Rafael Hutama, sang putra sulung keluarga Hutama terjebak one night stand dengan Milea yang datang untuk mencari sang dosen pembimbing sesuai alamat yang tertera di data kampusnya. Tentu saja Rafa yang berada dibawah pengaruh obat tak bisa berpikir jernih hingga berakhir di tempat tidur bersama Milea. Sebagai pria keluarga terpandang tentu dia berniat menikahi Milea. Tapi anehnya Milea malah menolak. Bagaimana bisa dia menerima pertanggung jawaban Rafael jika yang dia cintai adalah Richard Hutama, sang adik yang juga merupakan dosennya di kampus??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Temani Aku
"Apa yang kau tunggu? Segeralah kembali ke kamarmu lalu istirahatlah." Tentu saja Rafa harus mengatakannnya. Mereka telah lama menyelesaikan makan malam yang tentu saja terasa aneh untuk Rafael. Milea yang biasanya cuek jadi penuh perhatian dengan menanyakan banyak hal padanya.
"Kak...." Rafael menghentikan langkahnya dan menoleh pada Milly yang terlihat bimbang entah karena apa. Berulang kali gadis itu meremas tangannya.
"Ada apa?" Milly bukannya menjawab, tapi malah menundukkan kepalanya.
"Milea...katakan ada apa?" Rafa mendekati istrinya yang tetap memilih diam tak menjawab pertanyaannya. Pria tampan itu menguncang lembut pundak si wanita.
"Ehmm...itu...bi..bisakah kakak menemaniku ke kamar?" Rafa menghela nafas panjang begitu mendengar jawaban si wanita. Hanya meminta hal itu kenapa terlihat amat gugup seolah dia ingin minta sesuatu yang punya nilai besar?
"Ayo!" Rafa segera mengenggam jemari Milea dan menuntunnya ke lantai atas. Kali ini si pria memilih naik lift saja. Dia terlalu lelah karena aktifitas padat seharian ini. Sebagai putra sulung Fernando, dialah yang memang diserahi tanggung jawab saat dadynya itu tak ada di tempat. Lain Richard lain pula dirinya. Adiknya itu lebih bebas mengatur hidupnya. Dia bisa menentukan apapun yang dia mau kerena dia bukan pewaris utama Hutama Grup walau baik Fernando maupun Sofia sudah berlaku adil dengan memberikan keuntungan perusahaan pada dirinya tanpa perlu bersusah payah seperti kakaknya yang memang memegang saham melebihi dirinya.
Rafaellah yang selalu merasa orang tuanya tak pernah adil padanya. Dia tak sebebas Richard dalam urusan apapun. Bahkan menikahpun dia harus mematuhi perjodohan yang diatur orang tuanya. Alih-alih mendapatkan gadis penurut yang memujanya, dia malah mendapatkan gadis kontrofersial seperti Milea yang bahkan sudah berani menolaknya.
Rafael membuka pintu kamarnya yang sekarang ditempati Milea lebar. Iris coklatnya berkilat penuh tanya saat Milea malah tak kunjung masuk kesana. Gamang, sama seperti tadi.
"Sekarang masuklah." Rafael terpaksa ikut masuk ke kamarnya karena Milea yang tak kunjung masuk sebelum dirinya masuk. Gadis itu seperti masih terbelenggu pada ketakutan tak beralasan dari dalam dirinya. Kekanakan memang, tapi Milly memang tak tebiasa sendirian sejak kecil. Walau orang tua atau kakaknya tak ada, selalu ada pengasuh atau pembantu yang akan menemaninya.
"Kak....maukah kau menemaniku?" ucapan yang terdengar salah tingkah dan ragu. Rafael menatapnya dalam, takut salah dengar atau hanya berhalusiasi saja.
"Jangan takut Milly, aku akan menungguimu tidur." Putusnya setelah cukup lama terdiam. Haruskah Milea berbunga saat si tampan menuntunnya ke tempat tidur lalu membaringkan dan menyelimuti tubuhnya penuh perhartian? Jantung Milea berdebar kala bola mata keduanya bersitatap. Rafael taj hanya tampan, namun amat perhatian dan dewasa. Jangan lupakan sikap lembut yang selalu terpampang di wajahnya. Kontras dengan Richard yang keras dan sedikit arogan. Mereka bersaudara tapi punya watak dan perilaku berlawanan.
"Kak..." dan tentu saja Milly langsung menarik tangan si pria tampan yang hendak beranjak pergi dengan telapak tangannya yang sudah berubah sedingin es. Dia masih takut sendirian.
"Kenapa lagi? aku hanya akan tidur di sofa sana." Tangan Rafa menunjuk sofa yang hanya berjarak beberapa meter saja dari ranjang mereka. Tapi Milea menggelengkan kepalanya dan menambah kuat cengkeramannya di tangan Rafa.
"Jangan pergi...." pinta Milea menghiba. Wajah cantik itu terlihat amat memelas di mata Rafa hingga putra sulung fernando itu merasa tak tega dan tak bisa menolak permintaannya. Berlahan Rafael duduk di ranjangnya, membiarkan Milea beringsut dan memberi tempat untuknya. Gadis itu tetap tak melepaskan cekalannya hingga Rafael berbaring disampingnya.
"Kau....." suara Rafa tercekat di tenggorokan saat tanpa rasa berdosa Milea malah memeluk tubuhnya lalu menyelusupkan kepalanya dalam pelukan suaminya. Yang dia tau, dirinya hanya ingin tenang dan tak sendirian.
"Apa kakak akan menceraikan aku?" Milea yang gugup berbanding terbalik dengan Rafael yang hanya bersikap tenang. Entah kenapa menghirup wangi rambut Milea membuatnya begitu tenang saat ini.
"Apa kau menginginkannya?" Tentu saja Rafa wajib menanyakannnya. Bertahan atau tidaknya pernikahan mereka Milea juga punya hak menentukannya. Dan lihatlah, tanpa bertanya dua kali Milea sudah menggelengkan kepalanya kuat lalu merebahkan kembali kepalanya membuat Rafael terkekeh.
"Baiklah, aku akan tetap membantumu hingga Richard dan kau...."
"Jangan sebut nama itu lagi." potong Milea cepat. Dia malah mempererat pelukannya hingga Rafa serasa tak bisa bernafas.
"Milly, bisakah kau mengendurkan pelukanmu?" Rafa mengangkat kepalanya, menelisik istrinya yang tak menjawab permintaanya. Dia barus sadar jika Milly tertidur saat mendengar deru nafasnya yang teratur.
"Kau begitu cepat tertidur Milea." keluhnya lirih, namun tak urung tangan kekar itu mengelus pucuk kepala Milea penuh kasih.
iki onok nofel kocak