NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Ajeng memutus kontak netra itu lebih dulu. Perlakuannya yang tak terduga kadang memberikan efek kejut pada hatinya yang mendadak tak begitu nyaman. Hatinya membentengi diri untuk tidak baper, walau kadang perlakuannya membuat Ajeng sedikit terusik dan merasa nyaman.

Perempuan itu beranjak perlahan menuju kamar, Abi mengekornya. Ikut duduk di bibir ranjang, saat Ajeng hendak berbaring.

"Jangan khawatir, nanti aku pindah, aku hanya ingin menyapa anak kita lebih dulu sebelum terlelap," ujar Abi lembut. Seperti tahu betul tentang tatapan Ajeng yang tak menginginkan dirinya dekat.

Ajeng setengah merebah, rasanya ia ingin menolak saat Abi mengelus perutnya, menciuminya, lalu berbicara tingkat tinggi dengan bahasa yang kadang menyentuh qolbu. Alam pun seperti menyambutnya dengan begitu baik. Tanpa sadar Ajeng menikmatinya, hingga tak jarang sentuhan itu membuat perempuan itu merasa nyaman.

"Malam sayang, papa datang lagi buat nemenin kamu bobok, kamu selalu membuatku kangen. Sehari tak menyapamu rasanya begitu hampa. Sehat selalu ya, Nak, sampai nanti kamu lahir ke dunia. Aku sudah tidak sabar ingin memelukmu, menimangmu dan mengajakmu bermain. Menyambut aku saat pulang kerja," ucap pria itu sembari mengelus perut Ajeng yang sudah membesar.

Ajaib, bayi dalam perut Ajeng merespon sentuhan ayahnya hingga membuat pria itu kegirangan sendiri. Bayi itu menyambutnya dengan gerakan halus yang diberikan laki-laki itu.

"Aku merasakan gerakannya, Ajeng, dia tahu aku menyapanya. Dia tahu aku datang untuknya, dia bergerak, lihat dan rasakan bayi kita bergerak," pekik Abi kegirangan. Meraih tangan Ajeng untuk menyentuh perutnya.

Ajeng pun merasakan bayi dalam perutnya sering bergerak. Malam ini pria itu beruntung sekali, anak itu membalas dengan gerakan lembut yang mampu membuatnya takjub. Perempuan itu mengangguk, merasakan bahagia yang sama.

"Iya Mas, dia bisa merasakan kehadiranmu," tanpa sadar Ajeng terseyum haru. Sedekat itu kah ikatan anak dan ayahnya. Walaupun ia harus membuat batasan besar di antara keduanya, biarlah waktu yang tersisa menjadi kenangan indah masa-masa yang mungkin tidak akan terulang.

"Pindah Mas, udah kan ngobrolnya, aku mau tidur," usir Ajeng dengan hati tak karuan. Takut terlena dan merasa terbawa suasana yang nantinya akan membuat hatinya semakin terluka.

Perempuan itu memunggungi Abi yang masih duduk di ranjang. Selalu terselip perasaan yang tak nyaman mengingat ia berhadapan dengan suami orang. Bukan itu penyebab utamanya, jujur Ajeng sudah merasa sayang dengan bayi dalam kandungannya. Rasanya begitu sedih jika mengingat nanti tak bisa memeluk lagi setelah dua bulan ke depan tiba waktunya melahirkan nanti.

Perempuan itu tidur miring sambil memeluk perutnya sendiri. Merasakan pergulatan batin yang tak bisa membendung air matanya. Ia terpejam, menangis dalam diam dengan hati sesak.

Abi beranjak dari ranjang dengan perasaan tak rela, rasanya ingin memeluknya setiap saat. Setiap hari tanpa batas waktu. Kurang dua bulan lagi, pria itu sudah tidak sabar menyambut kehadirannya.

Sebelum beranjak, membenahi selimut Ajeng terlebih dahulu, lalu beralih ke sofa karena tidak ingin membuat perempuan itu merasa tidak nyaman.

Malam ini perempuan itu merasa begitu gelisah. Ditambah telepon siang tadi dari Hanan yang memintanya pulang untuk hadir ke sekolahannya. Di mana pengumuman kelulusan adiknya akan dibagi. Permintaan itu pun tak bisa Ajeng kabulkan lantaran kondisinya kini yang tak memungkinkan.

Membuatnya kepikiran semalaman, hingga ia pun gelisah karena jelas merasa kasihan dan bersalah. Di acara sepenting itu tak bisa membersamai adiknya, sebagai wali satu-satunya.

"Kenapa tidak istirahat, ini sudah malam, apa yang kamu pikirkan?" tanya Abi ikut bangkit dari sofa demi melihat istrinya yang bangun saat malam sudah begitu larut.

"Aku tidak bisa tidur, aku ingin pulang!" jawab Ajeng sendu. Sekuat hati jangan menangis di depan pria itu.

"Pulang? Ke mana?" tanya Abi merasa bingung.

"Apa aku boleh menghubungi seseorang, ada hal lain yang harus aku sampaikan," pinta Ajeng ragu. Takut pria itu akan murka mengingat kejadian dua bulan lalu, yang membuat dirinya seperti terpenjara di tempat sekarang.

"Siapa yang ingin kamu hubungi, ada perlu apa?" tanya Abi memastikan.

"Denis," jawab Ajeng lirih.

"Untuk apa? Kamu memikirkan pria itu sampai tidak bisa tidur? Lancang sekali," tukas Abi terlihat tak suka.

"Bukan itu, adikku besok perlu pendampingan ke sekolahan, aku tidak mungkin datang dengan kondisi seperti ini. Aku akan meminta tolong Denis untuk hadir di sana. Sebagai pendamping mengingat tidak ada wali yang hadir," jelas Ajeng cepat.

"Biar aku yang datang, aku akan menjadi wali untuknya." Tanpa diduga Abi menyanggupinya.

"Alasannya apa? Bahkan dia tidak mengenalmu." Ajeng jelas tidak setuju.

"Biar menjadi urusanku, tidurlah ini sudah terlalu larut," titah pria itu kembali mendekati ranjang.

"Tapi Mas—"

"Kenapa? Ada lagi yang kamu pikirkan?" tanya Abi memastikan.

Ajeng menggeleng walau tidak yakin. Ia hanya merasa kasihan jika di hari penting dan bersejarah untuk adiknya yang sekali seumur hidup itu tidak bisa memenuhinya.

"Mau ke mana? Aku menyuruhmu tidur, Ajeng."

"Haus, mau ambil minum," jawabnya beranjak.

"Biar aku saja, tunggu saja di ranjang," cegah pria itu berjalan cepat menahannya.

Ajeng pun menurut, malam hari semenjak kehamilannya menginjak tujuh bulan sering merasa haus dan gerah. Kalau Abi sedang tidak menginap, Ajeng biasanya memakai pakaian yang tipis dan sedikit terbuka. Tetapi kalau Abi sedang menginap, tentu saja Ajeng tidak sebebas biasanya.

"Ini minumnya?" ujar Abi menyodorkan segelas air putih.

"Makasih," jawab Ajeng meneguknya hingga separonya.

Perempuan itu mengatur suhu AC yang jelas merasa terlalu dingin untuk penghuni lainnya. Membuat pria itu bertanya-tanya.

"Ini terlalu dingin, nanti kamu masuk angin," tegur Abi tak setuju.

"Aku gerah Mas," jawab Ajeng jujur. Bingung cara menjelaskan ketidaknyamanannya.

"Kalau gerah, kenapa pakai pakaian setebal itu. Pasti tidak nyaman, ganti saja."

Ajeng menatap ragu, tidak mungkin menuruti keinginan Abi yang jelas akan membuat dirinya malu.

"Kenapa? Tubuhmu halal untuk penglihatanku kalau kamu mau," jawab Abi dengan entengnya.

"Aku tidur di kamar sebelah saja," ucap Ajeng mengalah.

"Tetap di sini, aku tidak akan melampaui batas, izinkan aku tidur di ranjang agar sedikit merasa hangat. Tak perlu kau rubah suhu AC-nya," pinta pria itu menahan istrinya.

Ajeng nampak ragu, namun memang suasana ruangan kamar yang diatur suhu menurut seleranya terlalu dingin untuk ukuran normal.

"Tidurlah, cari tempat ternyamanmu, aku tidak akan mengusikmu!" ucap Abi entah yang keberapa kalinya.

Ajeng pun akhirnya menurut, sedikit lebih nyaman setelah membuang selimutnya, pria itu bolak-balik membenahinya tanpa lelah.

Ibu hamil serusuh itu, padahal Abi merasa dingin, entah mengapa Ajeng malah kegerahan.

"Ya ampun ... dibuang lagi, kamu nggak dingin apa? Lepas aja baju kamu yang panjang itu," gumam Abi menggeleng tak percaya.

1
SiFa
Luar biasa
Devi Mirnawati
Lumayan
Sugiarti Arti
Luar biasa
Masitoh Itoh
abi mengambil kesempatan tidur sambil memeluk ajeng
Heni Nurhaeni
Luar biasa
Dewa Rana
mamanya udah tau belum kebenarannya
Dewa Rana
shock saja gak pakai therapy Thor
Dewa Rana
sepotong hati yg bertaut. apa maksudnya Thor?
Irma Saodah
Luar biasa
Anonymous
A
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
Ida Sriwidodo
Lohh.. Harsa itu kan dosen di kampus Hanan di Bandung yang pernah nyamper ke rumahnya Ajeng bawa makanan buat Ruby..?
🤔🤔🤔
Yang datengnya barengan sama Abi?? 🤔🤔
Evy
Bukankah kalo masih perawan tidak dianjurkan untuk melakukan inseminasi ya..
Naura Sintia
yaampun banjang banget Derama nya kasian Abi nya dong..TPI di tunggu aja deh..semangat Thor💪💪🤩
Naura Sintia
ko kaya bahasa Viki Prasetyo ya🤭😁
Dewa Rana: betul, banyak kata2 yg gak cocok
total 1 replies
Effie
hai kakak author novelnya bagus banget, boleh mampir lah ke novel ku . hehe
Tini 89
harusnya panggil mbak jangan aku
MyFamily
melentangkan tangan = merentangkan tangan
ceritanya menarik tp bahasanya msh agak kaku antara kakak dgn adik
aryuu
ini harusnya JLEB/Chuckle/
MyFamily
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!