NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

SELAMAT MEMBACA

Zevanya terus memberontak, namun tenaganya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan tenaga Adrian yang seorang lelaki.

"Vanya? Kenapa dia dibekap?" teman Zeanita yang kebetulan baru saja pulang bekerja menuju rumahnya melihat Zevanya dengan seorang pria yang ia ketahui pria itu bukanlah Wira suami dari Zevanya.

Wanita yang tengah mengenakan baju seksi tertutup jaket tersebut dengan cepat menyadari bahwa anak dari temannya itu dalam bahaya. Lelaki yang tidak ia kenal, terus menggiring Zevanya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh di sana.

Tanpa membuat waktu, wanita itu segera menghadap. "Lepaskan dia?!" tegasnya seraya memegang erat tali tasnya yang ia gunakan untuk berjaga-jaga.

"Jangan ikut campur, ini bukan urusan Anda." Adrian berkata dingin, raut wajahnya menunjukkan ketidaksenangan.

"Tentu saja menjadi urusanku, karena kami bertetangga." teman Zeanita sama sekali tidak memberikannya jalan, ia bertekad menolong anak temannya itu. Sudah banyak kisah hidup dan penyesalan yang Zeanita ceritakan, dan ia sangat bersimpati pada gadis di depannya ini.

"Mmmmm... lpas–kan!" Zevanya berusaha keluar dari cengkeraman Adrian, gadis itu memberontak sekuat tenaga. Dan sangat bersyukur ada seseorang yang datang menolongnya.

"Walaupun Anda bertentangan dengannya, belum tentu bisa ikut campur dengan urusan kami. Asal Anda tahu, dia kekasih saya yang kabur. Kami sedang bertengkar, dan saya berusaha untuk membujuknya pulang." Zevanya menggeleng atas penjelasan Adrian, semuanya itu bohong, sama sekali tidak benar. Ingin ia berteriak seperti itu, tetapi tidak bisa. Bekapan pria ini sungguh kuat, bahkan gigitan Zevanya di telapak tangannya sama sekali tidak pria itu hiraukan.

Padahal sebenarnya itu sakit, namun Adrian tidak menunjukkan dan terus bertahan. Berniat akan memberikan pelajaran ketika gadis ini benar-benar di bawah kendalinya.

"Cuih! Lelucon apa yang kau ceritakan!" teman Zeanita yang adalah Susanti meludah. Ia berjalan mendekat, berniat melepaskan Zevanya dari cengkeraman pria itu. "Aku sama sekali tidak akan percaya, karena Zevanya telah menikah dengan pemuda di sini. Jadi, kamu jangan mengaku-ngaku menjadi kekasihnya!"

Adrian mengernyit, mengangkat salah satu alis sebagai tanda tanyanya pada Zevanya. Tidak mungkin gadis ini meningkah secepat itu.

Memanfaatkan kelengahan Adrian, Susan memukul lengan pemuda itu dengan seluruh tenaganya membuat Adrian oleng dan melepas cengkeramannya pada Zevanya.

"Lari, lari lah...." pinta Susan pada Zevanya, sedangkan dirinya akan menahan Adrian.

"T-tapi, Tante?" Zevanya ragu meninggalkan orang baik ini bersama Adrian yang kasar dan nekat.

"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja. Lari lah sebelum terlambat!" pekiknya dengan tangan yang sibuk mengayunkan tasnya memukul Adrian.

Adrian menghindar dan mencari kesempatan untuk membalas, ketika mendapatkan cela. Ia menendang perut wanita setengah baya itu, membuat Susan tersungkur jauh dengan memenangi perutnya.

Tidak ingin membuang waktu Adrian segera mengejar Zevanya yang terlihat semakin menjauh. "Aku tidak akan melepaskanmu sebelum mendapatkan apa yang aku mau!" desis Adrian, mengabaikan Susan yang merintis kesakitan tak berdaya. Susan berharap anak dari temannya itu bisa lolos dan melarikan diri.

"Berhenti Vanya!!!" pinta Adrian murka, Zevanya semakin melajukan kakinya. Berusaha melewati gang sepi ini dan menuju lingkungan yang banyak orang.

Perut gadis itu semakin merasa sakit karena diajak lari, laju Zevanya menurut. Wajahnya juga pucat dengan napas patah-patah, rasanya gadis itu sudah tak sanggup lagi.

"Dapat kau!" seringai Adrian sungguh mengeringkan. Zevanya menggeleng takut, tinggal beberapa meter lagi ia sampai di lingkungannya. Gadis itu berteriak meminta pertolongan, tetapi suaranya tak sampai.

Adrian menyeretnya kembali menuju mobil, dapat ia lihat wanita sok pahlawan tadi tergeletak pingsan. Lelaki itu mendengus tidak peduli.

"Tante... Tann—" Zevanya khawatir dengan keadaan Susan.

"Diam Zevanya, jangan memberontak!" tidak mendengarkan, Zevanya menggigit lengan Adrian. Pria itu melolong kesakitan, tetapi sama sekali tidak melepaskannya.

Adrian menjambak rambut Zevanya, lalu menyudutkannya di badan mobil. "Wow, kau suka sekali menggigit. Aku suka yang beringas begini." Seringainya, menyusuri lekuk tubuh Zevanya. Lelaki itu seperti sudah gila, Zevanya ketakutan. Air matanya mengalir begitu saja dengan badan yang menggigil saat Adrian merapatkan tubuhnya itu pada tubuhnya.

"Aku jadi ingin mencicipi mulut nakalmu ini," lelaki itu mencengkeram dagunya, karena Zevanya terus menerus menggeleng untuk menghindar.

"T-tidak, jangan... a-aku sudah bersuami..." Zevanya berharap dengan penjelasannya lelaki itu akan melepaskannya, tetapi itu hanya angan saja. Karena nafas Adrian semakin dekat dan menerpa wajahnya. Tumbuhnya semakin terimpit sesak, dan saat Adrian bersiap merenggut bibir manis itu...

Tumbuhnya ditarik paksa oleh seseorang, Adrian berusaha memahami situasi tetapi kepalanya toleh ke kiri, toleh ke kanan mendapatkan bogem mentah.

"Brengsek, bajingan!!!" murka orang itu, terus memukul dan menghajar Adrian tanpa ampun. Persendian Zevanya lemah, gadis itu perlahan duduk meringkuk dengan air mata masih mengalir. Mengusap tubuhnya dengan kasar berusaha menghilangkan jejak Adrian, walaupun belum sempat terjadi apa-apa.

"A-ampunnn," Adrian merintih kesakitan, tidak bisa mengimbangi lawannya yang begitu beringas. Beberapa pukulan lagi sepertinya akan membuatnya pingsan. Darah mengalir di sudut bibir, mata bengkak dan pipi yang terasa nyeri mulai lebam.

Zevanya mengangkat wajah, menatap kosong Adrian yang meringkuk terus mendapatkan tendangan. Ia sama sekali tidak mengasihani, tetapi... "Berhenti... M-mas Wira berhenti." Benar, orang itu adalah lelaki yang selama ini Zevanya tunggu keberadaannya.

Zevanya bangkit, berusaha menghentikan Wira yang diliputi amarah. "Mas berhenti, kamu akan mendapat masalah jika dia meninggal." Teriakkan Zevanya sama sekali tidak Wira hiraukan. Tangannya terus memukuli Adrian yang sepertinya telah pingsan.

"Berhenti Mas! Aku tidak mau kamu terkena masalah," Zevanya menangis, tidak tahu lagi cara menghentikan Wira. Dan lelaki itu tiba-tiba berhenti tak kala mendengar tangisan gadis yang selalu memenuhi pikirannya seminggu ini. Wira menghentikan aksinya dan langsung memeluk Zevanya erat. Bibir menggumamkan penyesalan dan permohonan maaf. Tangisan Zevanya pecah di dada pria itu, sisa-sisa ketakutannya masih ada.

"Maaf, maaf meninggalkanmu terlalu lama. Sekarang saya sudah kembali...." Wira mencium ubun-ubun Zevanya berulang kali, tangannya mengelus punggung gadis itu untuk menenangkan.

Perlahan, tangisan Zevanya mereda. Gadis itu teringat dengan Susan. Ia melepaskan pelukan pada Wira. Lalu menghampiri Susan yang telah siuman.

"Tante tidak apa-apa?" tanyanya melihat Susan duduk selonjoran memegangi perutnya.

Susan mendongak, "Syukurlah kamu selamat," ujarnya berusaha bangkit dan Zevanya sigap membantu.

"Karena berusaha menolongku, Tante jadi seperti ini." Zevanya merasa bersalah. "Maaf dan terima kasih." Ujarnya dengan kepala tertunduk.

"Heiii, tidak usahlah merasa bersalah seperti itu. Aku baik-baik saja." Kata Susan menenangkan.

"Terima kasih atas bantuannya untuk istri saya, Bu Susan." Ujar Wira menghampiri kedua wanita itu.

Susan mengangguk, "Ya, tapi kamu sebagai suami jangan suka meninggalkan istrimu. Kita tidak tahu bahaya itu datangnya kapan, dan asal kamu tahu ya... istrimu ini sering mendapatkan hinaan dan digosipi oleh ibu Tri dan teman-temannya." Beber Susan menatap sinis pada Wira.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!