Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Eros dan Emi.
Setelah selesai makan Evan memilih pergi bersama dewi, denagn alasan mereka akan pergi ke kafe milik Dion. Dewi tahu dimana letak kafe tersebut, melihat kepergian Evan bersama caca membuat hati dewi menjadi sangat sakit.
“Mereka terlihat sangat serasi ya din.” Ucap cila melihat Evan dan caca berjalan sambil bergandengan tangan keluar dari private room.
“Iya, aku nggak nyangka ternyata mereka berdua sudah kenal dan ternyata mereka sudah berpacaran. Hmm… aku penasaran apa mbak Emi dan mas Eros tahu ya jika putranya sudah memiliki kekasih.” Lirih dini tapi masih dapat cila dengar.
“Apa maksud kamu orang tua Evan,” dini mengangukan kepalanya, cila sendiri juga sangat penasaran akan hubungan Evan dan caca.
Dewi memilih memainkan handphonenya dari pada harus ikut ngobrol dengan dini dan cila, dia asik berkirim pesan dengan Sinta.
“”Sepertinya sudah hampir malam, kita pamit pulang dulu ya der.”
Deri melihat jam tangannya ketika Marcel ijin akan pulang lebih dulu bersama istrinya.
“Nggak nyangka ya cel, kita ngobrol jadi kelupaan waktu kayak gini.”
Tawa renyah terdengar di ruangan mereka, Marcel dan dini pamit terlebih dulu akan pulang. Sedangkan Deri, dini dan dewi menyusul setelah beberapa menit kepergian mereka.
Saat ini Deri yang mengemudikan mobil miliknya, karena Evan tadi pergi bersama caca. Jalanan yang terlihat lenggang membuat mobil Deri bergerak semakin leluasa melewati jalanan ke rumahnya, setelah menempuh perjalanan kurang dari tiga puluh menit akhirnya Deri dan keluarganya sampai ke kediamannya.
Saat akan memasuki gerbang, pak adi satpam rumah Deri berlari menuju ke mobil Deri dengan tergesa.
“Pak…” adi mengetuk jendela mobil Deri.
“Ada apa pak…?” Deri penasaran dengan apa yang akan adi katakan.
“Ada tamu, katanya orang tua mas Evan.”
Mendengar ucapan adi, Deri segera memasukkan mobilnya. Dia tidak sabar bertemu dengan kakaknya yang kata adi berada di dalam rumahnya, setelah menghentikan mobilnya mereka keluar dan segera menemui Eros dan Emi.
“Mas Eros, mbak Emi kapan sampai. Mau kesini kog nggak kasih kabar dulu.” Ucap Deri mendekati kakaknya yang sedang duduk santai bersama istrinya.
Mereka saling berpelukan untuk menumpahkan rasa kangen mereka, terlihat wajah gembira dari Eros dan Emi melihat Deri dan juga dini.
“Aku kebetulan mau bertemu relasi ku yang ada di kota ini, sekalian mampir. Katanya kalian makan malam diluar, trus Evan mana kenapa aku tidka melihat dia.” Tanya Eros yang melihat ke belakang Deri dan juga dini.
“Halo mbak… maaf lama menunggu.” Dini menyambut Emi dengan mencium kedua pipinya.
“Tidak apa apa, ini pasti dewi kan. Makin cantik aja kamu, tambah dewasa ya…” Emi melihat dewi dengan mata berbinar, begitu juga dengan Eros pandangannya langsung tertuju ke dewi yang berdiri di samping dini.
“Tanya bisa aja.” Dewi terlihat malu malu mendengar pujian dari Emi.
“Saat makan tadi kami bertemu dengan sahabat aku mas, dan ternyata anak dari sahabat aku adalah pacar dari Evan. Jadi sekarang mereka sedang pergi bersama, katanya mau ke kafe milik temannya yang ada di sini.”
Deri menjelaskan kepergian Evan ke Eros, mendengar penjelasan Deri tiba tiba Emi dan Eros saling bertatapan. Terlihat raut muka Eros dan Emi berubah pias, nampak wajah ketakutan di ana tata mereka.
“Pacar Evan apakah namanya caca.” Tanya Emi menatap Deri dengan wajahnya penuh penasaran.
“Iya mbak.” Jawab dini.
“Dari kapan mereka pergi.” Terdengar nada kalimat Eros semakin serius, sepertinya Eros tidak menyukai hubungan Evan dan juga caca.
“Setelah kami makan malam tadi mas, apa perlu aku hubungi Evan untuk segera pulang.” Tawar Deri yang akan menggambil handphonenya.
“Tidak usah der.”
Emi melihat wajah serius di raut muka suaminya, dia paham jika Eros saat ini sangat kecewa dengan Evan. Sedangkan Deri menjadi tidak enak hati karena membiarkan Evan pergi dengan caca tadi, dewi yang merasakan aura di ruangan itu terasa sangat horor memilih pergi ke kamarnya.
“Om, tante. Aku ke atas dulu ya, mau menyiapkan pelajaran untuk besok.”
“Oh iya sayang,” jawab Emi sambil melihat dewi.
Dewi melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya, sebenarnya dewi penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi di memilih diam dan tidak ingin kepo urusan orang lain, memilih masuk ke dalam kamar. Dewi segera mengganti pakaiannya dengan piyama tidur, sebelum tidur dewi memilih menyiapkan buku pelajaran yang akan dia bawa besok ke sekolah.
Terdengar notif berbunyi di handphone milik dewi, dengan segera dia menggambil dan membacanya. Terlihat notif dari Sinta yang mengirimkan sebuah foto, terlihat wajah Evan terpampang di layar handphone milik dewi.
“Anjrit… ni cowok cakep banget wi, aku mau deh jadi selingkuhannya.”
Kalimat yang terkirim bersama foto yang Sinta kirim membuat dewi tersendiri, dia mengirimkan capit om orang tertawa.
“Jangan mimpi kamu, pasti kamu ada di kafe saat ini kan.” Begitulah balasan yang dewi kirim.
“Tau aja sih kamu, btw kamu sekarang beralih profesi jadi paranormal ya. Bisa tahu posisi aku sekarang.”
“Tahu lah, udah aku mau tidur. Ngantuk, jangan lupa besok kita sekolah.” Balas dewi dan dengan segera dia menonaktifkan handphone miliknya.
Di sebuah kafe, terlihat Dion yang berulang kali melihat Evan dan juga caca yang duduk di meja bartender di depan Dion. Terlihat wajah Dion tampak tidak menyukai kedekatan caca dan Evan, caca yang selalu tersenyum melihat Evan. Membuat diakon merasa muak denagn kedua pasang kekasih yang baru rujuk kembali tersebut.
“Katanya kamu mau masuk kuliah di kampus YYY…?” Tanya caca sambil meminum jus jeruknya.
“Iya, kamu jadi kuliah ke LN…?” Tanya Evan penasaran, karena Evan tahu jika saat ini caca sedang hamil. Jadi menurut Evan jika caca kuliah akan mengganggu aktivitasnya nanti.
“Jadi, aku bulan lalu sudah mendaftar dan di terima di salah satu kampus di sana.”
“Tapi kehamilan kamu apa tidak mengganggu aktivitas kamu nanti.” Evan menatap perut caca yang terlihat masih rata.
“Nggak lah, semua bisa di atur van. Kamu tidak usah kawatir.”
Melihat kekawatiran di wajah Evan, caca menarik tangan Evan dan menggenggamnya. Dia tahu dan paham akan sifat Evan yang terlalu kawatir dengan kondisi caca saat ini.
“Ca, apa tidak sebaiknya kita menikah. Aku akan membiayai kuliah kamu, dan aku akan bertanggung jawab akan perbuatanku.”
Dion yang mendengar pembicaraan sepasang kekasih tersebut semakin serius memilih pergi untuk memberikan privasi untuk mereka, melihat kepergian Dion caca menjadi semakin lega untuk membicarakan hal yang lebih serius ke Evan.
“Tidak perlu, aku akan mengurus anak ini. Dan kamu fokus ke kuliah kamu aja, aku bisa kog sendiri di sana.”
“Tapi ca, dia anakku. Aku akan bertanggung jawab akan semuanya, aku juga mampu menanggung dan membiayai kuliah kamu.” Evan bersih keras ingin mempertangung jawabkan perbuatannya, karena selama ini dia juga bekerja walau kedua orang tuanya tidak pernah tahu akan pekerjaan yang tengah di lakukan.
“Kamu jangan kawatir ya, kehamilanku juga belum genap dua bulan. Jadi aku masih bisa menutupinya, jadi kamu tidak usah kawatir.”
Caca berusaha meyakinkan Evan, agar Evan percaya jika dia bisa menjalaninya dan bisa mengatasi semuanya sendiri di LN sana.
“Kamu yakin…” tanya Evan memastikan, caca pun mengangukan kepalnnya sambil tersenyum.
“Baiklah, kalau begitu aku akan menemui kamu sebulan sekali di LN. Bagaimana…?”
Wajah caca yang tadinya tersenyum seketika berubah pias, dia dengan segera menggelengkan kepalanya.
“Tidak… tidak… kamu tidak perlu sampai jauh jauh datang ke LN demi menemui aku, kita bisa VC jika kamu kangen sama aku.” Ucap caca terdengar beralasan,
Evan yang merasa caca sedang menyembunyikan sesuatu memilih menuruti kemauan caca terlebih dahulu, dia tidak ingin memaksakan keingainannya karena takut membuat caca stres dan tertekan serta tidak nyaman.
“Baiklah, aku akan VC kamu setiap hari jika kamu sudah sampai di sana. Aku harap kamu baik baik saja, dan aku harap kamu jaga anak kita.”
Evan dengan perlahan mengelus perut rata caca, mendapat perlakuan dari Evan caca seperti melambung di atas awan. Entah kenapa caca ingin sekali menangis saat ini, dengan cepat dia memeluk Evan dengan erat.