NovelToon NovelToon
Aku Dan Takdirku

Aku Dan Takdirku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yanti sihite

Miraya, nama yang begitu sangat indah pertama kali Miraya mendengar nama tersebut sejak ia kecil. Sebab nama tersebut, diberikan oleh nyonya Shabrina, seorang ibu yang begitu sangat mulia yang sering disebut si ibu panti asuhan tempat para anak-anak dibesarkan.

Namun seiring berjalannya waktu, nama itu tidak seindah yang selama ini Miraya bayangkan lagi, ia malah jatuh diambang maut hingga akhir dari perjalanan hidupnya.

"Tuhan, jika kamu izinkan aku hidup. Maka panjangkan umur ku. Tapi jika hidup ku sampai disini, tolong biarkan aku bahagia meskipun itu hanya sementara".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yanti sihite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Tok.. Tok...

"Masuk!" jawab Alex melihat sang dokter memasuki ruangan Miraya bersama dengan perawat.

"Selamat siang" sang dokter tersenyum melihat Miraya telah bersiap-siap meninggalkan rumah sakit.

"Siang dok! Hari ini saya sudah bisa pulang kan dok?".

"Sudah, hari ini sudah bisa pulang. Tapi sebelum pulang, kita periksa dulu yah".

"Baik dok" sang perawat lalu membantu Miraya membaringkan tubuh itu kembali, sedangkan Alex dengan sang dokter, keduanya tampak sedang berbincang, namun Miraya tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan dan ia juga tidak dapat mendengarnya hingga mereka selesai. "Dok!".

"Kita periksa ya".

"Baik dok".

Tidak lama setelah itu, sang dokter selesai memeriksa keadaan Miraya. Lalu ia memberitahu agar Miraya tidak terlalu capek dalam bekerja dan juga ia harus berusaha menjaga kesehatan tubuhnya, bahkan ia jangan sampai stress.

"Terima kasih dok, saya akan selalu mengingat pesan dokter".

"Bagus" sang dokter melihat Alex kembali, ia berkata jika ada kesempatan tolong bawa Miraya atau cari tahu dimana keluarga besar Miraya agar mereka segera membawa Miraya untuk melakukan pengobatan di luar negeri.

"Mmmmm" jawab Alex mengangguk.

Tidak lama setelah itu mereka keluar, lalu Alex melihat Miraya masih tersenyum kepadanya.

"Dokter itu sangat baik dan juga perawat itu, saya sangat menyukai mereka".

"Mmmmm" balas Alex segera membawa Miraya keluar dari dalam ruangan tersebut. Dan sekarang mereka berada di dalam lobby, Alex bertanya apakah ia mau memakan sesuatu atau yang lain.

"Iya tuan, saya sudah lapar. Tapi, bolehkah kita singgah sebentar tuan di panti asuhan tempat tinggal saya dulu? Sebentar saja, saya ingin bertemu dengan ibu Shabrina mmmm".

Tampa menjawab, Alex meminta agar sekuriti membawa mobilnya di depan lobby. Begitu tiba disana, ia langsung membukakan pintu untuk Miraya, lalu keduanya masuk ke dalam dan segera meninggalkan rumah sakit menuju panti asuhan.

30 menit perjalanan, mereka akhirnya tiba disana. Miraya melihat anak-anak sedang asik bermain dan itu membuat ia sangat bahagia akhirnya ia menginjakkan kaki disana kembali. Lalu ia membawa Alex masuk ke dalam rumah. Di dalam sana mereka langsung melihat Shabrina sedang bersama dengan tamu membuat keduanya harus menunggu, namun dari pada Alex merasa bosan, akhirnya Miraya membawa Alex ke taman belakang.

"Silahkan duduk tuan, saya akan membawa minuman segar".

"Tidak usah, kamu duduk saja".

"Tuan tidak haus?".

"Tidak".

Keduanya akhirnya duduk bersama sambil menikmati angin sepoi-sepoi, kemudian Miraya melihat Alex yang berada di sebelahnya. Lalu ia bertanya apakah Alex tidak merindukan keluarganya. Tetapi lagi-lagi Alex tidak menjawabnya dan masih asik menghirup udara segar disana.

"Saya sangat iri dengan tuan. Seandainya saya memiliki keluarga, saya pasti sangat bahagia bersama dengan mereka" Miraya menutup kedua mata. "Ya tuhan, seandainya waktu bisa diputar, aku ingin sekali terlahir seperti mereka yang mempunyai kedua orang tua, aku ingin merasakan hangatnya pelukan ibu dan ayah. Aku ingin bermain, bercanda, menikmati makan malam bersama dengan mereka".

Alex melihatnya, "Tidak ada yang istimewa dari itu semua".

"Kenapa?" Miraya membuka mata. "Kenapa tuan berkata seperti itu? Bukankah ibu lestari dan tuan Ramos sangat menyayangi tuan? Bahkan saya sangat iri jika melihat mereka begitu sangat menyayangi tuan".

"Semua itu tidak seperti yang kamu lihat".

"Benarkah? Tapi kenapa saat saya melihatnya saya merasa sangat iri dan juga ingin ikut merasakannya juga".

Kemudian seseorang memanggil Miraya dari belakang mereka, gadis itu adalah Aliyah. Ia lalu berjalan mendekati keduanya sambil bertanya sedang apa mereka kemari dan kenapa mereka berada di belakang bukannya berada dirumah.

"Kami hanya menghirup udara segar saja Aliyah" jawab Miraya menyentuh pipinya. "Oh iya, tamu ibu sudah pergi atau belum Aliya?".

"Mmmmm, mereka sudah pergi. Ibu masih berada disana".

"Terima kasih, kami menemui ibu dulu".

"Iya kak".

Miraya lalu membawa Alex masuk kedalam rumah itu kembali, kemudian mereka melihat Shabrina sedang asik membaca sebuah koran bersama dengan segelas teh panas.

"Ibu! Ini aku Miraya. Ibu apa kabar?" dengan senyuman Miraya menjatuhkan tubuhnya diatas sofa melihat Shabrina belum juga melihat kepadanya. "Ibu, Miraya datang".

Namun halnya sama saja, wanita paruh baya tersebut sama sekali tidak menoleh dan sama sekali tidak tertarik melihat Miraya berada di hadapannya.

"Bu, ibu masih marah sama Mira? Ibu masih marah setelah kami meninggalkan panti asuhan ini? Kalau ibu masih marah, tolong maafkan Mira Bu, Mira tidak bermaksud membuat ibu marah. Mira sama seka...

"Aliya!".

"Iya Bu?".

Gadis itu langsung berlari menghampiri mereka melihat Alex hanya berdiri saja dengan wajah datar.

"Iya Bu? Ada apa?".

Shabrina meletakkan koran itu diatas meja, lalu melihat Aliyah sambil menyuruh gadis itu membawakan dua gelas teh untuk tamu yang berada dihadapannya itu. Setelah itu ia pergi meninggalkan mereka membuat Miraya langsung menghalangi jalannya.

"Bu, kenapa ibu sangat marah kepada ku? Mira tau Mira salah, tapi Mira harus...

"Saya sangat sibuk, tolong jangan membuang-buang waktu saya".

"Tapi Bu...

"Hentikan! Jangan pernah mengemis seperti ini kepada orang lain" ucap Alex membuat Shabrina seketika menghentikan langkah kakinya melihat dia. "Ayo kita pergi, aku tidak punya waktu berlama-lama disini" setelah mengatakannya, Alex segera membawa Miraya keluar dari dalam rumah.

Di dalam mobil, "Maafkan saya tuan, saya sudah membuat tuan berurusan dengan ibu Shabrina".

"Aku tidak perduli" jawab Alex.

Miraya melihatnya, "Ibu marah seperti itu karna kesalahan saya sendiri tuan. Ibu Shabrina sangat menentang saat saya harus berhenti kuliah dan memilih keluar dari panti asuhan".

Kemudian Alex menghentikan mobilnya disebuah restoran. Ia lalu turun, sedangkan Miraya masih berada di dalam mobil melihat wanita itu hanya diam saja dan masih merasa sangat bersalah kepada ibu panti asuhan yang sudah membesarkan dia selama ini sampai ia bisa seperti ini.

"Kamu tidak lapar?".

Miraya melihatnya kembali, "Saya sangat lapar tuan, tapi...

"Tapi apa? Kamu lebih mementingkan wanita itu dibandingkan dengan kesehatan mu sendiri?" Alex kesal.

"Tapi tuan... Baiklah" dan akhirnya Miraya keluar dari dalam mobil, lalu ia bertanya lagi apakah ia harus kembali ke pantai asuhan itu dan kembali melanjutkan kuliahnya. Namun Alex tidak menjawab, ia lebih memilih masuk ke dalam restoran dari pada mendengarkan Miraya. "Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini? Ibu Shabrina benar-benar sangat marah dan aku tidak tau bagaimana caranya agar ibu Shabrina kembali seperti dulunya".

Setelah lama bergumul dalam hatinya, ia segera menghampiri Alex berada di meja paling ujung. Kemudian ia melihat, beberapa hidangan telah tersedia diatas meja.

"Duduk!".

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!