"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis cengeng itu.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
Tiba di kampus tempat dia akan menimba ilmu. Zivanna langsung berjalan masuk mencari ruangan tempat dia akan menimba ilmu. Selama dia melewati jalan masuk ke dalam, semua mata memandang ke arahnya. Ada yang memandang takjub karena kecantikannya. Ada pula karena tidak menyukainya.
Devan dengan sengaja memasukkan gadis itu di universitas ternama yang ada di kota Y. Tentu saja dia memiliki niat tertentu. Padahal dia tidak mau membiayai sekolah nya. Sekolah ini hanyalah tempat anak-anak orang kaya saja. Bila pun ada dari kalangan biasa, itu karena mereka mendapatkan beasiswa sehingga bisa masuk ke perguruan tinggi yang bergengsi itu.
"Hey lihat lah, gadis itu sepertinya anak baru juga. Sangat cantik, ya!" ucap salah satu siswi pada tiga orang temannya.
"Iya, dia memang cantik. Tapi apa kamu tidak melihat, jika tadi wanita itu turun dari kendaraan umum. Pasti dia bisa masuk ke sini karena beasiswa kan?" jawab temannya yang juga sedang melihat Zizi berjalan kearah mereka.
"Cantik jika miskin tetap saja dia tidak ada artinya kan? sudahlah tidak penting kita membicarakan gadis miskin tidak berguna. Lebih baik kita pergi dari sini" ajak wanita paling cantik di antara yang lainnya.
Sementara itu, Zizi pergi ke ruangan tempat dia akan mulai belajar dan mengenal satu sama lain. Tadi dia memang sudah bertanya lebih dulu pada seorang mahasiswa di mana letak gedung pakultas Akuntansi jurusan yang di ambilnya.
Tiba di depan kelasnya, gadis itu langsung berjalan masuk tanpa memperdulikan yang mandang kedatangannya ke dalam ruangan itu. Lalu diapun memilih bangku yang kosong tapi tempatnya ada di pinggir seorang gadis berambut pirang yang sedang duduk seorang diri.
"Hai! Apa aku boleh duduk di sini?" sapa Zizi ramah.
"Hai juga, silahkan duduk! Tempat ini memang masih kosong," balas nya melihat kearah Zizi yang masih berdiri.
"Kenalkan nama aku, Zivanna!" Zizi lebih dulu memperkenalkan dirinya, karena sadar dia membutuhkan seorang teman.
"Hallo Zi, kenalkan juga, mamaku Maureen. Senang berkenalan dengan dirimu" gadis itu juga ikut memperkenalkan dirinya tak kalah ramah pula dari Zizi.
"Apa kamu baru masuk hari ini?" Zizi bertanya karena melihat Maureen tidak memiliki teman, sama seperti dirinya.
"Tidak, aku sudah masuk beberapa hari yang lalu. Aku memang tidak memiliki teman. Aku bisa masuk ke sini karena dapat beasiswa bukan seperti kalian." Maureen yang tau maksud pertanyaan Zizi pun langsung menjelaskan.
"Jika begitu kita sama. Aku bisa masuk ke sini juga karena dapat beasiswa. Jadi mulai saat ini kita bisa berteman kan?" dusta Zizi yang tidak mungkin mengatakan jika dia bisa masuk ke sana karena suaminya yang memasukan dia dengan gampang. Sehingga dia tidak perlu melalui tes apapun. Hanya saja Zizi harus membayar uang sekolahnya sendiri setelah ini.
"Benarkah? Tapi kamu tidak terlihat seperti dari--- Eh maafkan aku, Zi. Aku tidak bermaksud lain," Maureen langsung meminta maaf takut Zizi tersinggung mendergar ucapannya.
"Tidak apa-apa Reen. Aku memang bukan dari keluarga kaya, jadi tidak usah merasa tidak enak. Aku akan memangil namamu Reen saja, ya? Jika aku memangil Maureen rasanya panjang sekali. Kamu juga cukup pangil aku Zizi saja." kata Zizi menyetuh tangan Maureen yang berada di atas meja.
Ketika mereka masih mengobrol. Salah satu pria datang dari arah luar. Dia mengatakan jika hari ini mereka belum mendapatkan tugas ataupun pelajaran lainnya. Jadilah mereka hanya mengisi absen saja, setelah itu mereka bebas asalkan tidak meninggalkan kampus sampai jam pulang datang.
"Zi bagaimana jika kita keluar untuk mengenali kampus ini. Aku sendiri juga belum sempat berkeliling untuk lebih mengenal tempat ini." ajak Maureen bersemangat karena sekarang dia sudah memiliki teman yang setara dengan dirinya.
"Em, boleh juga. Aku memang belum tahu tempat ini. Ayo kita pergi sekarang, lagian mau ngapain juga kita diam di sini jika tidak belajar." Zizi pun tak kalah semangat nya.
Baru menampakkan kaki di tempat ini tadi, Zizi sempat takut bila tidak mendapatkan teman. Sebab dia sadar begitu banyak pandangan merendahkan sewaktu dia turun dari kendaraan umum. Sedangkan anak-anak yang lain, mereka rata-rata keluar dari mobilnya masing-masing, berbeda dengan dirinya.
Meskipun, dia istri dari seorang CEO dari perusahaan raksasa di kota Y. Tetap saja itu tidak merubah setatusnya yang hanya anak yatim. Sampai sekarang Devan memang tidak merubah nama belakangnya menjadi Atmaja. Melainkan tetap menjadi Zivanna Lois.
Tiba di luar Zizi dan Maureen berjalan dari gedung satu ke gedung satunya lagi. Kedua gadis itu memang dengan sengaja menjelajahi gedung bertaraf internasional itu satu persatu. Agar lebih mengenal tempat itu.
"Zi, ayo kita duduk di sana dulu. Rasanya kaki aku sudah tidak kuat lagi untuk berjalan." Maureen menarik Zizi duduk di taman yang tidak jauh dari mereka. Zizi yang merasa sudah lelah pun hanya mengikut saja.
"Siapa gadis itu? Dia cantik sekali, aku baru melihatnya hari ini," tanya seorang lelaki kepada dua orang teman di belakangnya. Sehingga yang di tanya pun menoleh kearah pandangan temanya itu.
"Gadis ini...Sepertinya aku pernah melihatnya! Tapi di mana ya? Apakah dia gadis cengeng yang menagis karena lama menunggu kakaknya malam itu?"
Pemuda itu bertanya-tanya sambil mengingat wajah wanita yang dia temui kemarin malam.
"Entahlah, mungkin iya. Mana kita tau, dia baru atau sudah lama. Ada ribuan gadis yang sekolah di sini kan." jawab teman satunya lagi. Tapi berbeda dengan teman yang satunya, dia langsung berjalan mendekati tempat Zizi.
"Hai! Kamu gadis cengeng kemarin malam kan?" tanya nya begitu tiba di depan Zizi dan Maureen.
"Kamu!" tunjuk Zizi kaget, karena dia memang masih mengingat wajah yang dia kira hantu saat sedang menangisi Devan bersama wanita lain.
"Ternyata benar itu kamu! Sudah aku duga saat pertama melihat, mu tadi." pemuda itu tersenyum sebelum dia memperkenalkan dirinya.
"Kenalkan namaku, Kevin! Nama kamu siapa?" Kevin mengulurkan tangannya pada wanita yang dia bilang cengeng.
"Namuku Zivanna! Kenalkan ini sahabat ku, namanya Maureen." sambut Zizi ikut memperkenalkan sahabatnya juga.
"Malam itu aku memanggil, mu. Tapi kamu sudah di bawa pergi oleh pengawal kakak, mu. Apakah malam itu kamu dimarahi olehnya?" Kevin ikut duduk di bangku kosong yang ada di dekat Zizi setelah berkenalan dengan Maureen.
"Tidak, kakak, ku hanya khawatir saja. Makanya dia mencari, ku." gadis itu tersenyum seolah-olah tidak terjadi sesuatu padanya malam itu. Padahal yang terjadi dia sampai di kurung di dalam kamar mandi.
*BERSAMBUNG.....🤗*
.
.
.
.
jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya ya 🤗
Agar Mak author semangat juga buat lanjutin ceritanya.
TERIMAKASIH 🙏😘😘😘