Dibunuh oleh putrinya sendiri membuat Kayana bersumpah untuk membalas setiap perbuatan keji sang putri saat ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Doanya terkabul ia diberikan kesempatan hidup lagi, apakah ia akan membalas dendam kepada sang putri atau luluh karena sang putri berubah menjadi anak baik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka
Putri pun memilih berjalan kaki menuju ke halte bus. Saat perjalanan pulang sebuah mobil melaju kencang berusaha menabraknya, beruntung seorang pria langsung menariknya hingga ia pun selamat.
"Kamu tidak apa-apa??" tanya Laston
Putri menggelengkan kepalanya.
Laston mengamati wajah putri secara seksama.
"Kenapa wajahmu begitu familiar, aku sangat mirip dengan adikku saat ia kecil," tandas Laston
Pria itu terus mengamati wajah gusar putri.
"Kalau boleh tahu siapa namamu?" tanyanya lagi
"Putri?" jawabnya singkat
Gadis itu seolah tak tertarik dengan pria yang sudah menyelamatkannya itu. Baginya yang terpenting sekarang adalah segera pulang untuk mengobati lukanya.
Laston tak sengaja melihat darah mengucur dari lengan gadis itu. Meskipun ia memakai kemeja lengan panjang namun pria itu bisa melihatnya.
"Tanganmu terluka, bagaimana kalau kita berobat ke dokter dulu," pungkasnya
"Tidak usah, terimakasih," jawab Putri
Ia melepaskan tangan Laston yang memeganginya dan berlalu pergi. Namun baru beberapa langkah, tubuhnya limbung. Dunia terasa berputar. Kakinya goyah, dan ia jatuh—nyaris menghantam aspal, jika saja Laston tak dengan sigap menangkap tubuh mungil itu.
Ia kemudian membawa gadis itu menuju ke rumah sakit.
Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Laston terus memperhatikan wajah putri. Wajah yang begitu familiar membuat pria itu bertanya-tanya.
Bagaimana bisa ia begitu mirip dengan Mala???
Gumamnya dalam hati.
Mobilpun berhenti di pelataran rumah sakit.
---
Saat tersadar Putri sudah terbaring di bangsal rumah sakit. Tubuhnya ringkih, penuh memar. Dokter menghela napas panjang saat membuka perban sementara yang melingkari lengannya.
“Bekas-bekas ini... sepertinya bukan sekali dua kali,” gumamnya pelan. “Seperti korban kekerasan berulang.” ucap sang dokter
Laston terkejut mendengar ucapan sang dokter. Ia tak percaya Putri mengalami bullying di sekolahnya. Yang lebih membuatnya terkejut adalah saat ia tahu jika putri bersekolah di sekolah yang dikelola oleh keluarga Wijaya.
Laston menatap tubuh Putri yang dipenuhi luka. Dadanya terasa sesak. “Apa orang tuanya tahu soal ini?”
Putri hanya mengangguk lemah. Matanya kosong, tak ingin menjawab terlalu banyak.
“Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Laston, suaranya lirih tapi serius.
Putri menarik napas dalam. “Meskipun aku memberitahumu, Om tak akan bisa menolongku,” ucapnya pelan.
Laston mengernyit. “Kenapa begitu?”
“Karena dia anak orang kaya. Berpengaruh. Keluarganya akan membalikkan semua keadaan dan menjadikan Om sasaran berikutnya. Jadi lebih baik aku diam,” ucap Putri getir.
Laston menggenggam jemari kecil Putri. Tatapannya penuh tekad.
“Tidak, Putri. Aku tidak akan diam. Kau tinggal sebutkan siapa pelakunya, dan aku pastikan dia membayar semua yang sudah dia lakukan.”
Putri hanya menatap pria itu dalam diam. Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang tidak hanya menatap lukanya, tapi juga mencoba memahami luka di hatinya.
Laston pun mengajak sang dokter keluar. Ia kemudian menyuruh pria itu membuat sebuah laporan pemeriksaan.
Dokter pun memberikan sebuah laporan lengkap dengan hasil visum.
“Bekas luka ini bukan kecelakaan biasa, Pak. Ada lebam lama yang belum sembuh, sayatan, dan memar-memar baru. Sepertinya dia mengalami kekerasan secara terus-menerus.”
Laston menatap lembaran laporan itu dengan mata yang membulat. Tenggorokannya tercekat.
“Dari mana semua ini...?” bisiknya.
Dokter menatap Laston sejenak sebelum menjawab pelan, “Dari penjelasan singkatnya, ini terjadi di sekolah.”
Wajah Laston mendadak dipenuhi rasa marah dan bingung bersamaan.
“Dia... dibully di sekolah?” suaranya bergetar.
"Dari penjelasannya seperti itu,"
"Sial, bagaimana bisa ada seorang pembully bersekolah di sekolah ku, aku harus memberikan hukuman yang setimpal.. Bagaimanapun juga ini bisa berakibat buruk keluarga Wijaya, aku harus bertindak," tandasnya
hadeh ada juga yg kyk gtu