Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Bunda
Tap,.. Tap,.. Tap,..
Suara langkah kaki seseorang yang berjalan dengan anggun dengan setelan baju hitam elegan yang melekat di tubuhnya.
"Amelia. Maaf sayang, bunda terlambat." Ucapnya spontan.
Amelia dan teman sekelasnya pun langsung menoleh ke arah seseorang yang tak lain adalah Laura.
"Eh, siapa kakak cantik ini? Kenapa dia tahu namaku? Bahkan dia barusan menyebut kata BUNDA?" Gumam hati Amelia yang kebingungan.
"Siapa tadi yang berbicara kalau Amelia tidak punya ibu, hm? Sepertinya aku harus menghukumnya." Tatapan tajam ke arah teman sekelasnya Amelia.
Sontak teman kelasnya Amelia pun terkejut dan langsung berlari meninggalkan Amelia dan Laura.
"Anu.. Maaf, kakak siapa ya?" Tanya Amelia yang penasaran sambil mendongak pada Laura.
Laura pun berjongkok dan tersenyum pada Amelia. "Amel, maaf ya tadi bunda telat. Soalnya bunda memilih pakaian yang bagus untuk datang ke sekolahmu." Mengusap surai Amelia.
"B-bunda?" Ucap Amelia terbata-bata mendengar jawaban Laura. "Kenapa kakak bisa menjadi bundaku?" Celetuknya semakin bingung.
"Huft.." Laura mencoba menghela nafasnya sejenak, lalu dia mencoba untuk meyakinkan Amelia agar tidak salah paham. "Begini, kakak di suruh oleh ayahmu untuk menggantikan ibumu yang berhalangan hadir. Apa kau tau? Ayahmu benar-benar mencemaskanmu sehingga dia meminta bantuan kakak untuk menemanimu di acara peringatan hari ibu." Menangkup wajah Amelia.
Amelia pun mengangguk dengan pelan dan paham ucapan Laura. "Ah, begitu. Lalu ayah ada dimana?" Tanyanya.
"Ayahmu akan menjemput kita nanti. Sebaiknya ayo kita masuk dulu, acaranya belum selesai kan?" Laura langsung berdiri dan menggenggam tangan mungil Amelia.
"Tidak mau, acaranya sebentar lagi selesai. Aku ingin duduk di taman sana, sambil menunggu ayah." Menunjuk kursi taman yang ada di halaman sekolahnya.
Laura langsung mengangguk mendengar keinginan Amelia. "Tapi, sebelum kesana. Panggil bunda dulu, jangan kakak! Kalau kamu nurut, nanti bunda belikan eskrim." Menunjukkan jari kelingkingnya tanda setuju untuk berjanji.
"Oke, bunda." Pekiknya setuju.
Mereka berdua pun berjalan ke arah taman untuk duduk sejenak disana. Amelia terus menggenggam tangan Laura dan tak berani untuk melepaskannya.
Laura pun hanya menyunggingkan senyumannya, bisa di bilang dia sudah berhasil menaklukan ayah dan anaknya yang sekarang berada dalam genggamannya.
"Ternyata mudah sekali merebut sesuatu milik seseorang. Lihatlah Vina, sikap aroganmu akan membuatmu hancur! Aku akan menguasai semuanya dan secepatnya menyingkirkanmu." Gumam hatinya merasa senang.
Setelah itu.
"Amel, ini eskrimnya." Memberikan eskrim rasa stoberi pada Amelia.
Amelia pun dengan senang menerima eskrim tersebut dari Laura. "Makasih bun, bunda sangat baik." Pekiknya sambil membuka eskrim miliknya. "Oh iya, aku lupa, siapa nama bunda?" Tanyanya dengan wajah polos.
"Laura Veronica. Kamu bisa panggil bunda Lala atau apa saja, yang penting senyamannya kamu." Mengusap surai Amelia.
"Andai ibu disini duduk bersamaku memakan eskrim bersama, bukan dengan orang lain. Tapi, aku senang juga dengan kehadiran bunda Laura, aku tidak terlalu sedih sekarang." Menatap Laura sambil memakan eskrimnya.
Drap,.. Drap,.. Drap,...
Tanpa sadar, seseorang berjalan cepat ke arah Amelia dan Laura. Seseorang itu bahkan memasang wajah marah dengan tangan mengepal.
"AMELIA!" Pekik seseorang sambil meninggikan suara.
Degh.
Saat itu juga, Amelia pun terkejut dan eskrim miliknya pun langsung terjatuh. Bagaimana tidak, sosok yang sejak tadi dia tunggu, kini baru muncul.
"I-ibu..." Lirihnya takut.
Laura yang ada di samping Amelia pun hanya duduk santai sambil memakan eskrim. Sesekali dia melirik seseorang yang tak penting baginya, yaitu Vina.
"Kenapa kamu makan eskrim hah?! Bukannya ibu sudah bilang kalau kamu tidak boleh makan eskrim! Ucapnya sambil meninggikan suaranya.
Grep!
Amelia tiba-tiba menggenggam tangan Laura, saat ini dia menunjukkan rasa takutnya dan meminta Laura untuk melindunginya.
Laura pun yang paham dengan maksud Amelia, dia langsung berdiri dan menunjukkan wajah datarnya pada Vina.
"Kau...." Vina terkejut sambil menunjuk Laura. "Bukannya kau pegawai yang tak tau diri itu kan?!" Seru Vina yang heran dengan keberadaan Laura.
"Ck. Kau merusak suasana nyonya! Kami sedang menikmati eskrim bersama. Anda tiba-tiba muncul seperti mahluk halus yang tak di undang." Celetuk Laura di akhir kata.
Dengan geram pun Vina langsung membalas ucapan Laura. "Hei kau! Dasar tidak sopan hah!! Aku memarahi putriku karena dia memakan sesuatu yang ku larang, enak sekali mulutmu itu bicara santai." Seru Vina dengan kesal.
"Nyonya, harusnya kau redakan dulu emosimu. Bahkan kau marah-marah di depan putrimu." Mengusap punggung Amelia yang sejak tadi memeluk Laura.
Vina pun terdiam sejenak. Dia lupa kalau saat ini ada Amelia yang sedang melihat. "Amel, sini ke ibu!" Memerintahkan putrinya untuk kemari.
Dengan cepat Amelia pun menggelengkan kepalanya memberi tanda tidak mau, bahkan dia semakin memeluk erat Laura. "Bunda, aku takut." Ucapnya dengan pelan.
Degh.
"B-bunda? Siapa yang kau panggil bunda, Amel?" Tanya Vina.
"Ah, dia memanggil namaku. Aku bahkan datang ke sekolah ini dengan sengaja untuk menggantikan nyonya Vina yang sedang sibuk." Jawabnya dengan senyum penuh arti.
"Apa kau bilang? Hei, jangan mengada-ada, kenapa dia memanggilmu bunda? Kau bahkan bukan ibunya. Berani sekali kau datang kesini. Memangnya kau siapa?!" Ucapnya semakin marah.
Tiba-tiba Laura pun menyunggingkan senyumnya. Dia pun mendekatkan wajahnya pada Vina. "Aku memang bukan ibunya. Lantas, apakah pak Dimas adalah ayah kandungnya?" Ucapnya pelan.
Vina langsung melototkan matanya ketika mendengar ucapan Laura. "Beraninya kau...."
Plakkk!!
Seketika, Laura pun terkena tamparan keras dari Vina saat itu juga. Bahkan Amelia pun menangis ketakutan saat melihat pertengkaran mereka berdua.
"HENTIKAN VINA!"
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!