Godaan Tetangga Seksi
Perempuan muda itu menatap benda pipih berwarna biru sambil menghela nafas berat. Tak perlu menunggu hasilnya, ia sudah tahu kalau alat test pack itu akan menunjukkan hasil negatif. Sambil menguatkan diri, ia pun keluar kamar mandi dan siap menghadapi hujatan mertua dan adik iparnya
Inggit Katharina, wanita cantik yang terlihat polos namun memancarkan kecantikan alami yang dimilikinya. Sudah 3 tahun Inggit menjalani biduk rumah tangga dengan seorang Fandi Haran, pengusaha sukses pemimpin Haran Group. Wajah bahagia Inggit saat dinikahi oleh Fandi Haran ternyata hanya bertahan sementara, sisanya berganti wajah sedih karena sering meneteskan air mata dan tertekan menjalani hari-harinya.
"Mana hasilnya?" tagih Mama Olla -Mama Fandi- dengan tak sabar. Mama Olla bak tukang tagih bagi Inggit. Membuat Inggit merasa takut bak orang yang memiliki banyak hutang saja.
"Paling hasilnya negatif lagi, Ma," celetuk Dara, adik kandung Fandi yang kalau berbicara selalu pedas dan tak pernah memperdulikan perasaan orang lain. Sejak awal menikah, Dara tak pernah menyukai Inggit. Dara selalu berkata pedas dan berbuat seenaknya seakan Inggit adalah asisten rumah tangga mereka dan bukan kakak iparnya.
Mama Olla melihat test pack pemberian Inggit dan langsung murka. "Masih negatif juga? Kapan hamilnya kamu? Jangan-jangan kamu sebenarnya memang mandul ya? Mama tak mau tahu, Mama mau secepatnya menggendong cucu!" desak Mama Olla. Dilemparkannya alat test pack tersebut dengan kencang ke lantai.
"Tapi, Ma-"
Belum sempat Inggit menyampaikan protes, Mama Olla sudah memotong ucapannya. "Jangan banyak alasan kamu! Kamu tuh sudah Mama angkat derajatnya menjadi menantu keluarga Haran. Memangnya kamu punya apa sampai berhak menjadi menantu keluarga Haran? Kamu kaya? Banyak uang? Tidak! Kamu tuh cuma anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan pinggir Jakarta. Bukannya membalas budi baik keluarga kami. Apa susahnya sih memberi Mama cucu? Kalau kamu tak juga hamil, akan Mama suruh Fandi ceraikan kamu dan menikahi wanita lain yang rahimnya lebih berguna daripada rahim milikmu yang kering kerontang!" ancam Mama Olla.
Inggit menundukkan wajahnya. Bulir air mata terasa panas menetes di pipinya. Rasanya sakit sekali dikatai mandul dan selalu direndahkan karena miskin. Setelah mertua dan adik iparnya pergi, Inggit duduk di lantai sambil menangis. Mau sampai kapan hidupnya begini terus?
Rumah tangganya dengan Fandi memang terlihat baik-baik saja dari luar namun sebenarnya menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Fandi yang Inggit pikir mencintainya ternyata menipunya habis-habisan. Fandi hanya bersikap romantis dan mesra di depan orang lain namun saat berdua Inggit di kamar, ia akan menjaga jarak. Tak pernah sekalipun Inggit disentuh Fandi, sampai saat ini saja Inggit masih suci tak terjamah.
Fandi bahkan jarang mengajak Inggit mengobrol. Saat berada di kamar, mereka bak dua orang asing saja. Inggit selalu makan hati dengan perlakuan Fandi, Inggit berharap Fandi akan berubah suatu hari nanti namun semua hanya tinggal harapan. Fandi tak pernah berubah, selalu acuh dan tak peduli akan semua yang Inggit alami.
Inggit yang sudah sakit hati pun menceritakan apa yang terjadi pada Fandi, suaminya. Tak peduli Fandi akan mendengarkan apa yang dikatakannya atau tidak. Inggit mau Fandi tahu apa yang keluarganya sudah perbuat terhadapnya. "Mas, setiap bulan Mama selalu menyuruh aku menggunakan test pack. Mau di test pack berapa kali pun hasilnya tetap sama. Bagaimana aku bisa hamil kalau selama ini Mas tidak pernah menyentuhku?" kata Inggit dengan emosi.
"Sst! Jangan kencang-kencang kalau bicara. Mama bisa dengar!" Fandi menutup bibir mungil Inggit dengan tangannya. Fandi takut keluarganya tahu apa yang sebenarnya telah terjadi dengan rumah tangganya. Sia-sia sudah usahanya selama ini kalau Mamanya sampai tahu.
Inggit menepis tangan Fandi dengan kesal. "Sudah tiga tahun kita menikah, Mas. Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar bagiku untuk menahan kesabaran atas semua hinaan keluargamu. Aku tahu aku memang miskin, Mas, aku akui itu dan aku terima. Aku memang anak yatim piatu yang tak memiliki orang tua. Namun kalau aku dikatai mandul oleh Mamamu terus, aku tak terima. Aku sehat, hasil lab membuktikan semuanya. Aku normal. Aku subur. Kamu yang bermasalah, Mas. Kamu yang tak pernah menyentuhku. Mau sampai kapan kamu menyuruhku diam mendapat perlakuan seperti ini? Mau sampai kapan Mas bersikap egois dan membiarkan aku menanggung semua permasalahan yang mendera rumah tangga kita?" Inggit berkata sambil menangis. Lelah hatinya menghadapi mertuanya yang selalu berkata kasar dan adik iparnya yang tak tahu sopan santun dan gemar memperlakukannya bak pembantu.
"Mas, apa selamanya Mas akan bersembunyi di belakangku? Apa selamanya Mas mau berpura-pura seakan Mas yang benar dan aku yang salah dan hina? Mas mau membunuhku pelan-pelan? Enak sekali kamu, Mas. Setiap hari aku yang dihina, setiap bulan aku yang ditagih harus hamil sama Mama kamu. Enak saja, Mas. Aku tak mau begini terus! Lebih baik kukatakan saja semua ini pada Mama! Bukan aku yang mandul tapi anaknya yang jijik menyentuhku!" Inggit menangis sambil memukul dadanya yang sesak. Inggit menumpahkan semua amarahnya yang selama ini ia pendam pada Fandi.
Fandi memejamkan matanya memikirkan solusi untuk semua masalah mereka. Tinggal lebih lama lagi bersama keluarganya akan membuat fakta kalau dirinya tak pernah menyentuh Inggit akan terbongkar. "Tenanglah. Jangan sampai Mama mendengarnya. Kamu sabarlah sebentar lagi," bujuk Fandi.
"Aku tak mau, Mas. Terlalu lama berada di rumah ini membuatku gila! Aku capek dan aku tak sanggup lagi!"
Fandi menarik tangan Inggit dan menahan langkahnya. "Apa mau kamu? Aku akan turuti tapi tolong jangan katakan pada Mamaku apa yang terjadi di rumah tangga kita."
"Aku mau pindah! Aku tak mau tinggal di rumah ini lagi!" jawab Inggit.
"Oke. Aku turuti kemauan kamu. Secepatnya kita akan pindah rumah. Kalau kita pindah, Mama tak akan menggangu kamu lagi. Bukankah ini yang kamu mau?"
****
Inggit terbangun dengan peluh di keningnya. Ada sebuah mimpi yang terus menerus hadir dalam tidurnya. Mimpi yang begitu nyata seakan semuanya memang terjadi di hidup Inggit.
Rasa sakit saat kepalanya terbentur aspal jalanan yang keras kembali Inggit rasakan. Inggit berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Siapa yang akan ia temui? Kenapa Inggit merasa ia sudah melupakan hal yang penting?
"Kenapa? Mimpi buruk lagi?" Fandi yang tidur di sampingnya jadi merasa terganggu.
"Maaf ya, Mas, aku telah mengganggu tidur kamu," kata Inggit yang merasa tak enak hati.
"Tidurlah, besok kita akan pindah ke rumah baru! Jangan ganggu lagi tidurku!" Fandi melanjutkan tidurnya dan mengacuhkan Inggit seperti biasanya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kustri
apa fandi menyimpang ya🤭
3 th tidur 1 kasur lho🤔
2023-10-11
4
👸 Naf 👸
sejak bulan lalu aktif baca noveltoon lg, marathon baca karya Kak Mizzly.., bahkan yg dulu udh kubaca tp aku lupa pun kmrn kubaca lg 😁 Makasih Kak Mizzly utk karya²mu 🥰😘
2023-09-19
1
Tuti Yati
sabar aja nnti indah od waktu nya
2023-09-09
0