kisah 4 sahabat yang terpaksa pindah ke pondok pesantren yang ada di jogja, karena selalu membuat onar di sekolah sebelumnya.
siapa sangka justru keempat sahabat tersebut ternyata sudah di jodohkan oleh orang tua mereka dengan Gus kembar anak pemilik pondok pesantren tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pitpipit25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menyusul Fitri
Sudah lebih dari sepuluh kali bunda Fara menelpon Azkha, tapi telepon dari bunda Fara sama sekali tidak di angkat oleh Azkha dan itu membuat Fitri kecewa.
"Sabar ya sayang, mungkin Azkha lagi keluar" ucap bunda Fara mencoba menenangkan putrinya.
"Iya bunda" jawabnya sambil tersenyum manis padahal di dalam hatinya ia kecewa.
"Bunda keluar dulu ya sayang" ucapnya dan jawab anggukan kepala oleh Fitri.
Sedangkan tiga orang mengintip pembicaraan mereka langsung pergi dari kamar Fitri karena takut ketahuan oleh bunda Fara yang ingin keluar dari kamar.
Setelah melihat pintu kembali tertutup, Fitri langsung membaringkan kembali tubuhnya di atas kasur.
"Apa mas Azkha senang ya aku pergi, apa mas Azkha nggak kangen sama aku" batin Fitri.
"Fitri kangen sama kamu mas, tapi sepertinya mas Azkha nggak kangen sama aku"
"Huffftt, semoga kamu baik-baik saja mas" gumamnya.
***
Sedangkan Azkha baru selesai dari kamar mandi dan tentu ia tidak mendengar dering ponselnya berbunyi karena ponselnya dalam mode senyap.
"Apa aku ke Jakarta aja ya" ucapnya sambil mendudukkan dirinya di sofa.
"Mas kangen banget sama kamu sayang" ucap Azkha.
"Oke aku ke Jakarta aja besok" ucap Azkha mengambil keputusan.
Saat membuka ponselnya alangkah terkejutnya karena ada sepuluh panggilan dari bunda mertuanya.
"Bunda menelpon, Fitri nggak kenapa-napa kan" ucapnya khawatir.
"Aku nggak bisa nunggu sampai besok, aku harus ke Jakarta sekarang" ucapnya sambil bergegas membereskan pakaian yang akan ia bawa ke Jakarta.
Setelah pakaiannya sudah beres Azkha pun keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga dimana semua keluarganya sedang berkumpul di sana.
"Abah, ummi" panggilnya.
Sontak semua orang menoleh ke Azkha apalagi sejak kepergian Fitri Azkha sama sekali tidak pernah menampakkan batang hidungnya bahkan di hadapan sang ummi.
"Kamu mau kemana Azkha?" tanya ummi ceca saat melihat Azkha sedang menarik sebuah koper dan pakaiannya yang rapi.
"Azkha mau ke Jakarta ummi" jawabnya.
Sontak semuanya terkejut dengan perkataan Azkha apalagi ini sudah malam hari dan tentu membuat semua orang khawatir.
"Ini sudah malam ka" ucap Aldi.
"Besok aja ke Jakartanya" timpal Ardi.
"Bahaya ka ini sudah malam" ucap arham.
"Besok aja ya nak, liat mukamu juga pucat gitu" bujuk ummi ceca apalagi wajah Azkha sangat pucat yang menandakan jika ia sedang tidak baik-baik saja.
Ya, dua hari setelah kepergian sang istri membuat Azkha sakit, tapi ia hanya cuek dengan kesehatannya karena yang ia pikirkan hanya istrinya.
"Benar kata ummi sama saudaramu ka, ini sudah malam" timpal Abah Hasan.
"Please izinin Azkha ke Jakarta malam ini, Azkha kangen sama Fitri" ucapnya lirih di akhir kalimatnya.
Melihat keadaan Azkha membuat semua keluarganya tidak tegan dan pada akhirnya merekapun mengizinkan Azkha berangkat ke Jakarta seorang diri, sebenarnya para saudaranya ingin menemaninya tetapi Azkha menolak dengan tegas usulan saudaranya.
Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tua dan saudara kembarnya, Azkha pun keluar dari ndalem dengan perasaan senang.
"Bah kok perasaan ummi nggak enak ya" ucap ummi ceca saat sudah tidak melihat tampak anak sulungnya.
"Itu cuma perasaan ummi aja, jadi jangan mikir yang aneh-aneh ya" ucap Abah Hasan menenangkan istrinya padahal di dalam hatinya ia juga merasakan perasaan yang sama seperti sang istri.
Bahkan ketiga saudara kembar Azkha juga merasakan apa yang dirasakan kedua orang tua mereka.
"Semoga kamu baik-baik saja ka" batin ketiga saudara kembar Azkha.
"Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah nak" batin kedua orang tua Azkha.
***
Fitri yang sedang tertidur nyenyak tiba-tiba bermimpi buruk, sontak membuatnya terbangun sambil berteriak.
"MAS AZKHA" teriaknya dengan wajah pucat.
Keluarganya yang mendengar teriakan Fitri langsung berlari ke kamar fitri, mereka sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan Fitri.
Brakk!
Pintu di buka kasar oleh Faris karena memang selama ini Fitri tidak pernah mengunci kamarnya dan itu semua atas perkataan sang ayah.
"Sayang kamu kenapa?" tanya bunda Fara langsung memeluk tubuh putrinya.
"Bunda" lirihnya.
"Kenapa, hmm?" tanya ayah Fahmi lembut sambil mendudukkan dirinya di dekat sang putri sedangkan yang lainnya hanya melihatnya saja tetapi mereka juga sangat khawatir.
"Adek tadi mimpi buruk ayah" jawabnya lemah.
"Adek ala?" tanya ayah Fahmi masih dengan nada lembutnya.
"Adek mimpi kalau mas Azkha kecelakaan karena ingin menyusul Fitri ke Jakarta ayah" jawabnya dengan air mata yang mulai menetes di kedua pipi mulusnya.
Sedangkan yang lainnya sangat terkejut mendengar perkataan Fitri jika ia sedang bermimpi jika Azkha sedang mengalami kecelakaan.
"Itu cuma mimpi tidur dek" ucap Faris menenangkan sang adik.
"Jangan mikir aneh-aneh ya, ingat adek harus kuat demi dedek bayi yang ada di dalam perut adek" ucap faiz yang juga berusaha menenangkan adiknya.
"Adek berdoa aja ya, semoga Azkha baik-baik saja" ucap Fauzan.
Fitri hanya menganggukkan kepalanya tetapi di dalam hatinya ia masih belum tenang sama sekali.
"Adek tidur sama ayah bunda aja ya" ucap ayah Fahmi dan Fitri hanya menjawabnya dengan anggukan kepalanya.
Fitri pun langsung membaringkan tubuhnya diikuti oleh bunda Fara sambil mengelus lembut kepala putrinya agar tertidur kembali.
Setelah melihat Fitri tertidur kembali, mereka semua pun langsung keluar menuju ruang keluarga bahkan bunda Fara ikut serta setelah menyelimuti tubuh putri kesayangannya.
Kini mereka semua sudah berkumpul kembali di ruang keluarga bahkan kedua menantu keluarga Alexander ikut serta.
"Yah apa kami salah jika ingin membuat Azkha kapok dengan mengambil Fitri kembali ke Jakarta" ucap Fariz.
"Entahlah ayah juga nggak tau, kalian lihat kan sejak kita membawa Fitri pulang ia sama sekali tidak pernah tersenyum" jawab ayah Fahmi lesu.
"Sebaiknya kalian telpon Azkha dan suruh ia ke Jakarta besok" ucap bunda Fara tegas karena tidak tega melihat putrinya yang selalu murung, ia sangat merindukan keceriaan putrinya bahkan ia merindukan kecerewetan Fitri.
"Baik bunda" jawab mereka bertiga kompak.
Baru saja Fauzan ingin menelepon Azkha, tetapi sudah ada yang menelepon dirinya dengan nomor baru.
"Halo, assalamualaikum" salamnya.
"...."
"APA!!" pekik Fauzan saat mendengar perkataan seseorang yang ada di sebrang sana.
***