"Angeline" adalah nama yang bagus dan cantik. Namun, pemilik nama ini tidak hidup seperti namanya. Ia masih baru lulus SMA, hidup dengan keluarga harmonis dan cukup, mempunyai banyak teman (kurasa), tapi dia introvert. Cukup pendiam, suka baca novel dan komik, dan motto hidupnya adalah hidup dengan yang biasa-biasa saja, tidak berlebih dan mencolok.
Namun ada perubahan drastis dalam hidupnya yang santai-santai saja. Secara mendadak dia meninggal, gara-gara menyelamatkan anak kucing. Tapi cerita ini tidak sampai disitu, Angeline tiba-tiba membuka matanya dan melihat atap-atap yang asing menurutnya.
"Ha...?! "
"Dimana ini? "
"inikan bukan rumah sakit, dan baju ini kenapa kuno sekali, apa aku cosplay? "
PENASARAN CERITA SELANJUTNYA SEPERTI APA?
BURUAN BACA SELENGKAPNYA!!!
DAN JANGAN LUPA KLIK LIKE, SUBSCRIBE, BERI HADIAH, DAN JUGA VOTE YAAA...!!!
AGAR AUTHOR NYA MAKIN SEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD CHAPTER BARU!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eby Mey2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Sima Annchi yang terlihat compang-camping dan dipenuhi dengan darah di bajunya sambil menyeret sesuatu di belakangnya, itu lah yang di lihat oleh Guru Qiang. Para guru yang mengikutinya tampak mulai kesusahan untuk mengejar Guru Qiang. Guru Qiang tiba-tiba berhenti dan disusul dengan guru yang lain.
"Oh astaga! Apa itu...?!
" Bukannya seekor beast beruang?! "
Para guru mulai gaduh saat tahu apa yang telah di seret oleh Sima Annchi adalah seekor beast beruang yang sudah tidak bernyawa dengan luka lebar bagian kepalanya. Para Guru bertanya-tanya, bagai mana bisa dia membunuhnya? apa lagi menyeretnya yang besarnya setara dengan gajah mengingat murid Sima Annchi ini masih ditingkat awal kultivasi.
Sementara itu Guru Qiang meraba-raba tubuh Sima Annchi mencari apa dia terluka dengan parah, ia khawatir layaknya seorang guru. Ia tak memedulikan apa yang ada dibelakang muridnya, ia hanya peduli pada muridnya ini. Sima Annchi menjelaskan pada gurunya bahwa dia baik-baik saja dengan wajah datarnya. Ia juga menjelaskan darah yang ada di bajunya adalah darah milik sangat beruang.
"Apa maksudmu dengan baik-baik saja? Lihat ini, ada luka di bagian punggungmu, di sini, di sini, dan di sini juga! Meskipun raut wajahmu tetap datar, tapi mesti ini sakit kan? " Ketika berbicara seperti itu ia juga menunjuk-nunjuk luka-luka yang diderita muridnya.
Seperti biasa Guru Qiang terus saja mengomeli Sima Annchi. Tapi, di saat-saat itu Sima Annchi merasakan tubuhnya mulai lemas dan tak bertenaga. Tubuhnya hampir saja oleng dan rubuh dan untung saja Guru Qiang segera menahan tubuhnya. Tapi, samar-samar terdengar suara aneh dari perut Sima Annchi.
Sima Annchi berkata dengan lirih yang hanya didengar oleh gurunya, "Lapar...!!! "
Guru Qiang terdiam sejenak, ia kemudian menghela napasnya dengan berat. Guru Qiang pun menggendong Sima Annchi di bahunya. Guru-guru yang tadinya sedang asik memandangi bangkai beruang dan menyentuh-nyentuhnya, mereka akhirnya disuruh oleh Guru Qiang untuk membawa bangkai tersebut kembali ke perkemahan.
Saat hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, Rambut Guru Qiang tiba-tiba dijambak oleh murid sedang di gendongnya. "Kenapa aku digendong seperti ini? Seharusnya aku digendong seperti seorang putri kerajaan. Bisakah jangan cepat-cepat kalau melaju bisa-bisa nanti aku akan muntah di bajumu! Aku saaangat lapar..... Bisakah aku mendapat beberapa camilan yang aku titipkan padamu... " Sima Annchi terus saja mengoceh yang membuat Guru Qiang menggertakkan giginya kesal.
Para guru yang melihat kelakuan Sima Annchi yang banyak mengoceh itu tercengang. Mereka tak percaya apa yang mereka saksikan, Sima Annchi yang biasanya tidak berbicara dengan banyak dan berperilaku seperti robot, kini sedang mengoceh tak jelas dengan gurunya. Mereka mungkin tahunya dulu Sima Annchi susah untuk didekati namun melihat yang sekarang pikiran mereka mulai terbuka.
Guru Qiang tak mendengarkan lagi semua ocehan tak jelas dari muridnya, ia kemudian melesat cepat menuju ke perkemahan menggunakan teknik meringankan tubuhnya. Sima Annchi berteriak-teriak dan menjambak-jambak rambut gurunya, memintanya untuk pelan-pelan. Namun Guru Qiang tidak mempedulikannya meskipun rambutnya ditarik-tarik terus.
Beberapa menit kemudian, di perkemahan. Tang Yuxuan saat ini sudah diobati oleh tabib akademi yang ikut di perkemahan ini, tampak di dadanya dililit perban yang berlapis-lapis. Tak lupa juga Bai Yeong yang berada di sampingannya yang terus saja memasang wajah cemasnya. Tang Yuxuan mengira Bai Yeong mencemaskan dirinya dari tadi, namun apa yang di pikir itu salah, yang dipikirkan Bai Yeong selama ini, "Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Kenapa ada beast di sana? Bukannya hanya ada beruang besar yang sedang hibernasi di sana? Awalnya aku hanya ingin berpura-pura bahwa aku diserang seekor beruang dan diselamatkan oleh Tang Gege. Semua ini gara-gara orang itu, memberikan informasi yang tidak benar. Awas saja jika ada sesuatu yang tidak menguntungkan aku akan menghajar orang itu dengan kejam. "
Bai Yeong menggigit-gigit kukunya cemas, Tang Yuxuan yang melihatnya berusaha untuk menenangkannya dan menghiburnya. Tiba-tiba suara riuh muncul seperti menyambut seseorang.
"HEI...! GURU QIANG DAN GURU LAINNYA SUDAH KEMBALI!!! "
Tang Yuxuan langsung menuju kearah sura tersebut disusul dengan Bai Yeong di belakangnya. Para penghuni kemah terkejut melihat penampilan rambut Guru Qiang yang acak-acakan berbeda dari yang biasanya. Tentu saja itu semua ulah Sima Annchi yang berada di bahu Guru Qiang bergelantungan.
"Ehem... Panggilkan tabib! " Dia sedikit malu ditatap oleh banyak orang.
Tabib pun tiba dan segera membawa Sima Annchi ke tenda klinik. Semua orang teralihkan pandangannya ketika mereka melihat seekor mahluk besar yang tengah digotong ramai-ramai dengan para guru. Tampak para guru yang melakukannya terengah-engah kehabisan nafas. Karena tak sanggup lagi untuk membawa bangkai beast ini. Para murid yang ada di sana beramai-ramai untuk bertanya, "Wah... Apa para guru berhasil mengalahkannya? " salah satu murid bertanya dengan mata yang berbinar-binar.
Guru Qiang tak mau menjawabnya, ia menyuruh mereka untuk bertanya pada guru lainnya yang mengikuti pencarian Sima Annchi. Guru Qiang kemudian bergegas ke tenda klinik meninggalkan kerumunan tersebut.
Saat ia memasuki tenda, ia melihat Sima Annchi sudah selesai diobati luka-lukanya dan mengganti bajunya dengan yang baru yang sebelumnya compang-camping. Saat ini Sima Annchi dengan lahapnya menyantap makanan hangat yang ada di mangkuk besarnya. Rupanya Sima Annchi meminta tabib untuk menyiapkan makanan karena ia sudah tak tahan lagi untuk menahan rasa laparnya.
Guru Qiang mengambil tempat duduk untuk dirinya dan meletakkannya didepan Sima Annchi. Sambil duduk ia berkata, "Bisakah aku mendengar cerita pertarungan mu dengan beast itu, saat kau ditinggalkan oleh teman-temanmu? "
Sima Annchi berhenti mengunyah makanannya dan menatap gurunya, ia berkata dengan penuh makanan yang masih berrada di mulutnya. "Auku pwun juawaga tidak tawu awfha yang terjadi (Aku pun juga tidak tahu apa yang terjadi). "
"Hah? " Guru Qiang tidak paham apa yang dia katakan.
Tiba-tiba suara yang terdengar familiar di telinganya muncul, "Ehem, ehem...! Master, nona Sima Annchi baru saja selesai di obati dan dia sedang makan sekarang. Kalau begitu, biarkan aku yang menjelaskan apa yang terjadi selama pertarungan berlangsung. " Dengan bangganya Ling-Ling berbicara seperti itu.
Guru Qiang yang melihat Ling-Ling muncul entah darimana, memperbolehkan Ling-Ling bercerita yang membuat Ling-Ling tambah bersemangat dan tidak sabar untuk menceritakannya. Disini Ling-Ling mulai menceritakannya dan Guru Qiang mulai mendengar kan secara seksama.
Beberapa jam yang lalu saat Sima Annchi masih berada di hutan dan baru saja ditinggalkan oleh Tang Yuxuan dan Bai Yeong. Sima Annchi yang melanjutkan pertarungannya dengan sang Beast besar itu, pertarungannya mulai semakin memanas dan... tunggu chapter selanjutnya...!
Guru Qiang be like : "COK...!!! "
...~Bersambung~...