Demi cita-citanya untuk bisa kuliah di Jakarta, Sella menumpang tinggal di rumah sang kakak. Disya sang kakak selalu sibuk dengan rutinitasnya sebagai wanita karier. Dia meminta Sella untuk mengurus kebutuhan Bagaskara sang kakak ipar, menggantikan peranan sang kakak.
Seiringnya waktu rasa cinta hadir di antara Sella dan Bagaskara. Bagaskara merasa kagum dengan sosok Sella, di tengah kemelut rumah tangga dengan Disya. Hingga akhirnya kejadian di suatu malam, mengubah segalanya. Disya marah besar dan mengusir Sella dari rumahnya membuat hubungan Kakak dan Adik terputus.
Siapakah yang akan Bagas pilih? Ikuti kisah perjalanan cinta mereka dalam karya "Terjerat Pesona Sang Kakak Ipar."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Disya
Disya perlahan membuka matanya, dan melihat sekeliling ruangan, suasana terlihat sepi. Hanya ada orang-orang yang terbaring lemah tak berdaya seperti dirinya, bahkan banyak yang masih tak sadarkan diri.
"Sus, dimana kedua orang tua saya?" tanya Disya yang terdengar lemah, saat sang perawat masuk ke ruangan untuk mengecek kondisi pasien yang ada di ruangan itu.
"Tadi orang tua Ibu sebelum pergi, menitipkan kepada suster. Mereka katanya mau pergi dulu keluar, tadi juga ada suami ibu dan tiga orang lainnya juga," jelas sang suster.
"Mas Bagas? Dia kesini juga?" ucap Disya.
Disya menanyakan ciri-ciri orang yang dimaksud kepada sang suster. Disya yakin kalau orang yang suster itu maksud adalah Sella sang adik dan kedua mantan mertuanya.
Sang perawat langsung memeriksa keadaan
Disya saat ini, kondisi Disya sudah mulai stabil. Namun, keputusan semuanya tergantung dokter.
"Sebentar ya Ibu, saya panggilkan dokter dulu untuk memeriksa kondisi ibu," ucap sang perawat dan Disya hanya menganggukkan kepalanya. Dirinya kali ini lebih terlihat tenang tak seperti saat dirinya sadar.
Dokter datang, dan mulai memeriksa keadaan Disya. Disya menatap sang dokter yang sedang memeriksa dirinya dengan serius.
"Bagaimana Dok, keadaan saya? Apa saya masih memiliki kesempatan untuk sembuh dan hidup normal lagi, Dok?" tanya Disya, menatap penuh pengharapan.
"Begini Ibu Disya. Mohon maaf sekali. Untuk masalah memiliki anak, Ibu Disya sudah tak bisa. Karena rahim ibu sudah diangkat. Namun, untuk masalah kelumpuhan. Berdoa saja, semoga ada mukjizat dari Allah! Nanti coba di rajinkan saja terapinya ya Bu, semoga saja ada perubahan!" ujar sang dokter.
Disya kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan, kondisinya sudah mulai membaik. Namun, untuk saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Air matanya menetes satu persatu. Mengingat perbuatan dirinya dulu kepada Bagas. Kini nasi sudah menjadi bubur, Bagas sudah kecewa dengannya.
Setelah pembahasan selesai, mereka semua kembali ke rumah sakit. Bagas mendapatkan informasi dari rumah sakit, kalau Disya sudah dipindahkan ke ruangan perawatan. Sampai detik mereka di sana, Adit tak menunjukkan batang hidungnya. Tentu saja, dia tak akan mau bertanggung jawab.
Wajah Disya memerah menahan rasa malunya, saat semua sudah berkumpul di ruangan.
"Untuk apalagi kalian datang kesini? Bukankah urusan aku dan kamu sudah selesai? Kamu sudah menceraikan aku? Anda sudah puaskan 'kan melihat anak kesayangan Anda, akhirnya bercerai dengan aku, dan keinginannya tercapai untuk menikahi Sella," ucap Disya sinis menutupi perasaan kecewa karena diceraikan Bagas dan melihat Bagas bersama sang adik.
"Masih saja sombong. Bukannya insyaf dan menyadari kesalahannya. Boro-boro minta maaf," sindir mamanya Bagas. Tak ada pembelaan lagi dari ibunya Disya, dia sudah merasa malu dengan kelakuan anaknya.
Bagas mengeluarkan ponsel Disya dari tas kecil yang dia gunakan, kemudian dia menyerahkannya kepada Disya. Namun, sebelumnya dia sudah menyimpan bukti-bukti perselingkuhan Disya sebagai penguat saat sidang perceraian.
"Aku sudah tahu semua, tahu tentang perselingkuhan kamu dengan Adit. Aku sudah tahu kalau Adit bukan hanya bos kamu saja, tetapi dia juga mantan kekasih kamu dulu. Tega kamu Dis, menjadikan pernikahan ini untuk menutupi kedok hubungan kamu dengan dia. Agar istrinya Adit tak merasa curiga. Selama ini kamu berzina di belakang aku dan istrinya Adit," ucap Bagas, rasanya begitu sakit saat Bagas harus mengungkap apa yang terjadi.
"Aku mohon, dengarkan dulu penjelasan aku!" ucap Disya penuh iba.
"Aku tak butuh penjelasan kamu! Aku sudah tahu kebusukan kamu. Bahkan aku sudah mendengar dan melihat bukti perselingkuhan kalian. Kamu tahu? Tadi saat kami makan diluar, Adit menghubungi ponsel kamu dan dia terkejut saat aku yang bicara. Dia mengatakan kalau dirinya akan menemui kamu di hotel tempat kalian akan berjanjian."
"Kasihan ya kamu, kamu menyakiti dan mengkhianati aku, dan kamu sendiri merasa tersakiti karena Adit tetap memprioritaskan anak dan istrinya. Kamu hanya dijadikan pelampiasan saja. Tadi aku sudah bilang kepadanya, kalau kamu mengalami kecelakaan dan saat ini berada di rumah sakit, aku ingin lihat sejauh mana tanggung jawabnya kepada kamu. Ternyata dia hanya seorang pecundang. Dia tak peduli dengan kondisi kamu," jelas Bagas.
Air mata Disya menetes satu persatu, dia tak mampu membendung perasaannya lagi. Hanya penyesalan yang dia rasakan saat ini, nasi sudah menjadi bubur. Kini dirinya harus kehilangan laki-laki yang dulu sangat mencintai dirinya, karena ulahnya sendiri. Dia juga harus duduk di kursi roda dan tak akan pernah memiliki anak.
"Maafkan aku, aku sudah mendapatkan balasan atas apa yang aku lakukan kepada kamu dulu. Selama ini aku selalu menolak untuk memiliki anak dari kamu. Ternyata Allah murka, Allah menghukum aku dengan operasi pengangkatan rahim. Tak ada harapan untuk aku bisa memiliki anak lagi. Sekarang aku juga hanya wanita cacat yang tak berguna," ucap Disya diiringi isak tangis.
"Ya sudah, nasi sudah menjadi bubur. Mungkin jodoh kita hanya sampai situ saja. Kalau nurutin kecewa, aku sangat kecewa sama kamu. Kamu tahu 'kan kalau aku dulu sangat mencintai kamu, kamu yang buat rasa cinta aku perlahan pudar. Semua ini karena perbuatan kamu sendiri, memberikan aku kenyamanan kepada Sella."
"Dia yang selalu ada untuk aku dan mengurus aku. Kamu selalu sibuk dengan Adit. Aku laki-laki normal, perlahan rasa cintaku hadir untuk Sella. Kamu juga yang membuat aku mabuk hingga merenggut kehormatan Sella secara paksa. Saat itu aku sangat kecewa karena melihat kamu bersama Adit, dan Sella pun menolak aku. Dia tak percaya kalau aku mencintai dirinya."
"Semua apa yang terjadi dengan aku dan Sella, adalah murni kesalahan aku. Perasaan cinta terlarang kepada adik iparku sendiri. Dengan teganya aku merenggut paksa kehormatan Sella malam itu. Aku mau bertanggung jawab menikahi Sella, aku mohon jangan larang aku menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Aku mencintai dia, bukan hanya sekadar nap*su belaka," ungkap Bagas.
Air mata Disya semakin deras bahkan dirinya sampai sesenggukan. Dadanya terasa sesak. Hidupnya kini hanya tinggal penyesalan. Laki-laki yang dia perjuangkan, tak mempedulikan dirinya. Menjauhi dirinya.
"Kakak tak perlu menikahi aku, aku tak ingin menyakiti Mba Disya. Mungkin sudah menjadi jalan hidup aku seperti ini," ucap Sella yang akhirnya ikut bicara.
Dia tak ingin hubungan persaudaraan dengan sang kakak rusak. Sella tak ingin menyakiti hati sang kakak. Bagas langsung berlutut di kaki Sella, dia meraih tangan Sella di hadapan semua orang.
"Sel, aku mohon tolong terima aku sebagai suami kamu. Jangan halangi aku menjadi laki-laki yang tak bertanggung jawab. Aku mencintai kamu," ucap Bagas dan Sella justru malah meneteskan air matanya. Sebenarnya dia juga sudah lama terpesona dengan kakak iparnya.