* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Semakin hari perutnya akan semakin membesar, tentu saja ia sudah tidak bisa lagi bekerja. Lalu bagaimana dengan sky, jika dia tau keadaan Shanna, adiknya itu pasti akan memilih pulang dan tidak melanjutkan kuliahnya lagi.
Lalu Shannon? Adik perempuannya itu sangat membutuhkan perhatian lebih mengingat penyakitnya yang semakin serius, ia juga harus mengumpulkan banyak uang untuk pengobatan Shannon.
Dan, bagaimana jika respon adik nya itu justru negative begitu mengetahui fakta bahwa kakaknya hamil di luar nikah, yang bisa saja akan berdampak buruk pada kesahatannya.
Shanna terus berperang dengan fikirannya sendiri, begitu banyak pertimbangan dihatinya.
wanita itu tidak ingin memberi contoh buruk pada adik-adiknya, tidak ingin mempermalukan kedua orangtuanya yang telah tiada. Tetapi, ia juga tidak sanggup jika harus mengorbankan janinnya.
Tidak ada seorangpun ibu yang ingin kehilangan darah dagingnya, begitupun dengan Shanna. Ia menyadari bahwa dia sangat menyayangi janin yang tengah bertumbuh di rahimnya itu.
"Huu ... huu ... huu Mommy harus apa nak." Lagi dan lagi, Shanna menangis. Air mata seolah tak rela untuk berhenti keluar.
Sepanjang malam wanita hamil itu berbaring disofa panjang yang berada tak jauh dari kolam renang. Ia tertidur ditempat itu, hingga tengah malam bi Lala datang membangunkan lalu membantunya masuk kekamar.
*
*
pagi menyongsong, sinar mentari masuk kekamar gadis remaja yang saat ini masih terbungkus oleh selimut tebal. Siapa lagi selain Shannon, gadis itu masih tidur sangat nyenyak, bahkan sinar mentari tak mengusik tidurnya.
"nona, ayo bangun bibi sudah buatkan bubur abalone kesukaan nona." Bi Lala masuk, membuka gorden hingga seluruh kamar tersinari oleh sinar matahari dipagi itu.
"Bibiiiiii ... Sebentar lagi, aku masih mengantuk."
"Tidak nona, ayo bangun sekarang. Nona Shanna akan marah jika bibi masih membiarkan nona tidur sebelum berjemur dan minum obat." Bantah bi Lala, wanita paruh baya itu sudah seperti ibu bagi ketiga majikan yang ia asuh sejak kecil.
"Lihaaat, nona Shanna menelpon. Hallo nona? iya ini nona Shannon tidak ma- " Suara bi Lala terputus saat handpone nya direbut paksa oleh nona kecil di mansion itu.
"Haaay kak. Apa kakak sudah dikantor?" kini Shannon yang berbicara.
"Iya sayang kakak sudah sampai." Bohong Shanna, pasalnya saat ini wanita itu berada di basemen perusahaan Abraham Group dan bukan di perusahaan tempatnya bekerja. Ia datang untuk menemui Daddy dari bayi yang ia kandung, setelah semalaman berfikir ia memutuskan untuk mengatakan kebenaran pada pria yang telah menghamilinya itu.
pria itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya yang telah membuahkan hasil didalam rahimnya.
"Baiklah ... hati-hati ya kakak. Aku mau lanjut berjemur dulu."
Tuut ... tuut ... tuut
Shanna tersenyum memandangi layar ponselnya.
"huuuuuuufff." Dengan langkah pasti, Shanna turun dari mobil. Ia berjalan menyusuri basemen hingga sampai di lobi perusahaan Abraham. Ia yakin pria itu belum ada karena waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi.
"selamat pagi nona, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya ingin menemui tuan Dave Abraham."
"Maaf, apa sudah memebuat janji nona?"
"Belum, katakan saja Maria Shanna dari Bonnati konstruksi ingin bertemu dengan beliau." Ucap Shanna lembut.
"Baik, silahkan tunggu disana nona, saya akan segera menemui anda nanti."
Shanna mengangguk, berlalu pergi ke arah sofa yang ditunjuk petugas resepsionis tadi.
tiga puluh menit berlalu ...
Namun, belum ada tanda tanda pria yang ia tunggu itu akan segera tiba.
Shanna meremat-remat ujung jarinya, entah mengapa sedari tadi ia merasakan panik dan khawatir, sebelum akhirnya resepsionis tadi datang menghampiri.
"Nona, tuan Dave sedang ada meeting di luar. Jika anda mau silahkan menunggu satu sampai dua jam lagi." Shanna diam sebentar lalu kemudian menjawab dengan anggukan.
"Saya akan menunggu nona," jawabnya.
keputusannya sudah bulat untuk bertemu dengan Dave. Ia tidak ingin menunda-nunda lagi karena ini bukanlah hal yang bisa ditunda.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas ...
artinya wanita itu sudah menunggu lebih dari dua jam. Perutnya mulai keroncongan, karena sejak pagi belum diisi apapun, ia merasa bersalah pada bayi-bayi nya. "maafkan Mommy sayang, tunggu sebentar lagi ya, Mommy berjanji kita akan makan yang banyak." Bisiknya sambil mengelus, seolah mengajak bicara pada janin diperutnya.
* * *
"apa agendaku selanjutnya?" Tanya Dave pada Mike, keduanya kini telah berada didalam mobil setelah selesai melakukan pertemuan dengan client.
"Pertama, kita kembali kekantor dulu karena agenda selanjutnya baru diadakan jam tiga sore." Mike menjawab.
"oh iya, dua jam lalu Virli mengabarkan ada perwakilan dari Bonnati ingin menemuimu. Sepertinya itu nona Shanna, apa kalian masih memiliki urusan?"
"Ck ... Bukan urusanmu."
"lalu, mau apa wanita itu menemuimu lagi?" Mike kembali bertanya.
"Tentu saja untuk uang, aku tau wanita itu pasti akan kembali untuk memintanya." Dave terkekeh mengejek.
* * *
iring-iringan Dave dan Mike memasuki lobi perusahaan menjadi pusat perhatian oleh para karyawan yang ada disana, terutama para karyawan wanita. Karena ini adalah waktunya makan siang membuat suasana lobi menjadi cukup ramai dilewati karyawan.
Dave sekilas melirik kearahShanna yang saat ini tengah bersandar pada sandaran sofa. "apa dia gila? kenapa dia tidur di tempat seperti ini, dasar ceroboh." batinnya kesal melihat Shanna yang sepertinya tidur disofa lobi perusahaan.
seperti biasa, asisten sekaligus sahabatnya itu langsung saja paham dengan gelagat sang boss, Ia berhenti tepat didepan resepsionis.
"suruh perwakilan Bonnati segera menemui Tuan Dave, sekarang." Ucapnya kemudian berlalu melangkah cepat mengikuti Dave yang hampir tiba di lift.
"Nona ... nona ... tuan Dave menunggu anda di ruangan beliau." Ucap wanita itu saat Shanna mulai mengerjabkan matanya.
"Astaga ... aku ketiduran." gerutunya.
"aku langsung keatas yaa, terimakasih nona." Shanna berdiri mulai melangkah kearah lift.
Ia terus mengatur nafasnya, dadanya kembang kempis begitu cepat, kepanikan mulai menguasai dirinya.
"sayang, kita berdoa bersama ya, semoga pria yang membuat kalian hadir di perut Mommy setidak nya bisa bersikap baik pada kalian." Ia terus mengelus perutnya yang terasa keram, mungkin karena panik.
Sementara didalam ruangan CEO ...
Dave berdiri menghadap pada kaca besar di belakng meja kerjanya, memandangi hamparan pemandangan gedung gedung pencakar langit ...
tangannya berada dikedua saku celana, hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan kemeja diangkat hingga sikut, pria itu sangat tampan, otot-otot nya terlihat jelas dibalik kemeja ketat yang ia kenakan.
Tok ... tok ... tok
"Permisi tuan, di depan ada nona Shanna dari Bonnati Konstruksi." Sekertaris pribadinya masuk memberitahu kedatangan Shanna, Dave hanya menjawab melalui isyarat tangan tanpa melihat kearah sekertarisnya itu.
"Silahkan masuk nona, tuan Dave sudah menunggu." Sekertaris itu mempersilahkan Shanna masuk.
Deg ... deg ... deg ....
Langkah Shanna sangat pelan, namun tidak dengan jantungnya. Bahkan ia merasa saat ini suara jantungnya terdengar hingga ke telinga pria dingin yang saat ini berada sekitar beberapa meter dari tempat ia berdiri.
Ia melihat pahatan sempurna punggung pria yang tidak lain adalah Daddy dari bayi yang dikandungnya.
"sudah kuduga kau akan kembali." Shanna tersentak oleh suara bariton Dave, ia mulai gemetar.
"Berapa yang kau inginkan. Cepat katakan, aku tidak punya waktu untuk hal yang tidak penting." Dave kembali bicara tanpa perasaan, membuat Shanna merasa harga dirinya seperti diinjak-injak.
Shanna mengeluarkan sebuah amplop kecil berwarna coklat dari dalam tasnya, ia bergerak melangkah maju hingga tepat di depan meja yang berlogo CEO DAVE ABRAHAM.
Ia menggigit bibirnya, perutnya terasa semakin keram, semakin panik hingga sulit membuka suara.
"sayang, bagaimana ini? mommy tidak bisa bicara." batin Shanna mengelus perutnya.
Dave yang sejak tadi berdiri membelakanginya, terus memantau gerak gerik wanita itu melalui dinding kaca dihadapannya.
"Cepat katakan berapa yang kau inginkan." Sentaknya membuat Shanna terlonjak kaget.
"Ak-ak-aku, ni-nikahi aku tuan." Shanna terbata.
Hahahahahahaha ...
Suara tawa Dave memenuhi ruangan kedap suara itu. Ia berbalik lalu berjalan mendekati Shanna, membuat wanita itu reflek berjalan mundur ingin menghindar, ingatannya kembali berputar saat pria di hadapannya ini melecehkannya dua bulan yang lalu..
*
*
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih