Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Kau Tau
Selama perjalanan menuju Panggea, Elara mulai bercerita tentang dunia Zefia dan kekuatan-kekuatan yang ada di dalamnya.
“Elara, bisa kau ceritakan lebih banyak tentang dunia ini? Aku merasa masih banyak yang harus kupahami,” tanya Arez, matanya tertuju ke depan namun pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan.
“Tentu saja,” jawab Elara, suaranya lembut namun penuh semangat. “Di Zefia, segalanya terhubung dengan elemen-elemen dasar yang membentuk dunia ini. Ada delapan elemen yang dikenal: api, air, angin, petir, es, tanah, cahaya, dan kegelapan. Setiap elemen memiliki karakteristik dan kekuatan uniknya sendiri.”
“Elara, elemen-elemen itu… apakah setiap orang memiliki salah satu di antaranya?” Arez bertanya, mencoba memahami.
“Sebagian besar orang memiliki keterhubungan dengan salah satu elemen,” jelas Elara. “Namun, tidak semua orang bisa mengendalikan elemen mereka dengan baik. Mereka yang bisa, biasanya menjadi petarung atau penyihir yang kuat. Misalnya, aku memiliki keterhubungan dengan elemen Api, yang membuatku lebih Kuat dan cepat. aku memilih busur sebagai senjataku, karena elemen Api memperkuat setiap panah yang kulepaskan dan menimbulkan efek Ledak.”
Arez mengangguk, mulai memahami bagaimana dunia ini bekerja. Namun, sesuatu yang Elara katakan menarik perhatiannya. “Tapi kau menyebutkan ada delapan elemen. Apa yang lebih kuat diantara elemen itu?”
Elara tersenyum kecil sebelum menjawab, “Benar, Arez. Elemen cahaya dan kegelapan sangat langka dan kuat, hampir tak ada orang yang memilikinya. Kekuatan mereka luar biasa, dan hanya sedikit yang bisa mengendalikannya. Legenda mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki salah satu dari dua elemen ini ditakdirkan untuk melakukan hal-hal besar—baik membawa kedamaian, atau menyebarkan kehancuran.”
Arez merenungkan kata-kata Elara. Ia tidak tahu mengapa, tapi perasaan aneh muncul di dalam dirinya setiap kali mendengar tentang elemen cahaya dan kegelapan.
“Elara, para petarung di sini… senjata apa yang mereka gunakan?” tanya Arez, ingin tahu lebih banyak.
“Kebanyakan petarung menggunakan senjata yang diberkahi dengan kekuatan elemen mereka,” jawab Elara. “Ada pedang yang bisa menyala dengan api, busur yang dapat menembakkan panah angin, bahkan tinju yang diperkuat oleh petir. Para penyihir yang misterius, Selain itu, ada juga sihir yang digunakan oleh samurai kuno yang menggabungkan seni bertarung dengan elemen-elemen ini. Kekuatan mereka sangat besar, dan mereka adalah orang terpilih di Zefia.”
Selama perjalanan mereka, Elara tampak semakin penasaran dengan Arez. Ia kemudian bertanya, “Arez, kau sendiri memiliki elemen apa?”
Arez terdiam sejenak, merasa sedikit bingung dengan pertanyaan itu. Ia belum pernah berpikir tentang hal itu sejak kebangkitannya. “Aku... aku tidak tahu,” jawab Arez dengan jujur.
Elara terkejut, alisnya terangkat tinggi. “Kau tidak tahu elemenmu? Bagaimana mungkin?” tanyanya, nada suaranya mencerminkan kebingungannya. Di Zefia, mengetahui elemen seseorang adalah hal mendasar, terutama bagi seorang petarung.
Arez hanya menunduk, merasa sedikit tak nyaman dengan ketidaktahuannya. “Aku benar-benar tidak tahu,” katanya pelan, masih berusaha memahami siapa dirinya sebenarnya.
Melihat kebingungan Arez, Elara berusaha memberikan saran. “Jika kau tidak tahu elemenmu, mungkin kita bisa mengeceknya di kota. Ada alat khusus yang bisa digunakan untuk mendeteksi kekuatan magis dan elemen dalam diri seseorang.”
Arez menatap Elara dengan penuh harap. “Ada alat seperti itu? Bagaimana cara kerjanya?”
Elara tersenyum kecil, senang melihat antusiasme Arez. “Ya, ada. Di kota Panggea, kita bisa menemukan tempat-tempat yang dilengkapi dengan alat pengecekan ini. Semua pengecekan kekuatan magis berada di bawah naungan Pasukan Eirene, pasukan resmi kerajaan yang menjaga keamanan dan kestabilan di Zefia. Mereka juga yang mengatur segala hal terkait elemen dan kekuatan magis.”
Arez mengangguk, merasa lega bahwa ia mungkin bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaannya di Panggea. “Baiklah, kalau begitu kita akan menuju ke sana dan mengecek kekuatan apa yang ada dalam diriku,” katanya dengan tekad baru.
Elara mengangguk setuju. “Ya, itu akan menjadi langkah pertama yang baik. Dengan mengetahui elemenmu, kau akan lebih memahami kekuatan yang ada di dalam dirimu, dan itu akan membantumu".
Dengan harapan yang diperbarui, mereka melanjutkan perjalanan menuju Panggea. Arez tidak sabar untuk mengetahui lebih banyak tentang dirinya sendiri dan apa yang telah menantinya di dunia ini.
Saat mereka melanjutkan perjalanan menuju Panggea, Elara tiba-tiba mengingat sesuatu dan menoleh ke Arez. "Oh, Arez, ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui. Pengecekan elemen dan kekuatan magis membutuhkan biaya sebesar 50 ribu Novac," katanya dengan nada serius. "Apakah kau punya uang sebanyak itu?"
Arez terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan jujur, "Tidak, aku tidak punya."
Elara menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Bagaimana bisa? Ya ampun, kau ini…" katanya, sedikit kesal namun juga bingung.
Arez, yang masih bingung dengan dunia baru ini, kemudian bertanya, "Novac itu apa?"
Elara terdiam sejenak, kemudian menjelaskan, "Novac adalah alat tukar, semacam mata uang di planet Zefia ini. Kita menggunakannya untuk jual beli atau membayar jasa. Jumlah terkecil yang umum digunakan adalah 1.000 Novac, dan dari sana jumlahnya meningkat. Jadi, 50 ribu Novac itu setara dengan 50 unit Novac seribu."
Arez hanya bisa mengangguk, berusaha memahami konsep yang baru ini. "Oh begitu… tapi aku tak punya itu," katanya dengan nada sedih.
Elara, yang mulai merasa kasihan pada Arez, kemudian tersenyum lembut. "Baiklah, karena kau telah menyelamatkanku tadi, aku akan membayar biaya
pengecekan kekuatanmu nanti," katanya.
Mendengar hal itu, Arez merasa sangat terharu dan bahagia. "Terima kasih, Elara. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu," katanya, penuh rasa syukur.
Elara hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Arez. Kita semua harus saling membantu di dunia ini, terutama saat menghadapi masa-masa sulit seperti sekarang."
Arez mengangguk, merasa lebih bersemangat dan bersyukur karena telah menemukan seorang teman yang baik di dunia yang asing ini. Bersama Elara, ia merasa memiliki sekutu yang dapat diandalkan dalam perjalanan untuk menemukan jati dirinya dan melindungi dunia Zefia dari ancaman yang ada.
Setelah beberapa waktu berjalan, melalui jalan setapak di dalam hutan yang semakin terang dan terbuka, Arez dan Elara akhirnya mulai melihat tanda-tanda kehidupan di kejauhan. Pepohonan yang lebat mulai jarang, dan di antara celah-celah dedaunan, mereka bisa melihat bayangan bangunan yang berdiri kokoh di kejauhan.
Elara menunjuk ke depan dengan penuh antusias. “Lihat, itu Panggea! Kota tempatku tinggal,” katanya dengan senyum lega.
terlihatlah kota Panggea yang megah dengan sebuah istana besar menjulang di tengahnya. Kota ini dikelilingi oleh tembok benteng yang kuat, melindungi bangunan-bangunan kuno yang indah dengan arsitektur yang memukau. Panggea tampak seperti oasis yang kokoh di tengah dunia yang penuh kekacauan.
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/