyiratkan jika Aaron harus mau menerima tawaran Liam. "Elena, kalau kau ingin pekerjaan paruh waktu. Aku bisa membantumu mencari ditempat lain. Bekerja dengannya hanya akan membawamu kedalam bahaya" kata Aaron.
"Lalu bagaimana jika kakakmu tahu, kau bilang kalau kau lebih takut dengan kakakmu daripada apapun" lanjut Aaron.
"Apa yang dikatakan oleh Aaron ada benarnya, tapi karena saat ini aku tidak memiliki banyak waktu. Akan jauh lebih baik kalau kau mengatakan siapa seniormu, supaya aku dan rekan - rekanku bisa mengawasinya" ucap Liam lagi.
"Aaron, tidak akan ada masalah jika kakakku tidak tahu. Kau akan ikut kan?" tanya Elena lagi.
"Sigh.... Kau benar - benar tidak bisa dihentikan. Aku akan bergabung tapi hanya sampai semester ini berakhir. Kau juga harus fokus dengan pendidikanmu dan bukannya fokus mencari pekerjaan paruh waktu, apa kau begitu kekurangan uang" kata Aaron.
Elena tersenyum, "Kau dengar itu paman. Kami akan menjadi pegawai intern di tempatmu bekerja mulai sekarang" senyumnya lebar.
"Aku tidak bisa memutuskannya, tapi aku berjanji. Sekarang katakan dimana seniormu?" tanya Liam.
"Clark Hobbin, kau bisa menemukannya di belakang gedung ini" kata Aaron.
"Thanks" tepuk Liam yang segera berlalu pergi dari hadapan mereka.
Liam pun bergegas pergi ke arah yang ditunjuk oleh Aaron, dan benar saja dia melihat segerombolan mahasiswa yang sedang mengerumuni beberapa orang mahasiswa lainnya dan memaksa mereka untuk membeli 'pills' yang mereka klaim dapat meningkatkan konsentrasi mereka.
"Siapa yang bernama Clark Hobbin?" tanya Liam dari belakang mereka.
Seorang laki - laki gendut dengan kepala plontos dan pipi memerah karena sinar matahari menoleh. "Siapa lelaki tua ini? Hey orang tua. Untuk apa kau disini, lebih baik kau pergi dari sini dan anggap tidak melihat apapun" kata laki - laki gendut itu.
"Apa kau yang bernama Clark Hobbin?" tanya Liam. "Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan sekarang, tapi lebih baik kalian lepaskan mereka. Apa kalian tidak bisa melihat kalau mereka sangat tidak nyaman dikerumuni seperti itu"
'Hey bocah, kemarilah" panggil Liam ke arah mahasiswa yang ketakutan itu.
Ketiga mahasiswa laki - laki dan perempuan itu bergegas berlari ke arah Liam dan pergi. Sementara itu dari kejauhan Elena dan Aaron tampak mengintai mereka.
"Elena, untuk apa kita disini?" tanya Aaron.
"Diamlah, sebentar lagi pertarungan akan dimulai. Kira - kira apa paman bisa mengalahkan mereka semua?" tanya Elena antusias.
"Aku tidak tahu, lebih baik kita pergi sekarang. Sebelum anggota mereka yang lain datang dan memergoki kita" ucap Aaron.
"Kenapa kau penakut sekali sih, tenang saja. Tidak akan terjadi apa - apa. Paman Liam pasti berhasil mengalahkan mereka" ucap Elena. "Lihat ... mereka sepertinya sudah mulai bertarung" kata Elena.
Aaron menatap ke arah yang ditunjuk Elena, dan benar saja Liam sedang bertarung dengan mahasiswa itu, terutama Clark Hobbin. Pria berbadan tambun itu tampak kelelahan sendiri karena berusaha memukul Liam tapi selalu ditangkis oleh Liam. Belum lagi anggotanya yang lain yang berusaha menyerang Liam dengan senjata yang mereka temukan atau mereka bawa.
"Apa kita akan diam saja? Paman Liam sepertinya sudah terdesak, lihat dia sudah terengah-engah. Dia pasti sudah kehabisan nafas" kata Elena khawatir.
Sementara itu di tempat lain, Henry dan Sophia kebingungan karena hingga waktu seminar tiba Liam belum juga menunjukkan batang hidungnya. Henry yang berniat segera pergi setelah memberikan kata sambutan pun terpaksa harus tinggal lebih lama karena ketidak hadiran Liam.
"Sophia, dimana Liam?" tanya Henry.
"Aku tidak tahu, dia hanya bilang akan bertemu dengan Aaron. Tapi setelah itu ponselnya tidak bisa dihubungi" jawab Sophia.
"Lalu sedang apa kau disini, cepat cari dia sekarang juga. Apa kau ingin membuatku malu?" tanya Henry.
"Arghhh, aku bersumpah akan menghajarnya begitu aku menemukannya" geram Sophia lagi.
Wanita bertampang garang itu pun segera pergi mencari keberadaan Liam, sampai akhirnya dia melihat Aaron dan Elena sedang merunduk memperhatikan sesuatu.
Sophia mengenali Aaron karena dialah yang menangani kasus pembobolan situs keamanan milik negara yang dilakukan oleh Aaron setahun yang lalu.
Curiga dengan apa yang mereka lakukan, Sophia berjalan menghampiri mereka berdua dan selanjutnya yang terjadi adalah kekacauan yang ditimbulkan Liam karena menghajar mahasiswa yang menyerangnya terlebih dahulu.
"Liam...!!!!" teriak Sophia.
"Jangan bergerak, semua angkat tangan ditempat dimana aku bisa melihatnya. Jangan coba - coba melakukan sesuatu yang bodoh" seru Sophia dengan senjata teracung kepada mahasiswa yang menyerang Liam.
"Sh*it!!!" Clark Hobbin merasa terancam pun berusaha kabur, tapi denganc epat Elena menjegal langkahnya saat dia berlari melewati tempat dimana dia bersembunyi.
"Pamannnn... Aku berhasil menangkapnya" kata Elena yang sudah menduduki punggung Clark bersama dengan Aaron.
Penangkapan Clark hari itu, memakan waktu cukup lama dan membuat Henry harus menggantikan Liam sebagai pembicara dalam kuliah tamu mereka. Seperti yang dikatakan oleh Elena, Clark memiliki tattoo bergambar banteng dan pedang.
Dari Clark juga akhirnya diketahui tempat mereka mendapatkan obat terlarang itu serta tempat pembuatannya. Hasilnya seluruh jaringan operasi peredaran obat - obatan tersebut pun dapat dilumpuhkan dengan cepat.
***
Sesuai dengan janji Liam, hari ini ELena dan Aaron akan bertemu dengan Sophia. Mereka akan melalui interview singkat untuk menentukan apakah mereka dapat bekerja sebagai pegawai intern di divisi mereka.
"Jadi dia yang ingin kau masukkan sebagai intern selain Aaron?" tanya Sophia berbisik.
"Benar, karena Aaron mau menerima pekerjaan ini karena Elena" bisik Liam lagi.
"Ehem...." Sophia berdehem sebelum dia mulai menginterview Elena.
"Kenapa kau ingin menjadi pegawai intern di divisi kami? Karena terus terang aku tidak tahu apa kemampuan dan apa yang bisa kau lakukan. Selain itu, kau juga tahu kan kalau kau bisa saja terlibat dalam bahaya" kata Sophia.
"Karena aku menyukainya, bukankah alasan itu sudah cukup" tanya Elena.
"Anak kecil, kurasa kau tidak mengerti prosedur penerimaan disini. Kalau kau ingin bekerja dengan kami, setidaknya kau harus memiliki kemampuan seperti Aaron yang mengerti teknologi atau pria disebelah sana yang mengerti tentang senjata dan beladiri. Kami tidak bisa mempekerjakanmu begitu saja" kata Sophia.
Elena terdiam sejenak, dia kemudian mengeluarkan sebuah buku yang terlihat seperti buku diary dan menyerahkannya kepada Sophia. "Apa ini?" tanya Sophia.
"Kau akan tahu saat membukanya, itu adalah buku harian pelaku teroris 5 tahun yang lalu" ucap Elena.
Liam langsung merebut buku itu dan membacanya, di buku itu tertulis catatan pembuatan bom, termasuk strategi operasi mereka bahkan juga markas mereka terdahulu.
Liam menatap Elena, "Kau!!! Darimana kau mendapatkan buku harian ini?" tanya Liam.
"Jadi, apakah aku sudah memenuhi kualifikasi?" tanya Elena dengan seringai terpasang di wajahnya.