Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia Menelan Hatiku
Azzrafiq masuk ke dalam mobilnya, dia melihat charm bracelet milik 'Bella' yang tergantung di kaca spion, dia mengambilnya.
"Bella, baru inget lagi gue sama lo, aroma parfum dan gelang lo, kenapa bisa sama kayak yang Magika punya?" Tanya Azzrafiq heran.
Azzrafiq masih berharap bisa bertemu lagi dengan Bella, dia menyalakan mobilnya lalu menancapkan gasnya, hujan kembali turun, suara lantunan lagu Peterpan menemaninya sepanjang jalan.
Tetapi Hatiku
Selalu Meninggikanmu
Terlalu Meninggikanmu
Selalu Meninggikanmu
Lagu yang mengiringi perjalanannya sesuai dengan keadaan hatinya yang saat ini sedang galau, Azzrafiq menyukai semua lagu band Peterpan yang baru ini berganti nama menjadi Noah.
Setelah bertarung dengan kemacetan dan sedikit banjir di jalanan, akhirnya Azzrafiq sampai di depan kost Bianca, dia menelepon kekasihnya itu bahwa dirinya telah sampai.
Bianca sangat senang, dia segera keluar dari kamarnya dan berlari menghampiri Azzrafiq.
Azzrafiq membuka kaca mobilnya. "Aku parkir dimana?"
"Sebentar, aku bukain dulu gerbangnya ya." Kata Bianca seraya membuka pintu pagar yang berbahan kayu jati itu.
Azzrafiq memarkirkan mobilnya sambil melihat bangunan kost-an Bianca yang terlihat sangat nyaman.
Lalu dia turun sambil membawa tas ranselnya, tercium wangi aroma baby powder dari tubuhnya.
"Wangi bayi, kamu baru gendong bayi?" Tanya Bianca bingung.
"Enggak, aku pake parfum aroma baby powder."
Bianca terkekeh. "Sejak kapan kamu suka aroma childish gini?"
"Aku pake parfum temen tadi sebelum kesini, soalnya belum mandi."Dusta Azzrafiq.
"Tumben mikirin mandi mau ketemu aku, itu temen kamu unik juga ya."
"Harusnya kamu senang, bukannya itu sebuah kemajuan?"
Bianca tersenyum bahagia melihat Azzrafiq yang kembali seperti sedia kala.
"Iya sih, jadi makin sayang."
Bianca menggandeng tangan Azzrafiq menuju kamarnya. Bianca telah menyiapkan makanan untuk memyambut kekasihnya itu, banyak sekali makanan terhidang di atas lantai kamarnya.
Azzrafiq mencuci tangannya dulu sebelum mencicipi semua hidangan yang Bianca siapkan untuknya.
"Banyak banget makanannya, gak bisa aku habisin semuanya." Ucap Azzrafiq.
"Gak apa-apa nanti aku simpan lagi buat besok. Aku gak nyangka kamu bisa samperin aku kesini, aku kira kamu masih butuh waktu untuk jauh dari aku."
Azzrafiq terkekeh. "Udah lama juga kita gak ketemu, terakhir ketemu kan malah berantem."
"Pasti ada maunya nih." Kata Bianca menggoda Azzrafiq.
"Aku cuma kangen aja, jalan yuk ke mall atau apa gitu, udah lama kita gak quality time." Ajak Azzrafiq.
"Boleh deh, tunggu ya aku ganti baju dulu."
Azzrafiq dan Bianca jalan ke Mall sambil berpegangan tangan layaknya orang yang berpacaran, namun lagi-lagi Azzrafiq merasa hambar, berbeda saat mereka masih SMA perasaannya sangat berapi-api pada Bianca, kali ini raganya memang bersama kekasihnya tapi jiwa dan pikirannya melayang-layang.
Terlebih ketika memikirkan Magika yang kini telah bersama lelaki yang tepat, bukan lelaki yang telah memiliki kekasih seperti dirinya.
Bianca mengajak nya foto box, mau tak mau Azzrafiq mengikutinya dan berusaha tampak ceria di depan kamera, walaupun hatinya terasa hancur.
"Kamu kenapa sih By, kok dari tadi cemberut terus?" Tanya Bianca yang menyadari nya.
"Aku cuma mikirin UTS buat besok aja Bi." Jawab Azzrafiq berdusta.
Bianca mengusap lengan Azzrafiq."Makasih ya By udah nemuin aku, padahal kamu lagi UTS, aku gak apa-apa kok walaupun kamu gak temuin aku sekarang, aku masih bisa nunggu."
Azzrafiq tersenyum sambil membelai rambut Bianca."Ya gak apa apa juga Bi, pulang yuk."
"Ya udah, ayo kita pulang."
Sampainya di kost, Azzrafiq langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur sembari melihat recent updates di bbm.
Bianca mengganti pakaiannya di hadapan Azzrafiq, dan mencoba menggoda hasrat kekasihnya itu.
Azzrafiq melirikkan matanya melihat tubuh polos Bianca, dia memperhatikan kekasihnya itu, lalu mendekatinya dan membelai setiap inci lekukan tubuh Bianca.
"Sebentar By, aku cek masih ada kondom gak yah?" Sela Bianca seraya cek isi laci meja belajarnya dan menemukannya.
Bianca kembali mendekat pada Azzrafiq dan memeluknya erat, lalu menciumnya, sebagai pemanasan sebelum atraksi dimulai, perlahan Bianca membuka baju Azzrafiq.
Hembusan nafas mereka berdua semakin tak beraturan, saat tangan Azzrafiq merapatkan tengkuk Bianca untuk memperdalam ciumannya.
Azzrafiq menjatuhkan Bianca ke atas tempat tidurnya, namun sialnya bayangan wajah Magika menghantuinya, Azzrafiq seketika berhenti dan terdiam menatap Bianca.
"Kenapa By?" Tanya Bianca.
"Gak apa-apa." Jawab Azzrafiq tak bernafsu.
Bianca menarik leher Azzrafiq dan kembali menciuminya tak menghiraukan jawaban kekasihnya itu. Azzrafiq menutup mata berusaha keras menghilangkan bayangan Magika dari benaknya.
Dia ingin melepaskan semua pikirannya dengan bercinta bersama Bianca malam ini, siapa tahu rasa sakit hatinya sedikit hilang.
"Ahh.." Bianca tak dapat menahan desahannya ketika Azzrafiq mencium lehernya.
Dengan kasar Azzrafiq membuka baju Bianca dan melakukannya dengan cepat.
"Pelan-pelan By." Pinta Bianca.
Namun Azzrafiq tak memedulikannya, sampai akhirnya semua yang mengganjal pada dirinya terlepaskan.
Azzrafiq terengah-engah, lantas dia menjatuhkan tubuhnya di samping Bianca, dia menatap kosong langit-langit kamar Bianca yang berhias glow in the dark.
Bianca yang ada di sampingnya memeluk tubuh polosnya."Makasih By."
Azzrafiq melepaskan dekapan Bianca, dia beranjak dari tempat tidur, dan melangkah masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, dia memutar keran ke bagian air hangat, buliran air menghantam tubuhnya.
Bianca menyusulnya, dia membuka pintu kamar mandi, udara hangat menyeruak menerpa tubuhnya yang polos, pencahayaan kamar mandi tidak terlalu terang, namun semua masih tampak jelas.
Bianca melihat Azzrafiq tertunduk di bawah siraman air shower, wanita itu mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
Lagi-lagi Azzrafiq membayangi Magika yang memeluknya.
"Karena udah lama kita gak ngelakuin ini, rasanya aku puas banget." Kata Bianca.
Azzrafiq hanya terdiam, dia segera membilas tubuhnya.
Bercinta dengan Bianca tak membuat hatinya terobati, Azzrafiq malah merasa bersalah. Mengapa harus dengan cara seperti ini untuk mengalihkan rasa sakit hatinya? Bahkan sialnya sakit hatinya tak berkurang sama sekali, dan pikirannya tetap berkecamuk pada Magika.
................
Esoknya, Azzrafiq kembali ke Kampus, tadinya dia tak akan kuliah dan akan menghabiskan waktu bersama Bianca saja, untuk mengembalikan lagi perasaan yang telah hilang pada kekasihnya itu.
Namun, karena pekan UTS dia tak mungkin melewatkannya, lagi pula perasaan memang tak bisa dibohongi, sekuat apapun dia mencoba untuk menyalakan api cintanya, tetap saja padam.
Di Gedung perkuliahan, Azzrafiq berpapasan dengan Magika, namun dia mengabaikan gadis itu, dengan pura-pura tak melihatnya, dia ingin menjauh dari Magika, mungkin dengan seperti itu, perasaannya terhadap Magika perlahan akan menghilang.
Namun lagi-lagi dugaannya salah, hal itu malah membuat Azzrafiq semakin tersiksa. Mengapa semua yang dilakukannya selalu salah? Itu semua membuatnya merasa sesak di dalam dada.
Magika memperhatikan Azzrafiq yang melewatinya begitu saja, apa yang terjadi pada lelaki itu? Tak ingin berprasangka buruk padanya, Magika coba mengerti, mungkin Azzrafiq sedang tak ingin diganggu, hingga mengabaikannya seperti ini.
"Bukannya tadi Azzrafiq ya? Biasanya kalo kalian ketemu suka adu jotos." Celetuk Vanilla.
"Tos tangan kali Nill, masa iya adu jotos, babak belur dong gue." Sahut Magika sembari memperhatikan Azzrafiq yang sudah jauh.
Vanilla tersenyum usil. "Kalian marahan ya? Pasti karena kamu udah sama Kak Randy, terus Azzrafiq ngambek dan menjauh deh dari kamu."
"Apaan sih lebay, jauh banget prasangkanya hahaha." Tukas Magika sambil tertawa.
Menurut Magika prasangka Vanilla terdengar sangat konyol, lagi pula kenapa Azzrafiq harus marah padanya? Hubungan mereka hanya sebatas teman, terlebih lelaki itu juga sudah memiliki kekasih.
"Lagian semua orang bisa lihat Gee, kalo Azzrafiq itu suka sama kamu, masa iya kamu gak ngerasa, aneh banget." Ujar Zea.
"Kok bisa pada mikir gitu sih? Biasa aja ah." Tanya Magika heran.
"Kalo biasa aja, gak mungkin Azzrafiq sebaik dan seperhatian itu sama kamu, mana ada cowok yang gak ada maksudnya kalo dia bersikap kayak gitu, pikir aja pake logika, dan kamu juga gak mungkinlah ngerasa biasa aja, pasti suka juga kan sama Azzrafiq?" Timpal Vanilla.
Magika bergeming, awalnya dirinya memang ada percikan rasa pada Azzrafiq, namun ketika teringat lelaki itu telah memiliki kekasih, perasaannya seketika hilang begitu saja dan tak ingin berharap apa-apa lagi karena takut menyakiti hatinya lagi.
Karena itu Magika terus menyangkal, bahwa sikap Azzrafiq padanya hanya perhatian sebatas teman, seperti halnya dia dan kedua temannya, Vanilla dan Zea.
Lagi pula saat ini Magika sudah merasa nyaman dengan Randy, dan telah melupakan perasaannya pada Azzrafiq.
"Awalnya sih iya, tapi sekarang biasa aja, lebih baik sama Kak Randy yang jelas-jelas dia belum punya cewek." Jawab Magika tak ingin ambil pusing.
Vanilla terkekeh. "Kamu yakin Kak Randy gak punya cewek?"
"Kak Randy juga baru putus dari ceweknya, lebih baik kamu hati-hati juga sama dia Gee." Sahut Zea memperingati Magika.
"Iya bener, yang ditakuti kamu malah jadi pelariannya aja." Timpal Vanilla.
Untuk saat ini, Magika tak ingin berprasangka apapun pada kakak tingkatnya itu, menurutnya sikap baik dan perhatian yang Randy berikan padanya, sudah cukup meyakinkannya.