Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. RSK
Prasetya Hospital 2 ....
"Bun," sapa Yoga sesaat setelah membuka pintu.
"Yoga, kemarilah," pinta bunda Fahira. Ia kemudian berpindah duduk ke sofa. "Ada yang ingin bunda bahas denganmu."
'Pasti tentang rumah sakit ini. Rasanya aku belum siap saja memikul tanggungjawab,' batin Yoga menebak.
Dengan patuh ia menurut kemudian duduk di samping bunda Fahira.
"Ada apa, Bun? Ini kan hari Minggu waktunya beristirahat. Bunda malah ke rumah sakit. Lagian kan ada Radit yang bisa menggantikan Bunda!" protes Yoga.
Bunda Fahira mengulas senyum mendengar ucapan sang putra. "Bukan Radit tapi kamu."
Seketika alis Yoga bertaut lalu bertanya, "Maksud Bunda?"
"Maksud bunda, kapan kamu mau duduk tenang di ruangan ini?"
Yoga menghela nafas. Melirik sang bunda yang sedang memegang sebuah map khusus.
"Yoga, bunda ingin kamu berhenti bekerja di perusahan K.L Group. Sebaiknya kamu fokus sebagai Psikolog. Untuk apa kamu kuliah di jurusan itu, jika kamu nggak mau fokus melaksanakan tugasmu sebagai psikolog. Sia-sia saja kamu pelajari ilmu kejiwaan!" tegas bunda Fahira.
Yoga bergeming sembari membatin, 'Aku sudah menduganya, bunda pasti akan membahas tentang hal ini.'
"Yoga? Apa kamu mendengarkan bunda?" tanya bunda Fahira seraya menepuk paha Yoga.
"Iya, aku dengar, Bun," jawab Yoga lirih.
"Yoga, sudah waktunya kamu menjabat sebagai dirut di rumah sakit ini. Sampai kapan kamu akan memberi tanggung jawab itu pada Radit? Dia juga sibuk mengemban tugasnya sebagai dokter di sini. Untuk apa kamu bekerja di perusahaan orang, sedangkan rumah sakit ini membutuhkan dirut kompeten sepertimu. Tiga hari lagi ayah akan pulang tugas. Jangan membuatnya kecewa," tutur bunda Fahira.
***
Yoga merupakan seorang psikolog. Namun, ia hanya sesekali menerima pasien jika sang bunda membutuhkan jasanya.
Bunda Fahira, Farhan dan kakak pertamanya Fadiyah Daniela berprofesi sebagai dokter. Sedangkan sang ayah, Pak Prasetya merupakan seorang Laksdya sekaligus dokter militer di kesatuan TNI AL.
***
"Yoga, bunda ingin kamu menangani seorang pasien. Dia merupakan korban KDRT dari suaminya. Mirisnya, KDRT itu terjadi hampir setiap malam sehingga membuat gadis ini mengalami trauma juga gangguan psikis," jelas bunda Fahira.
"Kenapa dia nggak meninggalkan saja pria brengsek itu?! Suaminya pria pecundang. Beraninya hanya pada wanita lemah!" umpat Yoga dengan perasaan geram. Apapun alasannya, ia sangat membenci KDRT.
"Bunda sudah menyarankan. Tapi, dia tetap bertahan karena ibunya sedang sakit. Dan, saat ini masih menjalani perawatan," jelas bunda Fahira.
Yoga mengernyit kemudian melirik sang bunda. Entah mengapa ia merasa tak asing dengan sosok wanita yang dimaksud.
"Apa gadis itu berhijab, Bun?" tanya Yoga.
Bunda Fahira mengangguk. "Semua informasi serta keluhan gadis itu ada di dalam map. Termasuk foto hasil visum yang telah bunda ambil sebagai bukti KDRT."
Yoga langsung mengusap dada. Berpikir, betapa kejamnya perlakuan Close, jika gadis itu adalah Azzura. Sehingga membuat sang barista mengalami gangguan psikis juga trauma.
Selang beberapa menit kemudian, bunda Fahira berpamitan sekaligus meninggalkan Yoga di ruangan itu.
Sepeninggal bunda Fahira, pandangan Yoga kini tertuju ke arah map yang sejak tadi terletak di atas meja sofa. Dadanya seketika berdebar kencang. Berharap pasien itu bukanlah Azzura.
"Apa selama ini Azzura sering bertemu dengan bunda? Tapi, bagaimana bisa mereka saling mengenal? Bahkan, hal paling privasi seperti ini, dia cukup terbuka pada bunda," gumam Yoga. Ia pun membuka map itu sekaligus mengeluarkan isinya.
"Azzura Zahra," sebut Yoga lirih. Menatap lekat kertas yang dipegangnya.
Ia mulai membaca lembar demi lembar kertas yang dipegangnya dengan tangan bergetar. Sejenak Yoga memejamkan mata. Merasa tak sanggup melihat bukti visum di beberapa bagian tubuh Azzura.
"Pria brengsek! Bajingan, pecundang kamu, Close!" umpat Yoga sambil mengepalkan kedua telapak tangan. Ia beranjak dari sofa seraya menghampiri jendela ruangan.
Andaikan saat ini Close berada di hadapannya, tentu saja ia sudah menghajar pria blasteran itu tanpa ampun.
"Tega banget dia melakukan KDRT kepada wanita sebaik juga selembut Azzura. Pria laknat!"
Yoga menarik nafas dalam-dalam. Tiba-tiba saja ia teringat kembali ucapan Bu Isma enam bulan yang lalu. Dadanya seketika menjadi sesak membayangkan penderitaan Azzura.
"Azzura, jika ibumu tahu tentang hal ini, betapa hancur hatinya sebagai seorang ibu. Bahkan, bisa membuat kondisi kesehatannya menurun drastis."
Yoga menyeka air mata membayangkan wajah sendu Azzura.
"Sejak awal aku sudah curiga, jika pernikahan kalian ada yang tidak beres," gumam yoga dengan lirih. "Bunda benar, sebaiknya aku resign saja dari perusahaan itu. Lebih baik aku fokus bekerja di rumah sakit ini sebagai psikolog."
...----------------...
Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏 Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘