NovelToon NovelToon
Tepat Tujuh Belas

Tepat Tujuh Belas

Status: tamat
Genre:Teen / Horor / Romantis / Tamat / cintamanis / Kumpulan Cerita Horror / hantu
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Biru Taro

Kamalla adalah siswi SMA biasa pada umumnya. Hidup dengan keluarga yang sederhana, memiliki dua sahabat baik, dan juga pacar yang cukup populer bernama Radhit.

Meski hubungan keduanya sering kali diusik oleh mantan dari kekasihnya yang bernama Monik, baginya hal itu bukan sebuah masalah besar.

Namun masalah lain kerap datang bergantian ketika usianya tepat tujuh belas tahun. Mulai dari hubungannya yang kandas dengan sang pacar, sahabat, bahkan terror mengerikan dari sosok tak kasat mata.

Tentu saja hal itu menjadi tanda tanya besar di kepalanya. Apakah semua ini ada hubungannya dengan mantan dari kekasihnya? Apa mungkin secara tak sadar ada kesalahan yang dia perbuat? Atau ada hal lain dibalik semua kejadian ini?

[Karya pertama bergendre horror romantis]

-Biru Taro-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru Taro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setelah Matahari Terbenam [Dua Puluh Lima]

"Kalian tunggu di sini, gue buatin minum dulu," Kamalla berlalu ke dalam rumah, meninggalkan Bara dan Monika yang masih mematung di teras rumah.

"Sejak kapan lo kenal sama Kamalla?" tanya Monika memecah keheningan.

Bara masih bergeming tanpa menatap gadis itu. Rahangnya masih mengeras kaku.

"Sebenci itu ya lo sama gue?" tanya Monika lagi.

"Kita ngobrol di depan aja. Nggak enak kalau sampai didengar Kamalla dan Ibunya," Bara berjalan ke luar pekarangan rumah Kamalla dan berdiri tepat di depan kebun singkong yang ada di sebelah rumah itu.

"Lo mau apa lagi sih?" tanya Bara akhirnya.

"Gue mau, lo balik kayak dulu lagi," jawab Kamalla. "Kayak Bara yang gue kenal sebelumnya."

"Kayak dulu lagi?" tanya Bara sinis. "Gue nggak pernah berubah. Gue masih sama kayak dulu kok. Bedanya sekarang, nasib lo dan gue aja. Tapi biar pun begini, gue udah cukup bahagia."

"Bara..."

"Sejak kejadian itu, gue udah nggak mau tahu dan perduli soal kalian," tambah Bara dengan mimik wajah penuh dendam. "Jadi lo jangan harap gue bisa balik kayak dulu lagi."

"Mama sakit, Bara," di bawah sorot lampu jalan yang terang, air mata Monika dapat terlihat jelas mengalir di pipinya. "Mama selalu nanyain lo. Gue nggak mungkin terus-terusan bohong soal lo ke Mama."

"Mama... Sakit apa?" suara Bara mulai bergetar. Kedua manik matanya berkaca tanpa dia sadari.

"Mama udah lama sakit, dan kemarin malam gue nemuin Mama nggak sadarkan diri di ruang tamu."

"Sekarang gimana keadaan Mama?"

"Mama dirawat di rumah sakit," jawab Monika seraya menyeka air matanya. "Makanya gue minta tolong ke Kamalla supaya bisa ngomong sama lo. Karena cuma dia yang bisa bantu gue biar bisa ketemu lo lagi."

Laki-laki itu menghela napas panjang dan memandang kosong ke arah jalan aspal. "Gue nggak bisa. Jangan lo jadiin Mama sebagai alasan biar gue bisa balik."

"Gue akuin, dulu gue emang salah, gue bodoh," Monika mulai menangis sesenggukan. "Gue minta maaf atas semuanya, Bara."

Bara menepis sentuhan tangan dari Monika.

"Kalau lo nggak maafin gue, nggak masalah. Gue bisa terima," lanjut gadis itu seraya belutut di hadapan Bara. "Tapi gue mohon sekali ini aja, please temuin Mama."

Ego yang selama ini mengunci hati dan pikiran Bara berhasil luluh seketika melihat sikap dan ketulusan Monika. Dengan air mata yang tak tertahan lagi, dia merengkuh kedua lengan gadis itu dan menarik ke pelukannya.

"Lo nggak perlu berlutut kayak gini," ujar Bara seraya mengeratkan pelukannya. "Lo bukan Monika yang gue kenal kalau lemah begini."

Gadis itu tak menjawab. Dia malah semakin terisak di dada laki-laki yang selama ini dia rindukan.

"Kamalla?" Bara menyeka air matanya dan melepas pelukan itu. Dengan cepat dia berlari menghampiri Kamalla yang entah sejak kapan berdiri di tepi jalan depan rumahnya.

"M-minumnya, udah jadi," ujar Kamalla dengan suara bergetar. Meskipun dia sadar tak ada hubungan apapun dengan Bara, entah kenapa seperti ada yang meremas hatinya saat itu juga.

"Saya bisa jelasin semu--"

"Jelasin apa?" Kamalla menyunggingkan senyum dengan getir. "Gue nggak apa-apa, Bara. Emangnya kenapa?"

"Nggak. Ekspresi kamu nggak bisa bohong. Kamu salah paham," kukuh Bara.

"Apa? Emangnya gue kenapa?" tanya Kamalla berusaha menguatkan perasaannya. Perlahan dia berjalan menuju teras meninggalkan Bara.

BUG!

Kamalla kembali menoleh ketika mendengar sebuah suara sesuatu terjauh ke atas aspal. Gadis itu terkejut bukan main ketika menyaksikan Bara yang tengah tertelungkup di tengah jalan. Sementara itu sosok Monika terlihat berdiri di samping Bara sambil menundukkan kepalanya. Rambut ikalnya yang panjang menutupi sebagian wajahnya yang tampak pucat.

"Bara!" pekik Kamalla. "Monik, lo kenapa?"

"Masuk ke rumah, Kamalla!" ujar Bara dengan suara tertahan. Beberapa kali dia mencoba untuk bangkit dari posisinya yang mendadak begitu berat, seperti ada yang menahannya.

Kamalla sadar ada yang tak beres dengan Monika. Dia melangkahkan kakinya mundur dengan perlahan. Namun sosok Monika yang masih berdiri di sana seketika mendongak ke arah Kamalla, menunjukkan wajahnya yang pucat. Kedua manik matanya yang kini memutih menatap nanar ke tajam Kamalla. Gadis itu tertawa dengan suara melengking, kemudian berlari dengan cepat dan melompat sampai menubruk Kamalla. Keduanya ambruk di atas lantai berlapis semen dengan posisi Monika yang menindih Kamalla.

"Monik! Lo.. Uhuk!" Kamalla tak mampu melanjutkan kalimatnya ketika Monika mencekik tenggorokannya dengan sangat keras.

"Kamu udah ganggu saya!" pekik Monika dengan suara serak. Suara itu sangat jauh berbeda dengan suara Monika.

Monika kemudian bangkit dari posisinya tanpa melepas cengkraman sebelah tangannya di leher Kamalla. Sambil terus menatap bengis, Monika semakin mengeraskan cengkramannya. Kali ini dia mengangkat gadis itu sampai kedua kakinya tak lagi menyentuh lantai.

"Mon..nik, sad..dar," dengan susah payah, Kamalla meraih tangan Monika agar dapat melepaskan cengkraman di lehernya yang semakin menyakitkan. Namun usahanya sia-sia lantaran kuatnya cengkraman itu.

"Ikut denganku sebagai pengganti!" Monika kembali tertawa dengan suara melengking seolah puas dengan apa yang sedang dia perbuat. Kamalla akhirnya sadar sosok apa yang sudah merasuki tubuh Monika. Sosok hantu perempuan itu.

"Kamalla!" Rukmi histeris dari teras rumah ketika menyaksikan anak semata wayangnya tak berdaya di tangan Monika.

"Enyah kau tua bangka!" Monika mengarahkan satu tangannya ke arah Rukmi, seketika hembusan angin yang begitu kuat mampu membuat wanita paruh baya itu terpelanting hingga menubruk dua gelas teh hangat di atas meja. "Anak ini milikku!"

Rukmi yang wajahnya sudah dibasahi air mata itu merangkak dari posisinya dan merogoh ponselnya di saku celana.

"Bayang.. Tolong hentikan! Saya belum siap kehilangan Kamalla!" Rukmi memohon kepada seseorang yang dia hubungi melalui telepon. Pandangannya yang lirih tak lepas dari Kamalla yang sudah lemah dalam genggaman Monika. "Kau bohong! Saya mohon hentikan sekarang juga!"

Monika semakin meninggikan tawanya dengan sangat puas, sampai akhirnya sebuah hantaman tak kasat mata berhasil melepas cengkramannya. Hantaman itu membuat Monika terpelanting beberapa menter ke tepi jalan hingga tak sadarkan diri.

"Kamalla!" dengan susah payah Rukmi menghampiri anak semata wayangnya yang sudah terkulai lemah di atas lantai semen.

"Ibu.." ujar Kamalla lirih sambil mengatur ritme napasnya. Dari sudut matanya dia melihat sosok hitam besar tengah berdiri di sudut teras menatap ke arahnya.

"Kamalla," dengan langkah gontai, Bara meraih Kamalla dan membiarkan gadis itu bersandar di pahanya. "Maafin saya, Kamalla."

"Monik," ujar Kamalla. "Monika gimana Bara?"

Bara menatap lurus ke arah jalan yang sekarang tampak kosong. Monika sudah tak ada lagi di sana.

"Dia sempat sadar tadi, terus lari dan masuk ke rumah kosong itu," jawab Bara akhirnya. "Saya nggak sempat nahan dia."

"Bara, jangan sampai Monika kenapa-kenapa," ujar Kamalla. "Kita harus segera tolong dia."

"Kamu di sini aja sama Ibu, biar saya yang ke sana."

"Nggak. Bukan Monika yang dia mau, tapi gue Bara!"

"Dia siapa, Nak? Kalian main-main dengan hal semacam ini!?" ujar sang Ibu sangsi.

"Kamalla harus tolongin Monika, Bu," ujar Kamalla. Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya dengan dipapah oleh Bara dan Rukmi. "Monika dalam bahaya."

Bersambung...

1
Diodi
nyesek bgt
Diodi
wkwkwk
Diodi
maraton baca. seru bgt bikin penasaran. tolong lanjut thor!!
birutaro: Makasih ya. Stay tune terus hehe
total 1 replies
Epitangdiampang
seru
birutaro: Makasih ya udah mampir. Ditunggu kelanjutan kisahnya..
total 1 replies
Mata Peña_✒️
jadi pasang 3?!..
Andini Andana: siyap2 disamperin u Thor 🤣🤣🤣
birutaro: Selama orangnya gak kesini, gak bakalan tau dia wkwk
total 10 replies
Rey
gagal modus mu ya Radhit 😁
Rey
manis banget kamu Radhit😊
birutaro: Makasih ya udah mampir. Ditunggu update selanjutnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!