NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 25

Setelah melepas rindu dengan Reza, Arkan memasuki ruangan Arief, di ikuti sang Paman dan juga Rangga. Arkan memeriksa kondisi Arief, dan menghela nafas panjang. Mengetahui tak ada perkembangan sama sekali dari Abangnya.

“Bang Arief, buka matamu.... Apakah Abang tidak lelah tidur terus, heoh?” Ujar Arkan dengan mata yang mengembun.

“Jangan sedih Arkan, tenanglah. Arief pasti akan bangun.” Ujar Reza sambil mengelus pundak keponakan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

“Maaf, Paman. Aku tidak bisa tenang saat ini. Kondisi Bang Arief membuatku sangat takut, dia..., dia bisa pergi kapan saja.” Ujar Arkan menyeka air yang hampir terjatuh dari sudut matanya.

“Arief... ini Paman.” Ucap Reza menggenggam tangan Arief.

“Arief, apa kau tidak ingin bangun? Semua keluarga mu menunggumu di sini.... Apa yang sedang kamu lakukan di sana? Hingga kau betah berlama-lama dalam mimpimu?”

“Bangunlah... kau dengar, kan? Jika adikmu sangat ketakutan kehilangan mu, bukan hanya Arkan. Semua keluarga mu juga takut kehilangan mu.”

Ujar Reza dengan lembut, meski dirinya juga kecewa atas perbuatan Arief pada Arkan, tapi bagaimana pun, Arief juga adalah keponakannya sendiri. Rasa kasihan dan sedih akan kondisi Arief pun ada dalam pikirannya.

“Aku sudah berjanji mengembalikan adikmu, jadi bangun lah Arief.... Sekarang, dia milikmu dan keluargamu. Jangan sampai ketakutan adikmu membuatnya melakukan hal nekat, yang akan membuatmu kehilangannya.” Ujar Rangga begitu menohok.

Arkan seketika menoleh mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh Rangga.

“Mengapa Bang Rangga, berbicara seolah-olah sedang mengancam Bang Arief?” Tanya Arkan.

“Kau merasa jika ucapan Abang mengancam Arief?”

“Benar sekali! Bukan hanya Arief, tapi Abang juga merasa terancam, Arkan...”

“Arkan... Paman sangat menyayangimu. Sama seperti Paman menyayangi anak Paman sendiri, mungkin bahkan lebih.... Dengarkan Paman dan Abang mu, jangan mengorbankan dirimu lagi, sudah cukup, Nak.” Ujar Reza dengan air mata yang memenuhi pelupuk matanya.

“Apakah Paman dan Bang Rangga tidak kasihan, melihat Bang Arief terus berbaring seperti ini?” Tukas Arkan menunduk tak berani menatap dua orang di sampingnya.

“Ya, paman kasihan dan sedih melihat Arief terbaring seperti ini. Namun, setidaknya dia masih bernafas. Tapi, jika kamu yang sudah terbaring seperti itu pasti kau sudah tidak lagi bernafas Arkan.... Katakan jika ucapan Paman ini salah?”

“Ya Paman benar.” Jawab Arkan singkat.

“Lalu? Lalu bagaimana dengan kami, Arkan?” Tanya Rangga yang tidak melepas pandangannya pada Arkan.

Arkan tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan Rangga, dirinya hanya terus melihat kebawah.

“Arief, tolong bangunlah. Nasehati adikmu ini, agar tidak keras kepala, dia tidak mau mendengarkan kami. Jika kau tidak segera bangun... maka adikmu yang akan tidur untuk selamanya Arief.... Jangan biarkan itu terjadi. Paman mohon bangunlah, Arief....”

Arief tak bergeming dan masih bergelut dengan tidur panjangnya. Beberapa saat setelahnya, Reza ingin melihat keadaan keponakannya yang lain yaitu, Arhan. Arkan menemani Reza keruangan Arhan untuk menjenguknya. Sedangkan Rangga pergi untuk memeriksa pasien lainnya.

“Paman Reza?”

“Arhan, bagaimana keadaan mu?” Tanya Reza.

“Aku baik Paman.” Jawab Arhan.

“Paman tahu, aku dan Bang Arief mencari Paman kemana-mana sampai akhirnya kami berakhir di sini.” Tutur Arhan tersenyum getir.

“Maaf...”

“Bang Arkan, bagaimana keadaan bang Arief? Kata Ayah dan Bunda semalam bang Arief kembali kritis?” Tanya Arhan mengalihkan pembicaraan.

“Iya, tapi sekarang kondisinya sudah stabil, meskipun belum ada perkembangan.” Ujar Arkan.

“Dimana Ayah dan Bunda, Han?” Tanya Arkan.

“Mereka sudah berangkat bekerja, Bang.”

Reza yang teringat bahwa dirinya juga harus berangkat, meminta pamit padan Arhan dan juga Arkan.

“Maaf, Paman tidak bisa lama-lama. Paman juga harus berangkat, Han. Semangat ya, semoga kamu bisa cepat sembuh.”

“Iya Paman, terimakasih sudah datang menjengukku.”

“Ya, Paman akan lebih sering menjenguk mu setelah ini. Karena ada seseorang yang harus Paman awasi.” Ujar Reza tersenyum dan menyindir Arkan.

“Sudah berangkat sana, nanti Paman terlambat!” Usir Arkan.

“Iya, tidak perlu mendorong seperti ini. Paman bukan anak kecil, lihatlah Arhan, Paman di usir sama Abangmu yang posesif ini.” Ujar Reza yang tubuhnya di dorong oleh Arkan ke arah pintu.

“Hehehe.” Arhan tertawa melihat Pamannya di dorong dan di tutupi pintu oleh Arkan.

“Kenapa Bang Arkan bersikap seperti itu sama paman? Kan kasihan.”

“Bahaya kalau paman terus berada di sini Arhan.”

“Kenapa?”

“Selamat pagi....” Sapa Shalwa yang baru saja datang.

“Pagi, Sayang.” Sapa Arhan balik.

“Uhuk! Dari pada Abang ngeces disini melihat orang pacaran, mending Abang keluar aja lah....” Ujar Arkan dan hendak beranjak dari duduknya.

“Tunggu!” Shalwa menahan Arkan yang hendak pergi.

“Aku membawa makanan untukmu dan Arhan.” Ujarnya kemudian.

“Dokter David, kita harus segera ke depan, ambulance sebentar lagi datang. Ada pasien kritis rujukan dari Rumah Sakit Kota C.” Titah Ara dari ambang pintu.

Arkan segera mengikuti Ara ke depan pintu masuk rumah sakit.

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

Semakin hari suasana rumah sakit menjadi semakin panas. Keadaan Arhan yang mulai membaik adalah salah satu hal yang baik bagi Arkan saat di rumah sakit, namun berbeda dengan kondisi Arief yang membuat harinya penuh dengan rasa gelisah dan cemas akan keadaan sang kakak.

“Kapan Gue boleh pulang, Bang?” Tanya Arhan saat Arkan melakukan pemeriksaan padanya.

“Sabarlah, pekan depan kamu baru bisa pulang.”

“Kenapa lama banget? Gue sudah bosan, Bang.”

“Han, kamu harus nurut sama Abangmu.” Ujar Shalwa.

“Tapi, Sayang..., Aku sudah sembuh, pekerjaanku dan pekerjaan bang Arief pasti sudah menggunung.”

“Kamu masih harus istirahat, Han.” Ujar Arkan lembut.

“Maaf menggangu, Dokter David, bisa kita bicara sebentar.” Ujar Ara yang masuk ke dalam ruangan Arhan.

“Kenapa tidak bicara saja di sini?” Sahut Shalwa.

“Terserah saya mau bicara di luar atau dimana pun. Apa hubungannya dengan Anda?” Balas Ara.

“Tapi, Arkan sedang berbicara dengan adiknya. Katakan saja apa yang mau Anda katakan.” Ujar Shalwa lagi.

“Kalau bukan masalah pribadi, katakan saja langsung buat apa harus pindah tempat? Aku lagi mager, nih.” Ujar Arkan.

“Pasti ujung-ujungnya, nanti aku di marahin juga sama kamu.” Tebak Arkan.

“Aku mau... mau minta bantuan mu.” Ujar Ara ragu-ragu.

“Katakan saja gak usah berbelit-belit!” Ujar Shalwa agak meninggikan suaranya.

“Ayolah Dokter David, ikut saya sebentar saja.”

“Kenapa harus minta tolong pada Arkan, kenapa tidak minta tolong sama yang lain saja?” Sinis Shalwa.

“Dasar Dokter genit.” Gumam Shalwa.

“Sayang, gak boleh bicara begitu sama calon kakak iparku.” Tegur Arhan.

“Idih, amit-amit.” Umpat Ara menolak bala yang di ucapkan Arhan.

“Santai saja kakak ipar, jangan malu-malu gitu. Aku tahu kok kalian itu saling mencintai, Cuma gengsi aja.” Ujar Arhan menggoda Arkan dan Ara.

“Apaan sih kamu Han, jangan sok tahu.” Sanggah Shalwa.

“Aku bukan sok tahu, Sayang. Aku bisa lihat dari sorot mata mereka.”

“Benarkah? Jadi selama ini Dokter Ara memendam perasaan padaku?” Tanya Arkan dengan mata yang membulat sempurna.

“Huh..., Dokter David mau menolong ku atau tidak? Kalau tidak saya akan meminta bantuan orang lain.” Ujar Ara menarik nafas panjang.

“Han, sorot mata mana yang kamu katakan cinta? Yang ada dia mau nelan Abang hidup-hidup.”

Arhan hanya tertawa mendengar pernyataan Abangnya itu.

“Heran, mau minta tolong... tapi seperti orang mau ngajak ribut.” Sinis Shalwa lagi.

“Kamu kenapa sih? Sewot banget. Kamu masih cinta sama mantan pacarmu yang menjengkelkan ini?” Ujar Ara yang sudah geram dengan setiap tanggapan Shalwa.

“Dokter Ara! Tutup mulutmu, jangan bicara omong kosong!!” Bentak Arkan.

“Sepertinya aku meminta tolong pada orang yang salah.” Ujar Ara dan pergi dari ruangan Arhan.

“Ahiishh....” Lenguh Arkan.

“Dokter Ara tunggu.” Ujar Arkan hendak mengejar Ara.

“Tidak!” Arhan menarik tangan Arkan yang hendak pergi.

“Bang Arkan, jelaskan padaku, apa yang tidak aku tahu tapi orang lain tahu.”

Arkan menarik nafas panjang sebelum menjelaskannya pada Arhan.

“Hahh.... Baiklah. Tapi Abang mohon kamu mengerti ini, ini sudah lama sekali dan sebenarnya tidak penting untuk di bahas.”

Berbeda dengan Arkan, Shalwa malah tanpa basa-basi langsung menceritakan semuanya pada Arhan.

“Arhan, dulu sebelum kamu mendekatiku, Aku dan Arkan sudah berpacaran selama 4 tahun, dan hubungan kami berakhir karena... Arkan mulai menghindari ku, yang membuat hubungan kami menjadi renggang dan di saat itulah kamu masuk dalam hidupku. Lalu-” Penjelasan Shalwa terpotong.

“Tidak perlu di teruskan.” Titah Arhan memotong ucapan Shalwa.

“Aku mengerti....”

Mendengar penjelasan Shalwa, membuat Arhan teringat dengan jelas semua yang telah Arkan lakukan untuknya dulu untuk menjadikan Shalwa kekasihnya.

“Tidak perlu di pikirkan Han. Itu sudah lama sekali, Abang dan Shalwa sekarang tidak lebih hanya sebatas teman biasa.” Ujar Arkan yang melihat adiknya mulai kesakitan.

“Mengapa Abang lakukan itu? Mengapa Bang Arkan menyakiti diri Abang sendiri dan melepaskan orang yang Bang Arkan cintai untu ku, untuk ku yang selalu jahat padamu, Bang?”

“Karena kamu adikku, dan kebahagian mu adalah yang paling penting bagi Abang. Dan aku berbahagia di atas penderitaan orang yang sangat menyayangi ku...”

“Bahkan tanpa sadar, aku yang meminta Bang Arkan untuk menggoreskan luka pada diri Abang sendiri.”

“Jangan terlalu di pikirkan, Han. Itu sudah menjadi cerita masa lalu, sekarang dan untuk seterusnya cinta Shalwa hanya milikmu.” Ujar Arkan berusaha menenangkan Adiknya.

“Tidak Bang... cinta Shalwa hanya milikmu....”

Tiba-tiba dada Arhan terasa begitu sesak, kepalanya juga terasa begitu sakit, Arhan mulai kesulitan untuk bernafas. Tangan Arhan mencengkram erat pada tempat tidurnya, namun bibirnya diam tak bersuara, meskipun dia merasakan sakit yang luar biasa, hingga air mata menetes dari ujung matanya.

“Arhan... tidak... jangan buat Abang takut, Arhan....”

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
Vny
Arkan, km keren bgt sumpah, km kuat bgt meskipun hidup kita itu hampir sama tp gw akui lo kuat. Peluk jauh buat Arkan🤗🤗
IR WANTO
taiiii
IR WANTO
kok dokter pada tolol
IR WANTO
tolol lc goblog...
Nunu Hasan
orang tua y kaya iblis.egois tida tau malu
Nunu Hasan
biarturasa kelurga itu
Nunu Hasan
mudah bapa y jatoh dari kapal terbang.tapi bapa y ajah jangan sama orang lain...
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
happy ending...😁😁
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
kenapa harus meninggal thor..duh kapan bahagianya arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
alhamdulillah sudah ada perubahan dalam diri Arkan, Cita-cita dan harapan dia sudah terwujud, tinggal menyambut kebahagiaan bersama keluarga nya
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
syukur deh mimpi membawa perubahan, tinggal Arif aja nih yang masih sinis terhadap Arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
ampuunnn thoorr ternyata ini cuma mimpi, air mata udah menetes 🚶🏻‍♀️🚶🏻‍♀️
tapi syukur deh, semoga dengan mimpi itu sang ayah bisa merubah sikap nya sama Arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
menyesal kah sekarang ketika melihat Arkan sudah tak berdaya
dan buat bunda jangan hanya bisa menyalahkan saja kau juga sama 🤧
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
ternyata Arkan donorin ginjal nya buat Arif dan lagi dia koma, itu pula yang menyebabkan Arkan tidak menjenguk atau memberikan semangat buat Arif.
duh kalau Arif tau pasti nyesel banget itu, Arkan udah berkorban buat dia
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
alone alone alone...
arkan selalu sendiri padahal memiliki keluarga yang lengkap
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
bisa aja nih Arkan, kalau memang suka bilang dong jangan diam bae
bbip20
Banyakkk banyak banget yg kamu dan keluarga g tau tentang Arkan
bbip20
Tapi emng selalu menjadi pertanyaan buat aku, kenapa? kenapa anak tengah/kedua tuh di gituin? di beda2in. rasanya tuh kit heart bangettt, punya keluarga tpi kyk sendirian 😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan jangan meninggal dulu, kamu harus kuat ayo bangun lah Arkan ada Rafi yang menunggu mu😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tidak mungkin.... ini hanya mimpi kan😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!