tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Gengs aku up 3 bab dengan panjang ya. Jadi seperti biasa gas komen gas like. Di baba akhir ada kejutan gengs
“Meninggal?” Satu kata itu yang membuat Gueen tercengang, wanita cantik itu menatap Alona dengan tatapan tidak percaya. Jantung Gueen seperti berhenti berdetak. Ya, masa lalu mereka memang buruk, bahkan kalindra meninggalkan trauma mendalam untuknya, tapi ketika mendengar lelaki itu meninggal. Tentu saja Gueen terkejut.
“Ka-kakak, jangan bohong. Mana mungkin Ka Kalindra meninggal,” ucap Gueen dengan terbata. Matanya langsung mengembun ketika mengetahui hal itu.
Alona tersenyum. “Gueen, banyak sekali hal yang terjadi selama 5 tahun ini, dan kalindra meninggal karena mempunyai penyakit. Jadi dia tidak bisa mempertahankan hidupnya. Kami tidak mau memberitahukan kabar ini, karena kami tidak ingin mengganggumu yang sudah bahagia dengan keluargamu dan juga ....”
“Kakak, berbohong, kan. Kak, Kalindra masih hidup,” ucap Gueen yang masih tidak percaya dengan ucapan Alona.
“Hmm, Kalindra memang masih hidup. Tapi kondisinya tidak sebaik yang kau kira.” Sayangnya Alona hanya bisa mengatakan itu dalam hati, dia dan kedua orang tuanya sudah sepakat tidak akan memberitahukan apa yang terjadi pada Kalindra.
“Lalu, jika benar, dia mana makam Kaka?"
“Pemakaman Kalindra di di Rusia, dia di makamkan dekat kakek dan nenek kami," balas Alona, dia berusaha untuk berbicara meyakinkan.
“Kak, tolong katakan ini berbohong,” ucap Gueen yang terus mengulang ucapannya. Karena dia benar-benar tidak percaya.
“Seandainya bisa, aku ingin mengatakan dia masih hidup, tapi nyatanya Kalindra sudah tidak ada. Gueen kenapa kau masih memperhatikan dia, dia sudah sangat menyakitimu, merusak mentalmu secara habis-habisan," ucap Alona karena bisa melihat bahwa Gueen terpukul.
“Tidak, aku yakin kakak berbohong." alih-alih menjawab pertanyaan Alona. Gueen malah terus mengulang pertanyaannya.
“Tidak Alona. Kau boleh tanya pada kedua orang tuaku,” balas Alona lagi. Wanita itu pun melihat jam di pergelangan tangannya, hingga dia memutuskan untuk bangkit dari duduknya.
“Maaf aku harus pergi ke suatu tempat, mungkin sebelum aku pulang ke Rusia aku akan mampir ke rumahmu,” ucap Alona yang lebih memilih pamit dia tidak ingin terus menjawab pertanyaan Gueen, karena dia tidak ingin Gueen ragu padanya.
***
Gueen turun dari mobil, wanita itu baru saja sampai ke rumah orang tuanya. Tadi, saat menyetir Gueen, merasa tubuhnya tak karuan pikirannya terus berpusat pada Kalindra, feelingnya mengatakan bahwa kalindra masih hidup. Tapi dia juga tidak mungkin meragukan Alona. Mana mungkin wanita itu bermain-main tentang kematian Kalindra, apalagi dia tahu hubungan Alona dan kalindra sangat dekat
“Gueen, kau kenapa?" Tanya Helmia ketika Gueen masuk ke dalam rumah, dia langsung bertanya ketika melihat putrinya berjalan dengan tatapan kosong.
“Mo-Mommy, Kalindra meninggal,” ucap Gueen dengan terbata. Helmia sama sekali tidak terkejut, Karana dia sudah tau kondisi Kalindra.
“Oh, Mommy pikir ada apa.”
“Kenapa Mommy tidak terkejut?" Tanya Gueen.
“Gueen, dia bukan urusanmu lagi,” kata Helmia lagi. “Apapun yang terjadi padanya bukan urusanmu, Mommy tidak ingin kau memikirkan tentang dia lagi. Ya, sudah cepat istirahat nanti malam Kayra akan makan di sini dan kita akan makan bersama-sama,” ucap helmia hingga Gueen mengangguk lesu. Lalu, setelah itu Gueen langsung berjalan ke kamar.
Gueen mendudukkan diri di ranjang, tatapan mata wanita itu menatap lurus ke depan Kalindra memberikannya sejuta Luka. Tapi entah kenapa ketika mendengar lelaki itu meninggal. Rasanya aneh. Bukankah seharusnya dia tidak peduli lagi dengan kalindra. Lalu kenapa sekarang Seperti ini
***.
"Ayo Sayang," ajak Joseph pada Kaira. Lelaki itu mengulurkan tangannya hingga Kaira pun turun dari mobil. Saat ini, mereka baru saja sampai di kediaman Joseph, tentu saja karena Kaira akan makan malam bersama keluarga Josep.
"Halo Bibi," sapa Kaira ketika dia masuk ke dalam rumah dan disambut oleh Helmia, lalu setelah itu Helmia langsung mempersilakan Kaira untuk duduk, sedangkan dia kembali mengontrol makanan yang sedang disiapkan oleh pelayan. Setelah semuanya selesai, Helmia langsung menyuruh pelayan untuk memanggil Gueen.
Lalu tak lama, terdengar suara derap langkah, rupanya Gueen yang datang membuat Helmia menggeleng karena mata putrinya terlihat sembab.
"Gueen," panggil Helmia, hingga Gueen tersadar. Gueen pun tersenyum samar.
"Iya Mommy?" sahutnya
"Sapa dulu kakak iparmu," ucap Helmia hingga Gueen mengangguk, kemudian berjalan ke arah sofa di mana Kayra dengan Joseph sedang duduk.
"Halo," sapa Gueen, dia menyapa Kaira tanpa bersemangat hingga Kaira menoleh.
"Halo Gueen," jawabnya.
"Aku pergi ke meja makan duluan," ucap Gueen yang tidak ingin basa-basi dengan calon kakak iparnya karena sedari awal, entah kenapa dia tidak menyukai Kaira.
"Gueen masih terlihat tidak menyukaiku," keluh Kaira ketika Gueen sudah meninggalkan mereka.
"Nanti lambat laun juga dia pasti akan menyukaimu. Jika kau ingin mengambil hati ibuku, ambil juga hati Gueen karena sekarang di mata ibuku hanya ada Gueen, Gueen dan Gueen," ucap Joseph sambil tertawa karena setelah Gueen kembali, Gueen benar-benar diratukan oleh ibunya.
Acara makan malam berlangsung dengan penuh sukacita, di mana Joseph dan Helmia serta Zico mengajak Kaira untuk berbincang-bincang, berbeda dengan Gueen yang tampak melamun.
"Gueen, are you okay?" tanya Zhico ketika melihat putrinya makan dengan tidak bersemangat.
Gueen menggeleng. "Aku tidak baik-baik saja, aku tidak enak badan," dusta Gueen karena sedari tadi dia benar benar tak bisa berhenti memikirkan Kalindra.
"Kenapa kau turun jika kau tidak enak badan?" tanya Helmia.
"Tadi Mommy yang menyuruhku turun," protes Gueen.
"Ya sudah naik saja ke atas, istirahat," kata Helmia lagi sedangkan Kaira yang melihat interaksi Helmia dan juga Zhico hanya menggigit bibirnya. Dia takut Gueen masih tidak menyukainya dan dia takut itu berimbas pada Helmia, bagaimana jika nanti Helmia tidak menyukainya.
***
Helmia mengetuk pintu kamar Gueen dan memanggil nama Gueen. Barusan, Setelah makan malam, dia langsung menyusul putrinya karena dia tahu ada yang sedang dipikirkan oleh Gueen hingga tak lama, pintu terbuka secara otomatis karena Gueen menekan tombol. Gueen dengan cepat menghapus air matanya, entah kenapa sedari tadi ketika mendengar Kalindra meninggal, rasanya Gueen begitu mellow walaupun tidak ada kenangan baik bersama lelaki yang pernah dianggap kakaknya, tapi tetap saja ini menyesakkan.
"Gueen, Mommy mohon stop jangan pernah memikirkan dia lagi," ucap Helmia ketika berada di samping Gueen.
"Kenapa Mommy tidak mengerti?" tanya Gueen hingga Helmia langsung mendudukkan diri di sebelah putrinya.
"Gueen cukup, Mommy tidak ingin kau seperti ini hanya karena dia. Ini bukan salahmu jika dia meninggal, itu sudah takdirnya," jawab Helmia yang berusaha menyadarkan Gueen.
Gueen merebahkan kepalanya di paha ibunya hingga Helmia langsung mengelus rambut Gueen.
"Mommy, apa jika aku tidak menyukai Kaira, Mommy juga tidak akan menyukainya?" Gueen malah membahas topik lain dengan ibunya. Entah kenapa ketika mendengar ibunya menyuruh dia untuk tidak menangis karena kematian Kalindra, dia tidak bisa hingga dia dengan cepat mengalihkan pembicaraan walaupun hatinya masih sesak.
"Maksudmu bagaimana?" tanya Helmia.
"Aku tidak menyukai Kaira, jadi jika aku memberi pilihan pada Mommy, Mommy akan tetap menyayangiku atau menyayangi dia?" tanya Gueen lagi membuat Helmia tertawa.
"Gueen tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatimu, bahkan Joseph atau Daddy tidak boleh ada yang memarahimu," kata Helmia lagi.
"Kenapa kau tidak menyukai Kaira? Dia baik, dia cantik," sambung Helmia lagi.
"Jangan memuji dia," kata Gueen, dan lagi lagi membuat Helmia tertawa.
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭