#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 - Aku Tidak Melihat
Suara Zeshan sampai tercekat, kehadiran Zain yang tiba-tiba tak ubahnya bak momok mengerikan, sungguh.
"Kami tidak melihat apa-apa ... serius!!" Zain menutup mata, tapi masih bisa melihat jelas dari sela-sela jarinya.
"Sejak kapan kau di sana?" Terkesan konyol, tapi pria itu masih saja bertanya.
"Barusan ... wah sepertinya kita datang di saat yang tidak tepat, Deo." Sembari bermonolog, Zain membawa Nadeo berlalu pergi meninggalkan pasangan yang tengah dalam masa transisi dari ipar menjadi suami istri.
Hening, cukup lama suasana didominasi suhu udara yang dingin. Angin yang masuk dari jendela seolah menari-nari, menertawakan keduanya.
"De-deo tidak lihat, 'kan, Kak?" tanya Devanka usai turun dari meja dan demi apapun, Devanka mendadak bingung hendak bagaimana dia ke depannya.
"Katanya sih begitu."
Jawaban berdasarkan fakta yang membuat Devanka menghela napas kasar. "Aih kok katanya sih, kalau ternyata dia lihat gimana?"
"Tidak gimana-gimana, bilang saja ciuman," jawab Zeshan seenteng itu, padahal saat ini Devanka panik bukan main, sungguh.
"Masa ngaku?"
"Terus gimana? Kalau bohong justru dosa ... sudahlah, mending teruskan saja," ujar Zeshan kembali bermaksud meneruskan apa yang tadi sempat tertunda.
Sayang, berbeda dengan sebelumnya kali ini Devanka justru menolak dan menahan dada sang suami yang hendak mendapatkan bibirnya kembali.
"Hem? Kenapa ditolak? Katanya tadi mau dibuktikan," ucap pria itu tersenyum simpul.
Wajah Devanka yang memerah lantaran bercampur kesedihan dan rona asmara membuatnya terlihat lucu di mata Zeshan.
"Masih tanya, kita barusan tertangkap basah ... bisa-bisanya Kakak sesantai itu," gerutu Devanka sembari sesekali melihat sekeliling, khawatir jika ada tragedi susulan yang nanti lebih mengerikan dibanding tertangkap mata Zain.
"Memang seharusnya bagaimana? Klarifikasi kalau kita tidak sedang berbuat apa-apa?" tanya Zeshan bersedekap dada dan baginya sama sekali tidak ada yang salah, hanya khawatir mata Nadeo ternoda saja.
"Bukan begitu juga maksudnya, tapi_"
"Tapi apa? Hm?"
"Ah entahlah, aku malu sama kak Zain," desis Devanka dengan wajah yang kini memerah dan tidak dapat ditutup-tutupi bahwa malunya memang alami.
Sebenarnya wajar saja Devanka malu, terlebih lagi posisinya masih pengantin baru. Selain itu, Devanka tahu betul watak saudara suaminya, terkesan berwibawa di luar, akan tetapi jika sudah tahu kelemahan lawan besar kemungkinan hidupnya tidak mungkin bisa tenang, dan Devanka tidak siap andai harus menjadi bahan ledekan.
Kendati demikian, tidak peduli sepanik apa Devanka saat ini, sebagai suami dia berusaha untuk terlihat santai karena memang begitu pembawaan Zeshan dalam menyelesaikan masalah.
"Santai saja, Zain juga punya istri ... hal-hal begini tidak asing baginya."
"Tidak asing?" Kening Devanka berkerut, dia sedikit bingung dan mendadak penasaran akan pernyataan sang suami.
"Hem, sangat tidak asing."
"Berarti Kakak pernah lihat Kak Zain ciuman di dapur juga?" selidik Devanka demi memastikan kebenarannya.
Tak segera menjawab, Zeshan menggigit bibir sembari berpikir keras. "Ehm tidak sih," ucapnya seketika membuat Devanka menghela napas kasar.
Jawaban Zeshan sama sekali tidak membuatnya tenang. Jika benar begitu adanya, maka bisa dipastikan yang salah adalah mereka berdua, dan hal semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dimaklumi.
"Kamu kenapa memangnya tanya itu?" tanya Zeshan penasaran.
"Tidak, tidak kenapa-kenapa," elak Devanka yang jelas takkan mengaku jika dirinya bertanya demi mencari kelemahan Zain andai nanti diledek akibat ulah mereka.
Kehadiran Zain benar-benar merusak suasana romantis mereka. Devanka berlalu tanpa kata meninggalkan Zeshan yang hanya bisa geleng kepala sembari mengullum senyumnya. "Dasar lebay, ketahuan ciuman saja segitunya ... kalau lebih dari itu gimana?" gumam pria itu turut berlalu, nasi goreng rasa garam yang Devanka masak benar-benar dianggurin pada akhirnya.
.
.
- To Be Continued -