Kaisar merasa dirinya punya kelainan karena menyukai calon adik ipar lelakinya, Airlangga. Dia menepis rasa itu, tapi tetap tidak bisa hilang.
Di sisi lain, Airlangga kebingungan karena dirinya dinyatakan hamil oleh dokter. Sedangkan pria yang menghamili nya adalah kakak iparnya sendiri. Dia tidak mungkin membuka jati dirinya jika sejatinya dia adalah seorang anak perempuan bukan lelaki seperti yang keluarganya ketahui. Jika sampai itu terjadi maka keluarga ayahnya akan menghentikan pengobatan ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 Semua Palsu
Farida melempar tumpukan baju keempat yang ada di depan matanya.
"Apakah harus selalu memakai rok?" tanyanya jengkel pada semua orang yang ada di depannya.
"Jika kau ingin terlihat cantik dan menarik maka jawabannya adalah 'ya'," jawab Hanafi tegas.
"Kita bisa memakai kemeja putih dan celana panjang," ujar Farida. Ini bukan gayanya untuk terlihat feminim setiap waktu. Dia senang dengan pakaian model casual.
"Di depan sana banyak wanita cantik yang seksi untuk merebut Kaisar dari sisi istrinya. Jika kau hanya terlihat biasa saja maka hal itu akan jauh dari anganmu," ujar Uyun.
Farida menghela nafas. Lalu duduk dengan malas di kursi.
"Kau masih ingat kan dengan keinginanmu maka kau harus banyak berkorban untuk mendapatkannya, keinginan besar harus disertai dengan pengorbanan besar juga," imbuh Ryan.
"Ayo pakai ini saja dan buat hari pertamamu bekerja disana menjadi hal yang luar biasa." Uyun memberikan blus putih yang senada dengan rok span putih juga di tambah blazer berwarna toska.
"Putih lagi?"
"Kaisar suka dengan warna putih dan paduan warna ini membuat kulitmu semakin bertambah cerah saja. Apakah kau tahu, kau itu cantik, lebih cantik dari saudarimu itu."
"Jangan katakan dia saudaraku! Saudara tidak akan membunuh saudarinya sendiri," ucap Farida yang terlihat masih menyimpan luka dalam.
Dia mengambil stelan baju itu dan membawa masuk ke dalam kamar. Beberapa saat kemudian dia keluar dengan tampilan berbeda dari beberapa menit yang lalu.
"Ini baru adikku," puji Hanafi tersenyum menatap Farida. Namun, jauh di dalam matanya dia seperti menyembunyikan sesuatu.
"Kalian puas!" Semua tertawa melihat wajah kesal Farida.
"Setengah jam lagi kita harus sudah sampai di kantor. Ayo, sekarang kita berangkat!'' ajak Erick.
"Uda, bukan kau yang akan mengantarku?" Farida selalu mendapatkan semangat lebih jika bersama dengan Hanafi karena pria itu selalu bisa membangkitkan gelora hidupnya.
"Tidak, aku di rumah saja. Aku ingin istirahat karena baru jam empat tadi aku pulang."
"Ya, sudah sekalian mengantarkan Maulana."
"Kemana anak itu?"
"Lana, kau dimana, Nak?" panggil Farida.
"Sudah ada di mobil," jawab Uyun. "Dia sangat kesal karena telah menunggu lama."
Farida tersenyum. Dia mengambil tas dan memakai sepatu hak tinggi dan lekas berlari keluar.
"Jika kita pergi sejak sepuluh menit yang lalu maka aku tidak akan terlambat," rutuk Maulana yang duduk di belakang kemudi.
Farida tersenyum lalu memeluk anak itu, "Maaf, tadi Ibu Uyun memaksaku mengganti pakaian?"
Maulana melihat ke arah Farida dengan tatapan aneh. "Memang mau kemana?"
"Bekerja?"
"Dengan rok itu? Apa tidak malu? Kata Ibu guru seorang wanita wajib menutup auratnya. Teman-teman perempuanku juga sebagian pakai kerudung. Ibu-ibunya juga mereka memakai pakaian ....''
Maulana melihat ke arah Uyun.
"Seperti Ibu Uyun itu," tunjuk Maulana menghakimi. Uyun dan Erick yang sudah duduk di kursi depan mobil hanya bisa menahan senyum. Mobil mulai melaju cepat menuju ke arah sekolah Maulana baru ke tempat kerja Farida.
"Dia sudah bertambah pintar semenjak sekolah," ungkap Farida.
"Aku sekolah biar tambah pintar karena di sana tempat untuk belajar. Jadi tahu mana yang baik dan benar, itu yang Bu Guru Aisyah ajarkan."
"Jadi aku salah memakai pakaian ini?"
Maulana mengangguk.
Sedangkan di tempat lain, di waktu yang sama.
Kaisar menatap ke arah meja makan lalu bergantian ke arah Cantika yang sedang membawa nampan berisi makanan. Dia telah rapi menggunakan pakaian kerjanya, tapi sebuah celemek melekat di tubuhnya yang langsing.
"Sepertinya matahari terbit dari barat hari ini," ucap Kaisar dengan sarkas. Dia mendekat ke arah Alisa dan mencium keningnya.
"Pagi, Sayang."
"Selamat pagi, Dad."
Cantika mengabaikan ucapan Kaisar, dia menyiapkan sebuah kopi yang mengebul di meja, dan menarik kursi yang biasa di duduki oleh Kaisar.
"Aku sudah menyiapkan kopimu," kata Cantika.
Kaisar duduk dan menatap ke arah tumpukan sandwich diatas meja.
"Aku menyiapkan sanwich telur, mungkin rasanya sedikit aneh tapi aku berusaha membuatnya sendiri tadi."
"Nona, sampai terkena pinggir teflon ketika memasaknya," ujar juru masak yang baru datang membawakan segelas susu untuk Alisa.
"Kenapa kau repot-repot memasaknya sendiri? Untuk apa ku bayar juru koki handal jika semua kau lakukan sendiri," sindir Kaisar.
Cantika mengatup bibirnya rapat. Dulu pernah Kaisar meminta dia untuk sesekali memasak hanya saja dia menjawab jika itu hanya akan membuatnya terluka lagi pula mereka sudah membayar koki mahal. Untuk apa jika masih dikerjakan sendiri?
"Alisa kau mau roti panggang atau sandwich ini?" tanya Cantika dengan lembut. Hal ini membuat Alisa terpana soalnya baru kali ini Cantika bersikap sangat peduli padanya.
"Mana saja, ehm itu sandwich yang Mom masak, sepertinya enak."
Cantika meletakkan satu potongan sandwich ke atas piring Alisa. Dia juga hendak meletakkan sandwich lain ke piring Kaisar, tapi pria itu menolak.
Tangannya memegang handphone seperti sedang menghubungi seseorang.
"Okey, aku akan datang lebih pagi. Kau tunggu saja."
"Maaf, aku harus pergi terlebih dahulu. Ada masalah di kantor yang harus segera diatasi."
Cantika mengangguk sedih. Sedangkan Kaisar memilih langsung pergi dari ruang makan itu tanpa meminum kopinya barang sedikit pun.
"Mom, Dad memang akhir-akhir ini sangat sibuk dan kerap pulang malam. Jika aku tidur, biasanya Dad sudah pulang, tapi sekarang tidak. Aku merindukannya," ungkap Alisa sedih.
Cantika tersenyum kecut. Dia memeluk Alisa, lalu mencium pucuk kepalanya. Dalam hatinya merasa bersalah karena selama ini mengabaikan putri kandungnya. Bukan tanpa sebab dia melakukan itu, semua dilantari karena ayahnya sakit setelah peristiwa enam tahun lalu yang menyebabkannya harus mati-matian mempertahankan perusahaan milik keluarganya.
"Mom lihat aku sudah menghabiskan sandwichnya," ujar Alisa. Anak ini memang sangat pengertian bahkan terlihat dewasa dibandingkan dengan umurnya. Alisa jarang bersikap manja. Mungkin karena dia tahu kesibukan kedua orang tuanya itu.
"Kau memang anak Mom yang paling hebat," kata Cantika memeluknya.
Alisa tertawa bahagia. Entah apa yang masuk ke diri ibunya tapi dia sangat menyukai perubahan ini dan berharap ini akan Mom lakukan selamanya, bukan hanya di pagi hari ini saja.
"Alisa, biar Mom antar ke sekolah," kata Cantika.
Bukannnya menjawab iya, anak itu malah terlihat ragu menatap ke arah Cantika.Takut emosi wanita itu akan berubah beberapa detik kemudian.
"Mom tidak ke kantor?"
"Setelah mengantarkanmu," jawab Cantika.
"Apakah tidak akan terlambat?" tanyanya lagi untuk memastikan bahwa semuanya memang benar.
"Tentu saja ... kau sepertinya malah terlihat tidak senang, memang kenapa kalau Mom antar Alisa ke sekolah?"
"Ehm... ehm ... melakukan ini karena ayah kan? Kalian ingin berpisah kan?" tebak Alisa membuat terkejut Cantika. Darimana anak ini tahu masalah orang tuanya. Sejak kapan?
dan aku bahagia, Farida dan Kaisar hidup bahagia 🥰🥰🥰