Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diterima
Tidak banyak orang… yang berani menjawab pertanyaan itu denganku seperti ini.”
Angel miring sedikit, membiarkan rambutnya jatuh ke salah satu bahu dengan elegan.
“Karena saya memang bukan orang biasa.” katanya lembut.
Daren menatapnya… lama.
ia Terperangkap di sana.
Dan Angel tersenyum kecil, Karena tepat saat itu… ia tahu.
Daren mulai tertarik padanya.
Dan itulah langkah pertama dalam rencana balas dendamnya. ia pikir akan sulit mendekati pria ini, ternyata sama saja dengan lelaki. hidung belang lain. di mata publik aren De Castello dikenal sebagai pria yang tidak mudah goyah.
Baginya, wanita hanya catatan kecil di buku hidupnya datang dan pergi tanpa meninggalkan bekas.
Namun Angel… berbeda.
Sangat berbeda.
Ia duduk di tepian meja dengan kaki tersilang rapi, tubuhnya condong sedikit ke depan, tatapannya berani namun tetap elegan. Parfum lembut yang menguar dari kulitnya menembus pertahanan batin Daren yang selama ini tak pernah tertembus siapa pun.
Daren mencoba mengabaikan sensasi itu.
Ia mencoba fokus pada profesionalisme, pada kendali yang selalu ia pegang.
Tapi semakin ia mencoba mengalihkan pandangan, semakin kuat pula tarikan yang membawanya kembali pada sosok Angel.
Akhirnya, tanpa sepatah kata pun…
Daren bangkit dari kursinya.
Angel melihatnya berdiri, langkahnya pelan namun tajam seperti predator yang menghampiri mangsa, tapi dalam versi yang lebih elegan dan terkontrol.
Aura dominannya langsung memenuhi seluruh ruangan.
angel tetap diam di tempat, tidak mundur.
Itu membuat Daren semakin tertarik.
Ia berjalan memutari meja, langkahnya mantap, lalu berhenti tepat di depan Angel. Jarak mereka sangat dekat. Terlalu dekat untuk sekadar interview profesional.
Angel mengangkat wajah, menatapnya.
Daren menunduk sedikit, cukup untuk menangkap aroma tubuh Angel yang manis dan menggoda.
Jari-jarinya terangkat pelan, ragu, lalu akhirnya bertumpu di sisi meja dekat pinggang Angel. Gerakan kecil itu saja sudah cukup mengurung Angel di posisinya, membuat ruang antara mereka menyempit.
Angel dapat merasakan kehangatan tubuh Daren meski mereka tidak bersentuhan.
Daren berbicara, suaranya rendah… lebih dalam dari sebelumnya.
“Angelina… kamu tahu tidak?”
Matanya menatap Angel seperti mencoba menembus pikirannya.
“Jawabanmu barusan… bisa dianggap berani.”
Angel mengangkat alis tipis. “Dan apakah Tuan De Castello… keberatan?”
Daren menghela napas pelan, seperti berjuang menahan sesuatu dalam dirinya.
“Mungkin.” Ia mencondongkan tubuh sedikit. “Atau mungkin… justru aku mulai tertarik.”
Angel tidak mundur. Tidak juga maju untuk menantang.
Ia hanya tersenyum kecil senyum yang bisa membuat lelaki paling kuat kehilangan fokusnya.
Daren menatapnya lama.
Tatapan yang membuat seluruh ruangan seakan berhenti bergerak.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Daren merasa kontrolnya goyah.
Ada sesuatu dalam diri Angel, tatapan, bahasa tubuh, ketenangan yang memanggil sisi dalam dirinya yang paling ia sembunyikan.
Daren menunduk sedikit lebih dekat.
“Kamu… berbahaya,” bisiknya.
Angel tersenyum halus. “Kalau begitu, seharusnya Anda lebih berhati-hati, Tuan.”
Tatapan mereka saling bertemu saling mengunci dengan dalam. .
Tatapan Daren turun… naik… mengamati garis wajah Angel, alur lehernya, hingga lekuk tubuhnya yang sejak tadi berusaha ia abaikan tapi gagal.
Sangat gagal.
Angel menatap balik tanpa gentar, seolah tahu persis apa yang sedang berkecamuk dalam kepala seorang CEO berhati dingin itu.
“Jadi…” Daren bersuara rendah, nyaris seperti bisikan berbahaya. “Kau pikir… menggoda seperti ini akan membuatmu diterima?”
Angel tersenyum pelan. Senyum itu yang membuat dada Daren mengeras oleh sesuatu yang tidak pernah ia rasakan pada wanita mana pun.
“Aku hanya menunjukkan,” Angel membalas lembut, “bahwa aku bisa… menyesuaikan diri dengan apa pun yang Anda butuhkan sebagai seorang atasan."
"teman ranjang atapun teman bekerja" bisik angel dengan lirih. ia meniup telinga daren
Daren menahan napas sedetik.
Perempuan ini… berbahaya.
Ia mencoba memalingkan pandangan sekilas saja namun matanya kembali tertarik pada bibir Angel, pada tatapannya yang memancing naluri kelelakiannya.
Dan tanpa sadar, Daren semakin mendekat.
“Aku tidak biasanya menerima seseorang hanya karena… penampilan,” gumamnya. “Tapi kau…”
Kontras dengan kata-katanya, jaraknya justru semakin menipis. Angel bisa merasakan hangat napasnya. Aroma maskulin Daren menyelimuti ruang sempit itu.
Daren mengangkat wajah Angel dengan satu jari di bawah dagu. Napas Angel tercekat.
“Mulai besok kau bekerja di sini.”
Suaranya turun satu oktaf, dingin namun tak bisa menyembunyikan nada tertarik yang mengkhianati dirinya.
Angel berkedip pelan.
“Jadi… saya diterima?” bisiknya pelan.
Daren menahan tatapan. “Ya. Dan kau akan langsung menjadi sekretarisku.”
Tangannya turun, melepaskan dagu Angel… namun seluruh dirinya masih menahan Angel di sana, seolah enggan mundur.
“Jaga sikapmu,” tambahnya, dagunya terangkat sedikit. “Karena jika kau bermain-main di dekatku seperti ini lagi…”
Ia membungkukkan tubuh, bibirnya hampir menyentuh telinga Angel.
“…aku tidak yakin aku bisa tetap profesional.”
Angel tersenyum kecil penuh kemenangan senyum yang Daren lihat, tapi tak bisa ia artikan. Dan ia mundur selangkah, memutus ketegangan itu.
“Selamat bekerja, Angel.”
"selamat menunggu kehancuran anda tuan! " gumam angel dalam hati.
