Misi Kepenulisan Noveltoon
Rumput tetangga lebih hijau, itu sudah biasa. Bagaimana kalau tetangga sebelah lebih seksi? Uh ... la ... la ... siapa yang tak tergoda?
Rumah tangga Inggit Katharina dan Fandi Haran terlihat baik-baik saja di luar. Banyak foto-foto romantis mereka di halaman majalah bisnis. Siapa sangka semua itu hanya akting semata?
Inggit yang kesepian mulai tergoda tetangga sebelah rumahnya, Dalvin Haris, pengusaha muda yang seksi dan menggoda. Bagaimana kalau Dalvin juga menyukai Inggit? Apakah hasrat liar mereka akan bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman Kupu Kupu
Akhirnya dokter mengijinkan Inggit pulang ke rumah. Inggit sudah sehat namun sekarang dia jadi pendiam. Dokter sudah mengatakan pada Fandi kalau Inggit baik-baik saja tapi Fandi masih saja mencemaskan keadaan Inggit.
"Kamu mau makan apa? Kita mampir dulu sebelum pulang ke rumah ya?" bujuk Fandi.
Inggit yang sedang menatap pemandangan di luar jendela menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Tak usah, Mas."
"Git, kamu kenapa sih? Kamu masih marah padaku?" tanya Fandi.
"Tidak."
"Lantas kenapa kamu diam saja? Kalau ada yang sakit, lebih baik kamu bicara. Sakitnya apa? Nanti kita periksa ke dokter yang lebih bagus lagi."
"Aku tak apa, Mas. Aku mau melukis." Inggit merasa ia perlu meluapkan isi hatinya dalam bentuk lukisan.
Fandi menghembuskan nafas dalam. "Baiklah. Katakan saja pada aku apa yang kamu mau. Kalau bisa, aku akan mengabulkan permintaanmu."
Inggit kembali terdiam dan menatap pemandangan di luar jendela dengan tatapan kosong. Sesampainya di rumah, Dalvin yang sudah menunggu Inggit cepat-cepat keluar rumah begitu mendengar suara deru mobil Fandi.
"Git, kamu dari mana? Kenapa kening kamu?" tanya Dalvin dengan tatapan khawatir.
"Heh, itu bukan urusan kamu ya! Jangan kebanyakan mencampuri urusan rumah tangga orang!" Fandi cepat-cepat turun dari mobil agar Inggit tidak diganggu Dalvin.
"Heh, justru aku yang mau bertanya. Kamu apakan Inggit sampai keningnya luka seperti itu?" Dalvin kini seakan menantang Fandi.
"Mau aku apakan kek, itu urusan rumah tanggaku. Inggit itu istriku. Jangan berani-berani kamu mengganggunya!" ancam Fandi.
"Kalau kamu memang sudah menyakiti Inggit, jelas aku tak akan tinggal diam. Mau kamu suaminya kalau kamu melakukan KDRT tetap bisa diproses hukum, Bro!" Dalvin menunjuk dada Fandi dan berbicara dengan nada mengancam.
"Kalian bisa berhenti tidak? Kepalaku sakit!" kata Inggit melerai pertengkaran keduanya.
"Sakit apa, Git?" tanya Dalvin dan Fandi kompak.
"Heh, aku duluan yang bertanya," kata Dalvin.
"Enak saja. Aku duluan!" jawab Fandi tak mau mengalah.
"Sudahlah, kalian lanjutkan saja. Aku mau masuk ke dalam rumah. Mana kuncinya, Mas?" Inggit mengambil kunci rumah dari Fandi dan masuk ke dalam, meninggalkan Dalvin dan Fandi yang tak mau mengalah.
Bukannya beristirahat, Inggit malah pergi ke ruang melukis dan mulai melukis lukisan yang digambar oleh Papanya Angel. Dengan lancarnya Inggit melukis sampai melupakan keadaan sekitarnya.
Fandi yang semula membiarkan Inggit melukis terpaksa menegurnya. Sudah waktunya makan dan minum obat, kalau tak diingatkan, Inggit pasti lupa.
"Istirahatlah dahulu. Kamu baru pulang dari rumah sakit. Jangan memaksakan diri kamu ya!" bujuk Fandi.
Inggit mengangguk sambil menatap lukisan yang ia buat. Belum selesai. Besok ia akan lanjutkan kembali.
****
Inggit terbangun dari tidurnya saat mendengar dering ponsel miliknya.
Dalvin Calling ....
"Ada apa, Mas?"
"Kamu kemarin kenapa? Dia berbuat apa sama kamu? Menyakiti kamu?" Dalvin kembali menanyakan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
"Aku tak apa, Mas. Kamu tenang saja. Mas Fandi tak sengaja melakukan semua ini."
"Serius? Aku mau bicara langsung sama kamu. Kapan kita bisa bertemu?"
Inggit tiba-tiba teringat sesuatu. Ia pernah mendengar Dalvin mengatakan tentang Taman Kupu-kupu. Kalau memang apa yang dilihatnya nyata, ia harus mencari tahu secara langsung.
"Nanti siang saja saat Mas Fandi pergi bekerja."
****
Setelah Fandi berangkat kerja, Dalvin cepat-cepat memanggil nama Inggit. Ia tak sabar ingin tahu apa yang sudah terjadi dengan Inggit.
Tak lama Inggit keluar dengan berpakaian rapi. "Loh, kamu mau kemana, Git?" tanya Dalvin dengan heran.
"Aku mau ke suatu tempat. Kamu bisa mengantarku?" pinta Inggit.
"Kemana? Tunggu dulu, aku mau tanya, kenapa dengan kening kamu?" tanya Dalvin.
"Aku tak apa, Mas," elak Inggit.
"Jangan bohong. Kalau kamu tak mau jujur, maka aku tak akan mengantar kamu pergi," desak Dalvin.
Inggit memejamkan matanya sejenak. "Mas Fandi tak sengaja melepaskan tanganku. Aku terjatuh dan menabrak tepi meja. Aku tak apa, Mas. Dokter bilang juga tak apa. Aku sudah katakan apa yang terjadi bukan? Sekarang, tolong antar aku ya, please," pinta Inggit dengan sangat.
"Antar kemana?" Dalvin mendekat ke arah Inggit dan meneliti wajahnya. "Benar ya kamu tidak apa-apa?"
"Iya, Mas. Sudah beberapa kali aku katakan kalau aku baik-baik saja, bukan? Ayo, Mas, cepat!"
"Iya. Aku ambil kunci mobil dulu!" Dalvin masuk ke dalam rumahnya dan keluar tak lama kemudian. Ia membukakan pintu mobil untuk Inggit dan memakaikannya seat belt. "Jadi, kamu mau diantar kemana?"
"Ke Taman Kupu Kupu."
Dalvin terkejut dan menatap Inggit dengan tajam. "Taman Kupu Kupu?"
"Iya. Mas Dalvin tahu, bukan, dimana Taman Kupu Kupu?"
Dalvin kembali menatap Inggit dengan lekat. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah Inggit sudah mengingat semuanya? Kalau sudah ingat, kenapa sikapnya setenang ini? Bukankah seharusnya Inggit akan histeris?
"Untuk apa ke Taman Kupu Kupu?" tanya Dalvin penasaran.
"Mm ... mau jalan-jalan saja. Bosan di rumah. Bukankah Mas Dalvin pernah bilang tentang Taman Kupu Kupu? Aku jadi penasaran dan ingin melihatnya. Apa benar di taman itu banyak kupu-kupu?" Inggit memilih untuk berbohong. Ia tak bisa mengatakan yang sejujurnya. Inggit takut dianggap gila karena percaya dengan mimpi di kala pingsan.
"I-iya sih aku pernah cerita. Taman itu tak lagi banyak kupu-kupu seperti dulu. Sudah banyak dibangun perumahan dan tanaman banyak yang ditebang jadi tak ada kupu-kupu yang mau datang. Baiklah kalau kamu mau ke sana. Aku akan temani." Dalvin menunjuk pipinya dan mendekatkannya ke arah Inggit.
"Kenapa, Mas? Gatel?" tanya Inggit dengan polosnya.
"Iya, gatel pengen dicium kamu. Ayo, bayar dulu baru aku antar." Dalvin tersenyum seraya memainkan kedua alisnya.
"Enggak mau. Kalau Mas tak mau antar, aku pergi sendiri saja!" ancam Inggit.
"Ya ... silahkan saja pergi. Percuma kamu pergi sendiri, kamu tak akan tahu dimana Taman Kupu Kupu berada. Nama taman itu kini sudah diganti." Dalvin kembali menunjuk pipinya meminta bayaran pada Inggit.
Inggit menghela nafas dalam. Rasa penasaran membuat Inggit rela melakukan apapun untuk menunaikan rasa penasarannya tersebut. Inggit pun memajukan dirinya dan mengecup pipi Dalvin.
Dalvin tersenyum sementara Inggit tersipu malu. "Pintar! Ayo kita berangkat!"
Dalvin pun mengemudikan mobilnya menuju tempat dimana ia bertemu Inggit dulu. Dalvin memarkirkan mobilnya di depan taman yang kini terlihat lebih bagus lagi dibanding dulu. "Ayo, kita sudah sampai!"
Inggit turun dari mobil dan menatap keadaan di sekelilingnya. Semua terasa berbeda dengan mimpinya. Bukannya menuju Taman Kupu Kupu, Inggit malah melangkahkan kakinya ke tempat lain.
"Loh, Git, kamu mau kemana?" Dalvin mengejar Inggit yang bejalan cepat dan berdiri di depan sebuah rumah kosong.
****
tapi ini bisa jadi recomended tuk nunggu up nya si seruni😍😍😍
makasih k'mizzly tahan banting dengan komentar2 mak ini🙏🙏🙏
selama 3 tahun ,fandi begitu kan karna dia trauma juga dengan wanita,bukan selingkuh😔.
harusnya inggit eh angel mengerti itu sebagai istri🙏🙏🙏
seandainya fandi berterus terang dr awal mungkin ...
hilang ingatan....
trus ditolong siapa sampe bisa kerja jadi cs di kantor fandi....
untung baca udah the end ,bisa pelan2 baca nya ngga nunggu up😆