Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.
Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Argha dan sekretarisnya, menginjakkan kakinya kembali di bumi Pertiwi, tempat mereka tumbuh besar, hingga menjadi sosok yang seperti sekarang. Pesawat kenegaraan, membawa mereka dari bandara Internasional Schiphol Amsterdam kembali ke tanah air dengan selamat. Dan Argha, mengucapkan terima kasih pada mereka yang bertugas di pesawat, karena sudah melayani dan menjalankan tugas dengan baik.
Laki- laki itu luar biasa rendah hati. Ia tidak pernah merasa dirinya istimewa. Hingga berakhir dengan kesombongan. Karena itulah, Argha banyak mendapatkan cinta dari berbagai kalangan.
Kaki panjang Argha melangkah lurus dengan tas kecil yang tersampir di bahu. Sementara koper- koper besarnya yang berisi dokumen- dokumen dan barang penting lainnya, sudah lebih dulu di kirim. Kira- kira sudah 1 minggu yang lalu. Seharusnya koper- koper itu, sudah berada di kediaman Baskara.
Dan yang tersisa hanyalah, satu koper sedang yang mungkin saat ini sedang diperiksa di bagasi. Hanya berisi barang- barang pribadi miliknya. Argha tidak mempermasalahkan pengecekan tersebut. Karena memang Prosedur operasional standar, yang berlaku di Bandara Soekarno Hatta.
Dibelakang Argha, Boni berjalan seperti yang biasa Dominan itu lakukan. Memastikan perjalanan tuannya tidak menemui hambatan dan lancar sampai ke rumah.
"Pak Argha mau langsung ke rumah, atau mau mampir ke suatu tempat dulu?" tanya Boni dengan santai pada atasannya.
Diantara semua atasan, Argha adalah atasan yang paling Boni sukai. Karena, Argha begitu menghargai siapapun yang bekerja dengannya. Baik dengan yang lebih tua, ataupun yang lebih muda. Bahkan pada dirinya pun Argha meminta dengan tegas, untuk tidak bersikap formal di luar acara kenegaraan.
Boni diminta memperlakukan Argha selayaknya seorang kakak dan bebas bicara akrab dengannya. Bagi Argha, orang- orang yang membantunya selama di Belanda, sudah di anggap keluarga. Sehingga tidak perlu kaku dalam memperlakukannya. Jika orang itu lebih tua, maka anggaplah Argha adiknya. Jika orang itu lebih kecil darinya, maka akan Argha anggap sebagai adik.
Meski demikian, Boni dan semua orang yang bekerja dengan Argha, tentu tahu posisi masing- masing. Mereka akan tetap menjunjung tinggi adat sopan santun ketimuran. Dan untuk Boni sendiri, tentu ia tidak akan bicara kasar pada yang lebih tua.
"Pulang dulu Bon. Harus bertemu ibu Dewina dulu."
Suara serak- serak basah idaman seluruh umat terdengar. Suara yang mampu memberikan ketenangan pada setiap anggota keluarga inti Baskara, meskipun sedang dalam situasi tegang. Suara yang selalu tenang dam elegan.
Boni pun meminta sang driver untuk mengikuti permintaan atasannya, sembari memastikan jadwal tuannya yang akan dimulai kembali minggu depan. Khusus untuk 1 minggu ini, Argha memang meminta waktu luang, untuk melepas rindu dengan keluarga besarnya, karena sudah 2 tahun tidak bertatap wajah.
Tak lama kemudian, mobil yang di tumpangi Argha dan Boni, sampai di rumah mewah milik keluarga Baskara. Rumah berdesain Tradisional Moderen, yang diwariskan sang buyut pada kakeknya
"Milan, anak mama sudah datang. Rindunya mama, sama anak mama ini."
"Argha, mama," sanggah si anak yang enggan di panggil Milan. Ia merasa ribet memiliki 2 nama panggilan. Meskipun Milan adalah nama depan, nama kesayangan yang sering di panggil keluarga besar Baskara padanya. Namun, sejak berkecimpung di dunia politik, ia lebih dikenal dengan nama tengahnya, Argha.
Ibu Dewina akhirnya bisa memeluk putra pertamanya yang sudah melalang buana selama 2 tahun. Namun yang dirindukan, malah menggoda sang ibu. Dengan mengatakan dirinya tak merindukan wanita yang melahirkannya ini sama sekali.
Beberapa saat kemudian, derap langkah kaki dari arah tangga yang semula pelan, berubah menjadi cepat, kala mata cantik seorang wanita, menangkap bayangan sosok kakak laki- lakinya yang amat ia rindukan, sudah datang.
Seperti tidak memberi waktu lebih lama, untuk sang ibu memeluk kakaknya, Melani pun langsung meloncat kearah sang kakak dan mengalungkan kedua kakinya ke pinggang Argha. Melani sudah seperi bayi Koala, yang bergantungan pada induknya.
"Missed you, best bro."
Ya! Adik perempuan Argha ini, tidaklah berubah. Masih senang bergelayut seperti bayi Koala pada Argha. Resiko punya adik perempuan satu- satunya, ya begini. Apalagi jarak umur yang cukup jauh. Membuat Melani sangat suka bermanja dengan kakaknya ini.
Setelah beberapa saat, Argha menurunkan adik tersayangnya itu, yang pernah ia rawat semasa kanak- kanak dari gendongannya.
"Kakak juga rindu kamu, Mel. Gimana kerjaannya?"
Mendengar pertanyaan Argha, Melani langsung merenggut. Tanda ia tidak suka ditanya soal pekerjaan. Pekerjaan yang sangat tidak ia dambakan ini. Atau katakanlah, ia tidak begitu menyukai pekerjaannya saat ini.
Menjadi dokter hewan, merupakan impian Melani sejak kecil. Namun, keberadaannya di tengah keluarga Politisi, membuat Melani harus melepas impiannya. Dan mengikuti jejak para pendahulunya.
Namun, Melani menolak bergabung di dunia politik. Lalu menerima masukkan ayahnya, untuk menjadi seorang Jaksa. Tak pernah Melani bayangkan sebelumnya, Menjadi Jaksa ternyata seberat ini. Dirinya selalu terjebak didalam ruangan, untuk menyusun berkas perkara, apabila ada jadwal sidang. Sungguh melelahkan, namun itulah aktivitas wajibnya sebagai seorang Jaksa Penuntut Umum.
"Never fun. I hate it there," jawab Melani, yang masih belum ikhlas menjalani pekerjaan itu, meski hampir 3 tahun ia jalani.
"Cobalah bekerja dengan Ikhlas. Maka pekerjaan akan terasa lebih ringan. Sebagai obat lelah, kamu bisa pinjam Boni untuk 1 minggu ke depan."
Ucapan dari Argha langsung membuat Mood Melani naik drastis. Akhirnya ia bisa mendapatkan kesempatan untuk bermesraan kembali, dengan sosok kekasihnya, yang sudah lama dibawa kabur ke Belanda oleh kakak tersayangnya.
"Not enough. 1 Bulan. Enak saja. Sudah membawa kekasihku kabur bertahun- tahun kakak hanya memberi waktu 1 minggu. Mana cukup."
"Boleh saja. Tapi setelah itu, Boni akan jadi pengangguran."
Argha tidak mau ber nego lebih lanjut. Harus kehilangan Boni yang cekatan dalam membantu tugasnya, tentu saja Big No. Boni harus berada di sisinya, setelah masa cutinya selesai. Harus menemaninya berkampanye. Bahkan jika bisa, tetap menjadi orang kepercayaannya, jika seandainya nanti benar terpilih menjadi orang no 1 di Indonesia. Argha tidak bisa bekerja sendiri, atau bekerja dengan orang baru, jika Boni di pinjam selama itu.
"So fucking meanie, Milano."
Perkataan kasar itu, membuat Arghani Baskara yang terkenal kalem, adem, tenang, seketika menampilkan kilatan tajam pada iris, hingga sorotan matanya.
"Language."
"Rigid as fuck! Gotta find a spouse bro. It'il make you more human," jawab Melani segera.
Melihat perubahan ekpresi di wajah sang kakak, membuat Melani segera melarikan diri. Jika tidak, ia akan mendapatkan kuliah gratis 6 SKS mengenai sopan santun dan attitude saat bicara dengan yang lebih tua.
Sebetulnya, apa yang di katakan Melani ada benarnya. Argha harus memiliki pasangan sesegera mungkin. Agar apa yang dirasakan sang adik, bisa ia rasakan juga. Menahan rindu itu, tidak enak. Bikin uring- uringan. Atau bahkan membuat yang rindu, jadi sakit. Benar juga apa yang dikatakan Dilan. Rindu itu berat.
dr kmren bolak balik nunggu up.
hah.. bru skrang
brasa cepat banget deh bacanyA..
srasa cepat banget bacanya, hehe.
cuma bgi aku up nya jngan lama² kaka, hehhehe
up lgi thor.
r
dr kmren nunggu nya
aku suka sma alur novelnya.
seru ceritqnya, tau tau udh habis baca.