Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?
padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.
Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?
ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Shan tand
Bhaskara Jagat, pendekar besar yang dulu disegani di dunia persilatan, kini hanyalah sepotong tahu putih yang terdampar di sudut pasar. Nggak ada murid, nggak ada penghormatan, dan yang lebih parah—nggak ada ilmu sakti yang bisa menolongnya keluar dari penderitaan ini.
"Gila... kenapa aku jadi begini?!" batinnya penuh penyesalan. "Seumur hidup, aku cuma mengejar kekuatan dan kesenangan. Aku nggak pernah berbuat baik... Ini karma bagiku?"
Perlahan, dia mulai merenung. Hidupnya dulu penuh kebanggaan, tapi sekarang? Nihil. Sekarang dia bukan siapa-siapa dan nggak bisa apa-apa.
Lagi berpikir, tiba-tiba tubuhnya terasa aneh... seperti ada yang menggelitik.
Awalnya pelan.
Lalu makin banyak.
Lalu... GATAL LUAR BIASA!
Bhaskara tersentak. Gila! dia dikerubutin semut!!? Dia ingin kabur, tapi tubuh tahunya cuma bisa bergetar lemah.
"SIAL! SEMUT!"
Dia langsung panik, berusaha menggeliat, berguling-guling nggak jelas di tanah, membuat debu beterbangan.
"WOY, AKU BUKAN MAKANAN! JANGAN GIGIT AKU!"
Tapi semut-semut nggak peduli. Yang mereka lihat cuma sepotong tahu empuk nan lezat.
Saat hampir putus asa, tiba-tiba sebuah tangan menangkapnya.
"Hah? Ada tahu jatuh di sini? Kok bisa?" suara seorang pemuda terdengar heran.
Bhaskara mendongak dan melihat seorang pemuda berambut acak-acakan, memakai jubah sederhana, dengan tatapan sedikit malas tapi tajam. Pemuda itu menatap tahu di tangannya, mengendus sedikit, lalu tersenyum.
"Masih bersih! wah rejeki..Lumayan bisa buat lauk!"
Bhaskara langsung panik.
"TIDAKKK!! AKU NGGAK MAU DIMAKAN!!"
Tapi tentu saja, suaranya nggak bisa didengar manusia biasa.
Pemuda itu, Shan-Tand, menyelipkan Bhaskara ke dalam kantong kain belanjaannya. Si tahu cuma bisa pasrah, tanpa tahu kalau ini adalah awal dari perjalanan gokil yang bakal mengubah nasib mereka berdua...
Dan tanpa sadar, Shan-Tand baru saja menemukan calon guru silatnya... dalam bentuk tahu putih!
Shan-Tand menatap tahu putih di tangannya dengan alis berkerut. “Aneh, ada tahu di tempat yang nggak biasa… Jangan-jangan ini juga bukan tahu biasa…”
Bhaskara yang mendengar itu langsung merasa ada harapan. Ini dia! Mungkin bocah ini akan sadar kalau aku bukan tahu sembarangan! Reinkarnasi istimewa! Kesempatan emas!
Tapi harapan itu langsung hancur berkeping-keping.
“Kalau ini bukan tahu biasa, berarti… aku harus memakannya dengan cara yang tidak biasa!”
Bhaskara langsung panik. Hah?! Apa maksudnya?! Jangan bilang—!
Shan-Tand menyeringai, memandangi tahu putih itu seolah sedang menilai mangsa yang siap disantap. Ia mencubit sedikit tahu dan memasukkannya ke mulutnya.
Bhaskara ingin berteriak, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Aku dimakan! Aku beneran dimakan!
Shan-Tand mengunyah perlahan, lalu kepalanya miring. “Hmmm… Rasanya aneh. Nggak kayak tahu yang biasa emak beli di pasar…” Matanya berbinar. “Berarti… harus digoreng dulu!”
Bhaskara membeku.
Lalu…
“TI-DDAAAAAKKKKK!!!”
Teriakan pilu menggema di seluruh ruangan.
Shan-Tand melompat dari kursi, jantungnya hampir copot. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari sumber suara, tapi tidak ada siapa-siapa.
“Siapa itu?! Jangan main-main, keluar kamu !”
Bhaskara tersentak. Oh, iya… Aku kan tahu!
“A-aku di sini!”
Shan-Tand melirik tangannya. Tatapannya bertemu dengan tahu putih yang masih ia pegang.
“…Jangan bilang…” Ia menatap tahu itu dengan ngeri. “Yang barusan teriak… itu kamu?!”
Bhaskara menelan ludah. “I-iya… Aku, si tahu… Bhaskara.”
Sunyi.
Shan-Tand dan tahu itu saling menatap dalam hening yang canggung.
Kemudian…
“AAAAAAAAAAAHHHH!!”
Shan-Tand melempar tahu ke udara, berlari ke pojok ruangan sambil gemetaran. “Tahu ngomong! TAHU BISA NGOMONG!!”
Bhaskara, yang sekarang sedang melayang dalam gerakan slow-motion, hanya bisa pasrah. Sial, nasibku malah makin nggak jelas…!
---
Shan-Tand memandang tahu yang terlempar ke udara dalam gerakan slow-motion. Seakan dunia melambat, matanya membulat penuh horor.
Tahu itu terbang… berputar… lalu…
Pluk!
Mendarat sempurna di atas kepala seekor kucing oren yang sedang lewat.
Kucing itu berhenti. Matanya menyipit penuh kecurigaan. Ia mendongak, lalu dengan gerakan refleks—
HAP!
Mulutnya terbuka, mencoba menggigit tahu Bhaskara!
“TIIIIDDDAAAAKK!!” Bhaskara menjerit panik.
Kucing oren itu terkejut, badannya langsung meloncat ke belakang, bulunya berdiri semua. Mata bulatnya menatap tahu itu dengan ngeri, lalu—tanpa aba-aba—langsung kabur secepat kilat ke luar rumah.
Shan-Tand, yang masih syok, melihat tahu itu jatuh ke lantai dengan mulus.
Ia mengucek matanya. “Ini aku lagi mimpi atau gimana, sih?”
Tahu Bhaskara menghela napas lega, meski tanpa paru-paru. “Nyaris aja…”
Shan-Tand menatapnya dengan wajah bingung bercampur takut. Perlahan, ia mendekat dan menjentikkan tahu itu dengan satu jari. Tok! Tok! Tok!
Bhaskara berkedut. “Hei! Aku tahu, bukan gendang!”
Shan-Tand melompat mundur lagi. “haah, kamu beneran bisa ngomong?! Jangan-jangan… kamu jin yang dikutuk jadi tahu? Atau alien? Atau… arwah penasaran dari tahu yang nggak laku di warung?!”
Bhaskara berusaha menahan emosi. “Aku bukan jin, bukan alien, apalagi tahu gagal jualan! Aku ini pendekar sakti yang bereinkarnasi jadi tahu! Namaku Bhaskara Jagat!”
Shan-Tand menatapnya lama. Matanya menyipit. “Pendekar sakti? Halah, bohong. Mana ada pendekar sakti berubah jadi tahu?”
Bhaskara langsung ingin menangis. “Gimana sih, aku udah bilang, ini hukuman dari dewa! Aku sakti, tahu nggak?!”
Shan-Tand mengelus dagunya. “Tahu yang sakti… Berarti, kamu bisa jurus-jurus gitu?”
Bhaskara langsung terdiam.
Iya juga ya… Aku kan sekarang cuma tahu…
“Ehm…” Bhaskara berdeham. “Dulu aku sakti. Sekarang, ya… begini.”
Shan-Tand cengar-cengir. “Hah, dasar tahu palsu! Kamu kayaknya bukan pendekar, tapi tahu sok tau!”
Bhaskara mendidih. Kalau dia masih punya tubuh manusia, pasti sekarang sudah mengepalkan tinjunya.
Bocah ini kurang ajar juga…
Shan-Tand memungut tahu itu dan memandangnya dengan ekspresi aneh. “Ya udah, kalau kamu beneran pendekar sakti, tunjukin sesuatu dong.”
Bhaskara terdiam, berpikir keras.
Lalu, tiba-tiba, tubuh tahunya… BERGETAR!
Shan-Tand terkejut. “Wah! Wah! Kamu kesurupan?!”
Bhaskara berusaha berkonsentrasi, dan dengan segenap tenaganya…
Plop!
Ia berhasil…
Melompat setinggi dua senti dari tangan Shan-Tand.
Shan-Tand menatap tahu itu tanpa ekspresi.
Bhaskara tersenyum bangga. “Lihat! Aku bisa melompat sendiri! Ini udah prestasi luar biasa buat tahu sepertiku!”
Shan-Tand masih diam.
Sepuluh detik berlalu.
Lima belas detik.
Dua puluh detik.
Lalu Shan-Tand berseru, “CILUK BAHAHAHAHAHA!!!”
Bhaskara terdiam. “…Kenapa ketawa?!”
Shan-Tand memegangi perutnya. “Kamu pendekar sakti? Ya ampun, ini kocak banget! Lompatan dua senti? Wah, aku sampai takut nih! Jangan-jangan kamu bisa salto juga! Hahaha!”
Bhaskara ingin menangis lagi.
Beginilah nasib pendekar sakti yang bereinkarnasi jadi tahu… Sungguh pilu…
---
Bhaskara termenung. Tunggu dulu… Bocah ini bisa mendengar suaraku? Jangan-jangan…
Ia menatap Shan-Tand yang masih syok. Apa mungkin karena dia sudah memakanku sedikit? Wah, kalau begitu aku punya harapan! Aku bisa bicara! Aku bisa menyelamatkan diri dari minyak panas!
Shan-Tand masih terpaku. "Tunggu, tunggu. Aku pasti lagi ngigo. Tahu nggak mungkin bisa ngomong… Iya, pasti efek kelaparan!"
Bhaskara segera memanfaatkan momen itu. "AKU SERIUS! AKU BENERAN TAHU YANG BISA BICARA! JANGAN GORENG AKU, ANAK MUDA!"
Shan-Tand mengerjap beberapa kali, menatap tahu di piringnya dengan waspada. "Jangan-jangan… Ini tahu jelmaan siluman? Atau… atau… aku kesambet?"
Bhaskara ingin membanting dirinya sendiri—kalau saja tahu bisa membanting diri. "Bukan, tolol! Aku ini Bhaskara Jagat, pendekar sakti yang bereinkarnasi jadi tahu!"
Shan-Tand masih setengah percaya. "Hah? Pendekar sakti? Jadi… dulu kamu manusia?"
"IYA!"
Shan-Tand menggaruk kepalanya. "Terus, kenapa bisa jadi tahu?"
Bhaskara menghela napas panjang. "Itu… cerita panjang."
Shan-Tand menatap tahu di hadapannya. Semakin ia mencoba mencerna situasi, semakin tidak masuk akal. Tapi… bukankah dia memang sudah merasakan ada yang aneh sejak awal? Lagipula, tahu ini memang rasanya beda dari tahu biasa…
Dengan hati-hati, ia mengambil tahu itu dan mendekatkannya ke wajahnya sendiri.
"Jadi… kamu beneran bukan tahu biasa?"
"YA AMPUN, BERAPA KALI HARUS KUKATAKAN, IYA! Aku ini pendekar sakti yang dihukum reinkarnasi jadi tahu! Tolonglah, aku nggak mau masuk ke dalam minyak panas!"
Shan-Tand terdiam beberapa detik. Lalu, dengan wajah serius, ia berkata, "Jadi… kalau aku makan kamu sampai habis, aku bisa dapet ilmu silat sakti, gitu?"
"AAAAARGHHH, DASAR BOCAH NGGAK TAU DIUNTUNG!!! BUKAN GITUU..!!! "
Ya ampun.. Bhaskara merasa stress.. tapi y rasanya aneh ada tahu bjsa stress.. lalu dia tertawa sendiri...
Begitulah awal Shan tand dan Tahu ajaib saling bertemu..