Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan yang Sulit
Wanita cantik itu melihat Shelomitha dengan sesama, dia seolah pernah melihat gadis cantik imdi di depannya. "Tante, sepertinya pernah kenal sama wajah kamu?" Dia sepertinya sedang berpikir.
"Iya, saya teman Dewa, waktu itu kita hanya pernah bertemu beberapa kali, Tante."
"Iya, mungkin. Maaf tante agak lupa juga."
"Iya, tante tidak apa-apa. Saya tadi ke sini karena mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpa Dewa, saya turut prihatin dan semoga Dewa keadaannya segera membaik."
"Iya, terima kasih doanya." Mamanya Dewa ini masih mencoba mengingat siapa gadis di depannya ini.
"Saya permisi pulang dulu kalau begitu karena saya sudah lama tadi berada di sini, di rumah juga ada anak saya yang sedang menunggu." Shelomitha tersenyum.
"Kamu sudah punya anak?"
"I-iya, Tante." Shelomitha terlihat agak bingung. "Kalau begitu saya permisi dulu ya, Tante dan Aira." Shelomitha mengecup punggung tangan wanita paruh baya itu dan Aira mengantarkan Shelomitha sampai ke depan pintu.
"Sampai ketemu lagi ya, Aira. Tolong jaga Dewa baik-baik." Shelomitha tersenyum pada Aira.
"Kamu juga jaga diri baik-baik." Aira dan Shelomitha saling berpelukan. Di hati Aira yang paling dalam dia sangat kasihan melihat Shelomitha. Dia sama sekali tidak merasa marah bahkan terganggu dengan kedatangan Shelomitha, walaupun kedatangan Shelomitha benar-benar mengejutkannya.
"Shelomitha, tunggu!" panggil mamanya mas Dewa. Shelomitha yang sudah separuh badannya di pintu keluar kembali masuk ke dalam.
"Ada apa, Tante?"
"Apa benar kamu adalah mantan kekasih Dewa dulu waktu kalian masih sekolah?"
Deg!
Aira dan Shelomitha saling berpandangan. "Aku baru ingat sekarang siapa kamu. Kamu Shelo yang Dewa pernah kenalan dulu. Dewa bilang jika kamu adalah teman dekatnya.
"Iya, saya memang dulu pernah berpacaran dengan Dewa."
"Tante tidak melarang kamu menjenguk Dewa, tapi Dewa sekarang sudah memiliki calon istri, yaitu Aira. Aira, apa kamu sudah tau tentang Shelo?"
Aira mengangguk. "Shelomitha sudah mengatakan padaku siapa dia, Tante, dan aku tidak merasa terganggu."
"Tante, saya ke sini tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin menjenguk Dewa saja."
"Kalau mau menjenguk, sebaiknya kamu ajak suami kamu, bukannya kamu sudah berkeluarga?"
Shelomitha melihat sekali lagi pada Aira. "Suami Shelomitha sedang di luar kota, Tante, tadi dia sudah mengatakannya padaku," Aira terpaksa berbohong.
"Iya. Tante, saya permisi dulu karena kasihan anak saya di rumah." Wanita paruh baya yang masih cantik itu mengangguk mengiyakan.
***
Aira memutuskan untuk kembali masuk kuliah lagi karena bagaimanapun dia harus memikirkan juga tentang pendidikannya. Secara diam-diam Shelomitha sering menemui Dewa, hanya untuk sekadar melihat keadaan Dewa. Shelomitha sebenarnya masih sangat mencintai Dewa, tapi dia juga sadar jika Dewa sudah memilki wanita yang sangat dia cintai, yaitu Aira.
"Ai, kenapa tidak dimakan itu makanan kesukaan kamu? Aku sudah memesankan makanan itu untuk kamu." Niana menunjuk mangkuk bakso yang sama sekali tidak disentuh oleh Aira.
"Aku sudah kenyang, Na," jawabnya malas.
"Kenyang dari mana? Kamu saja belum makan tadi mama kamu menghubungi aku untuk menyuruh kamu makan. Sudahlah, Aira! Life must go on, kamu itu harus semangat untuk hidup. Bagaimanapun juga kamu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat mas Dewa bangun dari komanya. Kita hanya bisa berdoa, Ai." Tangan Niana memegang tangan Aira.
"Apa jika aku pertemukan mas Dewa dengan anaknya, mas Dewa bisa sadar ya?" tiba-tiba Aira berdialog sendiri.
"Anak?" Niana bertanya dengan raut wajah bingung. "Maksud kamu apa, Ai?"
Aira melihat ke arah sahabatnya dengan wajah terlihat sangat aneh. "Mas Dewa sudah punya anak, Na!"
Seketika mulut Niana mengangga dengan lebar dan matanya hampir keluar karena terkejut. "Mas Dewa punya anak? Sama siapa?"
"Sebenarnya ada hal dari masa lalu mas Dewa yang aku saja baru ketahui. Masa lalu yang benar-benar aku bahkan kamu juga tidak akan menyangkanya, Na! Mas Dewa sudah mempunyai anak dari mantan kekasihnya."
"Kamu serius, Ai?"
"Iya, Na. Mas Dewa dan Shelomitha dulu pernah berpacaran, mereka berdua sampai terlibat dalam hubungan yang semakin dalam sampai pada akhirnya Shelomitha hamil dan mas Dewa tidak tau karena mereka sempat bertengkar hebat dan Shelomitha pindah ke luar negeri."
"Kamu kok bisa mengetahui hal itu, Ai?"
"Aku bertemu dengannya di rumah sakit, dan dia berada di kamar rawat mas Dewa. Aku kasihan dengannya, Na. Dia membesarkan sendiri putranya dengan mas Dewa karena kedua orang tuanya membuangnya saat mengetahui Shelomitha hamil."
"Ya Tuhan!" Niana sampai menutup mulutnya saking terkejutnya. "Lalu, kamu sekarang bagaimana setelah mengetahui hal itu, Ai?"
Aira diam sejenak, dia melirik sebentar pada Niana yang sudah siap menunggu jawaban Aira. "Apa aku salah jika tetap mempertahankan keinginanku untuk menikah dengan mas Dewa, Na?"
"Aku jadi bingung juga kalau begini." Niana menggaruk-garuk kepalanya bingung.
"Jujur aku kasihan mendengar semua yang diceritakan Shelomitha padaku. Hal itu membuat hatiku benar-benar sedih dan merasa bersalah."
"Kenapa kamu jadi merasa bersalah? Bukan kamu penyebab semua hal yang terjadi dalam hidup mas Dewa dan Shelomitha itu."
"Iya, tapi aku merasa bersalah karena kenapa aku hadir dalam kehidupan mereka sekarang. Anak mas Dewa masih kecil dan dia ingin sekali tinggal dengan ayahnya. Aku membayangkan bagaimana beratnya Shelomith dalam membesarkan anaknya sendirian."
"Ya berat sih, Ai, tapi, kan, itu bukan salah kamu juga. Lalu bagaimana sekarang? Apa kamu mau melepaskan Mas Dewa saja untuk bersama mantan serta anaknya setelah dia sadar nanti? Atau kamu tetap akan menerimanya dengan semua masa lalunya itu?"
Aira tidak bisa berpikir dia hanya melihat ke arah Niana sahabatnya. Aira benar-benar dibuat bingung dengan pertanyaan Niana. Di sis lain dia sangat mencintai Mas Dewa dan di lain pihak dia juga kasihan dengan anak kecil yang diklaim sebagai anak dari mas Dewa dengan Shelomitha. Anak laki-laki itu pasti menginginkan mempunyai orang tua yang sempurna. Dia bisa saja nanti menjadi ibunya, tapi apa Aira akan siap menjadi seorang ibu di usia yang masih muda?
Aira sebenarnya mempunyai rencana, setelah menikah dengan mas Dewa. Dia tidak ingin memiliki anak dulu. Namun, sekarang dia dihadapkan pada hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, dia akan menikah dengan seseorang yang sudah memilik anak dari masa lalunya.
"Aku tidak tau, Na! Aku bingung. Argh ....!" Aira tiba-tiba menangis dia menundukkan wajahnya di meja. Niana yang melihat hal itu matanya membelalak lebar dia beranjak dari tempat duduknya dan berpindah duduk di samping Aira.
"Ai, sudah, ya, jangan menangis." Niana mencoba menengkan Aira. Dia sendiri sangat bingung apa yang harus dia lakukan? Niana tau masalah yang sedang dihadapi sahabatnya ini sangat sulit.