Erlan Trijaya adalah seorang perawat dan suami dari Yasmin Suryoprojo. Pernikahan mereka tidak direstui karena Erlan hanyalah seorang pria miskin. Tapi, cinta Yasmin yang besar kepada Erlan membuat wanita itu tetap mempertahankan Erlan disisinya.
Erlan selalu dihina oleh Sonya Ningrum, ibu dari Yasmin karena statusnya yang hanya sebagai pegawai rendahan. Bahkan Sonya berusaha memisahkan Yasmin dan Erlan.
Hinaan dan fitnahan terus Erlan terima dari keluarga sang istri. Namun, suatu ketika karena sebuah peristiwa membuat Erlan memiliki ingatan dokter genius. Dan, setelah itu, semuanya berubah. Erlan dari seorang perawat menjadi dokter yang dikenal dan disegani.
" Aku akan membalas sakit hatiku, bukan hanya itu. Siapa yang merendahkan aku dan istriku, kalian akan menerima akibatnya."
Bagaimana kisah Erlan?
Author baru pertama kali membuat genre Fiksi Pria, jika ada saran dan kritik silakan komen dengan sopan 🙏
Yook diikuti. Jangan lupa Like, komen, dan subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantu Terhina 25
Dengan langkah tegap dan pasti Erlan malam itu langsung mendatangi orang yang mencarinya. Rupanya, anak-anak pasien yang ia operasi siang tadi mencari Erlan. Dia dianggap telah lancang mengoperasi tanpa izin dari pihak keluarga.
Tadi sebelum Erlan datang, ketiga orang tersebut sempat membuat sedikit keributan. Mereka bahkan mau membawa pulang paksa ayah mereka dari ruang ICU.
" Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"
Ketiga orang itu langsung menoleh ke arah Erlan. Tatapan mata tajam dna mengintimidasi dilayangkan kepada Erlan tapi jelas, Erlan sama sekali tidak merasakan hal tersebut.
" Ooh, jadi ini yang mengoperasi bapak kami tadi. Lancang sekali kamu, bagaimana kamu bisa melakukan tindakan operasi tanpa persetujuan wali?" ucap Si Anak Pertama dengan gaya bicara meremehkan. Bahkan ia sambil berkacak pinggang.
" Heh, kamu kan dokter. Seharusnya kamu tahu dong bagaimana prosedurnya. Kalau terjadi apa-apa kepada bapak kami gimana haah? Kamu akan kami tuntun? Rumah sakit ini akan kamo tuntun." Kini giliran anak kedua yang berbicara.
Erlan masih bergeming, ia sama sekali belum menjawab setiap ucapan orang-orang di depannya itu. Cacian, makian, dan banyak kata-kata buruk dilontarkan mereka kepada Erlan, tapi Erlan hanya diam.
Sedangkan dokter dan perawat yang lainnya di sana rasanya sudah tidak sabar ingin menyumpal mulut 3 orang itu. Bahkan Willy pun sudah hampir melayangkan bogem nya, tapi oleh Erlan ditahan.
" Heh, kamu budeg atau bisu! Kenapa tidak menjawab hah!"
" Ooh sudah ya yang ngoceh. Dok, bawa sini ponsel milik Tuan Siswantoro."
Erlan, memanggil salah seorang dokter yang tadi siang mencoba terus menghubungi keluarga korban tapi tak kunjung di jawab. Bahkan sama, tadi sore masih berusaha dihubungi tapi tetap tidak mendapat respon.
Bluk
Erlan melempar ponsel itu ke arah salah satu anak Siswantoro--pasien yang ia oeprasi tadi siang. Ketiga anak Siswantoro saling pandangan. Mereka jelas tidak mengerti dnegan maksud Erlan. Baru salah satu dari mereka akan membuka mulut, Erlan mengangkat tangannya dan menatap ketiganya dnegan tatapan tajam yang mendominasi.
" Lihat lah riwayat panggilan dan pesan dari pihak kami. Berapa kali kami memanggil dan berapa kali kami mengirim pesan, tapi oleh kalian yang menganggap diri kalian adalah anak-anak berbakti sama sekali tidak kalian respon. Dan ya benar, saya seorang dokter, dan saya jelas tahi prosedurnya, pasien bagi kami adalah prioritas utama. Dan jika kami menunggu kalian menjawab atau memberi izin mengenai operasi terhadap bapak kalian, yakinlah hari ini bapak kalian hanya akan pulang dengan nama?"
Double kill
Ketiga orang itu diam tanpa bisa berkata apapun. Sambil membuka riwayat panggilan di ponsel masing-masing dan juga pesan yang masuk, mereka hanya bisa menelan saliva mereka dengan susah payah.
" Nah, saya sekarang balik tanya? Dimana sikap profesionalisme kalian sebagai anak? Bahkan panggilan dari orang yang membuat kalian ada di dunia ini pun kalian acuhkan? Aah percuma ngomong panjang. Sekian dan terimakasih bapak-bapak yang terhormat. Will, tampaknya mereka orang kaya. Berikan tagihannya kepada mereka dan minta untuk mereka melunasinya.
Erlan membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh dari tiga orang tersebut yang masih berdiri terpaku. Ia memilih untuk masuk ke ruang ICU dan visit ke para pasien yang tadi dia oeprasi.
" Terimakasih dok, sudah memberikan pelajaran bagi mereka."
" Aah Pak Sis berlebihan. Saya hanya berbicara fakta saja kok."
" Maafkan mereka ya dok. Dan terimakasih sudah menyelamatkan saya."
Siswantoro berbicara terbata saat Erlan visit ke ruangannya. Ia sangat bersyukur sekaligus malu. Bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup dan malu atas kelakuan anak-anak nya yang membuat seisi ER menjadi ricuh.
" Tidak perlu berterima kasih pak, saya hanya melaksanakan tugas saya. Dan semua itu adalah atas kehendak Tuhan. Mungkin Tuhan masih menginginkan Pak Sis berkarya."
Siswantoro jelas terkejut mendengar ucapan Erlan, tapi detik selanjutnya pria paruh baya itu tersenyum. Selama ini tidak ada yang tahu siapa dia, ya, dia adalah seorang budayawan sekaligus seniman. Lukisannya bahkan sering dipamerkan.
" Jika aku sudah keluar dari sini, akan ku buatkan sebuah lukisan untuk dokter."
" Sebuah kehormatan buat saya bisa mendapatkan lukisan dari Anda Pak Siswantoro."
Sebenarnya Erlan juga tidak langsung tahu tadi siang. Ia baru tahu setelah operasi dilakukan. Saat kembali memeriksanya di ruang ICU, Erlan melihat wajah Siswantoro dengan seksama. Ia merasa begitu familiar. Untuk memastikan dugaannya, Erlan membuka ponselnya dan mencari wajah dari orang yang ia operasi.
" Haaah, siapa sangka. Seorang seniman lukis terkenal ini memiliki anak-anak yang tidak mempedulikannya di usia tuanya."
Erlan melenggang keluar dari ER dan kembali pulang ke rumah. Ia tidak ingin Yasmin terbangun dan kebingungan mencari dirinya nanti.
TBC
memangnya itu punya nenek moyangmu 😡😡😡😡