Alvino Dekta Adinata & Alvian Desta Adinata
Sampai kapan pun Vian dan Vino tak akan pernah sama.
Mereka kembar, bukan berarti apapun yg mereka lakukan akan sama bukan?
Mereka berdua adalah kembar yg memiliki kepribadian yg berbeda.
Kepribadian yg di tanamkan dari kedua orang tuanya, kepribadian yg seharusnya bersifat baik namun malah sebaliknya.
Vian anak pintar dan penurut yg menjadi kebanggaan kedua orang tuanya.
Sedangkan Vino adalah anak yg tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya.
"Menjadi pribadi yg mandiri itu tak semudah yg kau kira, kita di tuntut menjadi apa yg belum tentu orang lain bisa lakukan" Vino
"Aku...menyesal menjadi diriku, seharusnya aku yg ada di posisi itu, andaikan waktu bisa di putar aku ingin selalu berada di sini, di samping mu" Vian
Mereka sama namun berbeda
Karna aku adalah diriku dan dia adalah dirinya
•~•
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EpellynaA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
...🌼...
...Hanya Sekedar Ucapan...
...Aku Akan Mencoba Maklum Sekarang...
...•~•...
"Heh lo udah kalah malah nyolot lagi! Kagak punya malu lo"
"Tim lo curang ya!!"
"Buka mata lo!! Lo yang curang lo yang kalah!! Malah nyalahin tim orang! Gilak!"
"Pokonya gua gak terima!!!"
"Heh vin bales ngapa! Tim kita di jelekin gini lo malah diem!" Kesal nanda yg sedari tadi berdebat dengan tim dari sma lain.
"Sabar nan" ucap raka menenangkan, bila seperti ini nanda tak seperti nanda yg biasanya.
"Gimana gua bisa sabar!! Bahkan lo liat tadi?! Vino sengaja di lempar bola sama dia!!" Tunjuk nanda pada niel kapten dari tim yg melawan mereka.
"Tangan lo nggak usah gitu!!!"
"Lo duluan ya yang mancing emosi!!!"
"Udah lah nan, vino juga nggak papa" danu ikut turun tangan, sahabat nya itu tampak sangat emosi sekarang.
"Nggak bisa gitu lah!! Lo.."
"Udah! Lo kalo nggak bisa main gak usah nyalahin tim lawan, malu sama tim lo" ucap vino dengan nada datar dan dinggin sama seperti biasanya, yaaa meski versi lebih parah nya.
"Nggak usah sombong ya lo!! Tim lo menang karna curang!! Bayar wasit kan lo?! Ngaku!!" Tunjuk niel pada vino yg langsung di tepis kasar oleh nya.
"Jaga. sikap. lo" tekanan terdengar di setiap kalimatnya.
"Halah beraninya ngancem!!" Dan gerakan cepat terlihat dari tangan niel yg hendak memukul vino, namun.
Bugh
Semua terkejut, bahkan rafa yg baru datang sampai menutup mulutnya saking terkejutnya, bagaimana tidak, bukan vino yg terkena pukulan itu melainkan sang kembaran, vian.
"Jangan coba-coba sakitin adek gua" dengan pelan vian mencoba berdiri dari jatuhnya.
Pukulan itu nampaknya tak bisa di bilang ringan, buktinya hidung vian sampai mengeluarkan darah, dan ujung bibirnya nampak terluka.
"Heh kurang ajar ya lo!!!" Hampir saja danu menghadiahkan pukulan pada wajah niel, vino sudah menahan tangannya.
Niel sendiri langsung di bawa oleh anak keamanan yg baru saja datang, sedangkan tim nya pergi entah kemana.
"Yan lo nggak papa?" Panik rafa, pasalnya ia dan vian baru saja datang, dan saat ia melihat kerumunan dan bertanya vian langsung lari ke kerumunan itu, dan inilah hasilnya.
"Nggak papa" ucapnya pelan.
"Ikut gua" dengan cepat vino menarik tangan vian, membawanya pergi menjauhi kerumunan dan tim nya.
"Dasar si kembar, ada-ada aja" ucap ardan yg baru saja datang beserta tim nya.
Ia dan tim nya sedang beristirahat di tempat yg di sediakan dan mendengar bahwa tim yg sedang bertanding memicu keributan, jadilah ia kemari.
"Ngomong-ngomong selamat atas kemenangan tim lo"
"Thanks, lo juga hebat" ucap danu.
Ya Sma antrik memang sempat melawan mereka di semi final dan sayangnya ia tersingkirkan, dan jadilah Sma alaska melawan sekolah niel tadi, Sma Alastra.
Sedangkan di posisi si kembar, mereka sedang berada di taman belakang gedung sekarang.
Dengan kapas dan obat di tanggannya vino dengan telaten mengobati luka di wajah yg mirip dengan wajahnya itu.
Ia tak menyangka vian akan kemari, bahkan beraksi seperti pahlwan kesiangan seperti tadi, padahal sudah di pastikan vian sibuk dengan soal-soal latihan di kamarnya.
"Thanks"
"Hm" setelah mengemas kotak obat itu vino mengalihkan pandangannya ke depan, hembusan nafas berat terdengar di telinganya.
"Untungnya gua dateng tepat waktu tadi, kalo nggak bisa lebam muka lo" ucap vian dengan memandang wajah kembarannya.
"Tapi lo nggak perlu sampe segitunya"
"Udah tugas gua lah No, kewajiban gua buat jaga adiknya" bantah vian.
"Hufttt ok makasih"
"Hehe sama-sama, lucu deh lo bilang makasih kaya gitu" dengan gemas vian mengacak rambut vino yg pasti basah karna keringat.
Bukannya jijik vian malah semakin mengacaknya, lain halnya vino malah merasa tertekan sekarang, hey! Dirinya sudah besar sekarang.
"Hisss"
"Hahahaa habisnya lo lucu kalo lagi gitu" kekeh vian.
Jujur vian merindukan sosok vino yg dulu, vino yang lembut dan ceria padanya, menampakkan kasih sayangnya, bukan seperti sekarang.
"Lo menang kan? Udah gua duga sih, apasih yg nggak bisa di lakuin Alvino Dekta Adinata" sanjung vian mencairkan suasana.
"Lo tanya yg nggak bisa gua lakuin? Yg nggak bisa gua lakuin yg pasti jadi kebanggaan mama papa"
"Heh udah lah No, cukup lo bahagiain diri lo sendiri, jangan karna mama papa, karna lo udah tau sendiri kan gimana reaksi mereka nanti" dengan tatapan sendu vian menatap vino.
"Nggak bisakah gua berharap yan?"
"Cukup lo buat tubuh lo capek buat mereka, bahkan mereka nggak liat bahkan ngelirik lo, gua nggak mau lo sakit lebih dalam lagi No, gua nggak mau"
"Sekarang lo udah bisa cukupin hidup lo sendiri, lo udah nggak bergantung sama merek, lo udah bebas No, bebas, nga5k ada lagi yg ngekang lo"
"Tapi gua cuma mau minta di hargai yan! Dihargai usaha gua selama ini! Bahkan mereka nggak mau nyebut gua anak mereka"
"Noo..."
"Setiap hari gua selalu mimpiin mereka! Mimpiin gimana mereka nyiksa gua! Gimana sakitnya masa kecil gua! Bahkan gua pernah nggak tidur supaya nggak mimpiin mereka!"
"Gua sendiri yan...sendiri..."
Tanpa mereka sadari beberapa orang memperhatikan mereka sedari tadi, yg tak lain dan tak bukan adalah selin dan beberapa teman vino.
"Gua nggak nyangka vino serapuh itu" ucap deren, ia baru kali ini melihat sisi lain seorang vino yg sudah ia anggap sebagai kakak nya itu.
"Dia nggak sekuat yg lo tau" ucap danu setelahnya.
"Bahkan vino selalu tampak tegar di hadapan kita" selin menimpali.
"Orang tua dia bener-bener kelewatan, gimana bisa vino yg banyak menang di lomba di sia siain gitu aja" kesal raka.
"Mereka cuma mau vino pinter akademik nya, dan vian yg ada di posisi itu, dan ya lo pasti tau setelahnya"
"Tapi gua tau vino kuat"
Perlahan mereka meninggalkan tempat itu, memberi ruang untuk saudara kembar itu menumpahkan keluh kesahnya, bagaimanapun mereka perlu ruang sendiri.
Di dalam pelukan kakaknya vino menagis dalam diam, hanya isakan kecil yg kadang terdengar di telinga vian, padahal vian tau menangis tanpa suara itu sungguh menyakitkan.
"Keluarin aja No, gua tau rasa sakit yg lo rasain, lo inget kita saling terhubung satu sama lain, jangan pernah ngerasa sendiri"
Ya vian dan vino memang memiliki ikatan yg kuat sedari kecil, sering kali vian merasa sakit apabila vino sedang di hukum oleh mama dan papanya.
Tak jarang vian menangis dengan sendirinya ketika vino merasa sedih dan tertekan, maka dari itu bila vino sedang dalam masalah vian akan merasa cemas, sangat cemas begitu pun sebaliknya.
Tak heran, mereka saudara kembar dan banyak juga anak kembar yg saling terikat sama seperti mereka.
"Boleh gua coba sekali lagi?" Tanya vino setelah melepas dekapan vian.
"Apapun asal itu baik dan bisa buat lo seneng gua pasti bantu" seulas senyum terbit di wajah vino, senyum yg begitu menawan.
Bahkan rasanya vian sudah lama tak melihat senyum itu lama sekali, mungkin 10 tahun atau lebih.
"Tetep jadi adik kecil gua, dan sekarang gua janji No, gua janji bakal jaga lo dari orang yg nyakitin lo"
"Gua sama lo cuma beda 10 menit doang"
"Eh gini-gini kan gua yg keluar duluan, jadi ya terserah gua"
"Hemm"
Dan ya begitulah pertemuan saudara kembar itu, meski di warnai tangisan dan sedikit lebam di wajahnya vian tetap senang.
Bagaimanapun luka ini ia dapatkan karna menolong adiknya, adiknya yg katanya hanya berbeda 10 menit darinya, tapi baginya itu tetap adiknya.
Adik yg sudah tanggung jawabnya untuk ia jaga.