(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penginapan Roda Karat
Distrik selatan Pos Perdagangan Besi adalah mimpi buruk sanitasi dan keamanan. Asap hitam dari pabrik peleburan menyelimuti jalanan yang becek oleh minyak dan limbah, menciptakan kabut permanen yang berbau logam terbakar. Di sini, matahari tidak pernah benar-benar bersinar; ia hanya berupa noda oranye samar di langit kelabu.
Chen Kai memimpin rombongan kecilnya masuk ke sebuah gang sempit, berhenti di depan bangunan kayu reyot yang miring ke satu sisi. Papan namanya, yang tergantung pada satu rantai berkarat, bertuliskan: "Penginapan Roda Karat".
"Tuan... Gao," bisik Manajer Sun, hampir tersedak bau amonia yang menyengat. "Apakah kita... benar-benar akan tinggal di sini?"
"Tempat ini sempurna," jawab Chen Kai datar. "Penjaga Bayangan tidak akan mau menginjakkan kaki mereka di lumpur ini. Semakin menjijikkan tempatnya, semakin aman kita."
Chen Kai masuk. Lobi penginapan itu gelap, hanya diterangi beberapa lilin lemak hewan. Di balik meja, seorang pria tua dengan satu mata dan lengan mekanik kasar sedang mengelap gelas kotor.
"Satu kamar besar di lantai atas. Paling pojok," kata Chen Kai, melempar tiga koin perak. "Dan kami tidak ingin diganggu."
Pemilik penginapan itu menggigit koin perak untuk memastikan keasliannya, lalu melemparkan kunci besi berat. "Kamar 404. Jangan mati di dalam. Aku malas membersihkan mayat."
Mereka naik tangga yang berderit. Kamar itu sesuai dugaan: lembap, berbau jamur, dan dindingnya tipis. Tapi setidaknya ada satu jendela kecil yang menghadap ke atap-atap pabrik, memberikan rute pelarian darurat.
Chen Kai segera memeriksa ruangan, memasang beberapa jimat peringatan sederhana di pintu dan jendela.
"Istirahatlah," kata Chen Kai pada Xiao Mei yang terlihat kelelahan. Dia menunjuk ke satu-satunya tempat tidur yang layak.
Manajer Sun duduk di kursi kayu yang kakinya tidak rata. Dia menghela napas panjang, menghapus "luka kusta" palsu di wajahnya dengan kain basah.
"Tuan Muda," kata Sun serius. "Buah Jantung Naga itu... kau menginginkannya, bukan?"
Chen Kai, yang sedang mengintip keluar jendela melalui celah tirai, menoleh. "Apa kau tahu khasiatnya?"
"Tentu saja. Aku pedagang," kata Sun. "Buah itu tumbuh dengan menyerap esensi darah naga yang tumpah ke tanah. Itu adalah harta karun elemen Yang murni. Bagi kultivator biasa, itu bisa membantu menerobos kemacetan. Tapi bagi seseorang dengan teknik tubuh khusus sepertimu... itu bisa menempa ulang tulang dan darah."
"Jian Lie tahu itu," tambah Sun. "Dia tidak memberikannya sebagai hadiah. Dia menggunakannya sebagai umpan. Dia tahu kau membutuhkan sumber daya untuk pulih atau bertambah kuat. Dia memancingmu keluar."
"Umpan hanya berbahaya jika kau menggigit kailnya," kata Chen Kai dingin. "Aku berniat mengambil umpan itu, lalu mematahkan joran pancingnya."
"Bagaimana caranya? Dia dikelilingi ratusan penjaga. Dan dia sendiri adalah Pembangunan Fondasi, meskipun terluka."
"Aku akan mencari tahu malam ini."
Malam itu, setelah memastikan Sun dan Xiao Mei aman, Chen Kai menyelinap keluar lewat jendela. Dia tidak memakai samaran 'Gao' si pemulung. Dia mengenakan pakaian hitam ketat, bergerak di atas atap-atap pabrik yang licin oleh minyak seperti bayangan.
Tujuannya adalah alun-alun pusat, tempat Jian Lie bermarkas di Rumah Tuan Kota.
Bangunan itu dijaga ketat. Obor menyala di setiap sudut. Penjaga Bayangan berpatroli dengan anjing pelacak.
Chen Kai berjongkok di atas menara jam tua yang menghadap ke halaman Rumah Tuan Kota. Jaraknya sekitar dua ratus meter. Dia memusatkan Qi ke matanya.
Di halaman, sebuah panggung besar sedang disiapkan. Meja-meja panjang disusun. Pelayan mondar-mandir membawa arak.
"Pesta?" gumam Chen Kai.
Dia melihat sebuah papan pengumuman besar di depan gerbang mansion.
"REKRUTMEN AKBAR: MALAM PEMBURU NAGA" Dicari: Kultivator Elite (Minimal Puncak Tingkat Sembilan) untuk bergabung dalam Pasukan Khusus Pemburu. Waktu: Besok Malam. Hadiah Bergabung: 1.000 Batu Roh. Hadiah Utama bagi yang berjasa: Buah Jantung Naga.
"Dia merekrut tentara bayaran elit untuk menyisir Padang Abu," analisis Kaisar Yao. "Dia sadar pasukannya sendiri tidak cukup untuk menutup area seluas itu."
"Dan dia akan memamerkan buah itu di pesta besok malam untuk memotivasi mereka," sambung Chen Kai. "Itu kesempatan terbaikku."
Tapi ada masalah. Penjagaan akan sangat ketat. Masuk sebagai penyusup biasa hampir mustahil tanpa memicu alarm.
"Aku harus masuk lewat pintu depan," pikir Chen Kai. "Tapi tidak sebagai Chen Kai. Dan tidak sebagai Gao."
Matanya tertuju pada sekelompok orang yang baru saja tiba di gerbang mansion untuk mendaftar. Mereka adalah para kultivator liar yang tampak garang dan berbahaya.
Salah satu dari mereka menarik perhatian Chen Kai.
Seorang pria raksasa yang mengenakan topeng besi penuh yang menutupi seluruh kepalanya, membawa kapak ganda raksasa di punggungnya. Dia tidak bicara sepatah kata pun saat mendaftar, hanya menyerahkan sebuah plat nama besi.
Penjaga yang menerima pendaftaran itu tampak gemetar saat melihat plat itu. "T-Tuan... 'Algojo Bisu'? Silakan... silakan masuk daftarnya. Ini token undangan Anda untuk besok malam."
Pria raksasa itu mengambil token emas itu dan berjalan pergi tanpa suara, auranya yang berat dan berdarah membuat orang-orang di sekitarnya menyingkir.
"Algojo Bisu," Chen Kai tersenyum tipis di balik cadarnya. "Puncak Tingkat Sembilan. Senjata berat. Tidak bicara. Topeng penuh."
"Identitas yang sempurna," kata Kaisar Yao.
Chen Kai mengikuti pria raksasa itu.
Si 'Algojo Bisu' tidak menginap di penginapan mewah. Dia berjalan menuju distrik gudang kosong di pinggir kota, mungkin mencari tempat sepi untuk bermeditasi.
Chen Kai membuntutinya dalam diam.
Saat pria itu masuk ke dalam sebuah gudang tua yang gelap, Chen Kai berhenti di atap.
"Maafkan aku, sobat," batin Chen Kai, menarik Pedang Meteor Hitam dari cincin penyimpanannya. "Aku butuh undanganmu."
Chen Kai melompat turun.
BRAKK!
Si Algojo Bisu berbalik dengan kecepatan mengejutkan, kapak gandanya sudah berada di tangan.
Tapi Chen Kai lebih cepat.
"Teknik Kaki: Hentakan Naga!"
Dia mendarat tepat di atas kapak yang diangkat pria itu.
KANG!
Kekuatan fisik Chen Kai yang setara Pembangunan Fondasi Awal menekan pria raksasa itu hingga lututnya amblas ke lantai beton.
"Tidur," bisik Chen Kai.
Dia mengirimkan gelombang kejut Qi ke kepala pria itu melalui kakinya.
Si Algojo Bisu mengerang rendah, lalu matanya berputar ke belakang. Dia ambruk pingsan.
Chen Kai tidak membunuhnya. Dia tidak punya dendam pribadi. Dia hanya mengikat pria itu dengan rantai besi yang diperkuat Qi, menyumbat mulutnya, dan menyembunyikannya di dalam peti kemas kosong di gudang itu.
"Dia akan bangun dua hari lagi dengan sakit kepala hebat," kata Chen Kai.
Dia mengambil topeng besi pria itu, kapak gandanya (yang sangat berat, tapi masih lebih ringan dari Pedang Meteor), dan token undangan emas dari sakunya.
Chen Kai mencoba mengenakan topeng besi itu. Pas. Dia mengenakan jubah luar pria itu yang besar untuk menutupi postur tubuhnya yang sedikit lebih ramping, lalu menggantungkan kapak ganda di punggungnya.
Dia mencoba mengayunkan kapak itu.
WUUNG!
"Sedikit ringan, tapi bisa dipakai," komentar Chen Kai.
Sekarang, dia adalah Algojo Bisu.
"Besok malam," kata Chen Kai, menatap token emas di tangannya yang berkilauan di bawah sinar bulan yang masuk dari celah atap. "Aku akan menghadiri pesta Jian Lie."
"Dan aku akan mengubah pesta itu menjadi mimpi buruk."