Seorang gadis sederhana berusia 19 Tahun merupakan anak dari seorang petani yang menjadi mahasiswi kedokteran dan sudah menempuh semester 3. Mengejar cita-cita menjadi seorang Dokter, untuk menggapai cita-cita dengan membiayai pendidikannya ia harus bekerja di sela-sela kuliahnya. Namun, ada suatu hal yang sebenarnya ia sembunyikan dari semua orang!
Keinginannya menjadi seorang Dokter sirna ditelan ombak terjang oleh sebuah keterbelengguan dengan seorang pria. Yang di mana keluarga pihak pria datang meminta ia menikah dengan putranya dan sebelum hal itu terjadi ia sempat menolak.
Namun, Takdir tetap membawanya dalam perangkap itu sehingga harus menggugurkan cita-citanya yang tidak bisa dilanjutkan.
Dia terus terbelenggu dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai CEO di perusahaan tempatnya bekerja yang memiliki penyakit aneh disembunyikan dari semua orang!
Dia menjadi salah satu seorang wanita di dunia ini yang tidak membuat seorang Tuan tidak bereaksi pada penyakitnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnrfitri_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Demam
Arya melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi padanya saat ini benar-benar menyiksa batin dan jiwanya.
Ia tidak tahu melajukan mobilnya kemana, pikirannya sedang kacau dan kosong, yang ia inginkan ia pergi meninggalkan semua keluarganya. Kita tidak tahu dibalik sosoknya yang angkuh dan juga dingin, ternyata menyimpan sejuta kesedihan yang membekas.
Tanpa di sadari, Mobil terhenti di depan perusahaan. Ia keluar dan menutup pintu dengan membanting keras. Suasana dalam perusahaan sudah sepi tidak ada seorang pun di sana, karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 20.15 WIB.
Para karyawan sudah kembali ke rumahnya masing-masing dan akan kembali besok pagi untuk bekerja.
Arya menyusuri setiap jalan, pikirannya tidak terbuka hanya kakinya lah bekerja yang membawanya entah kemana.
Ia juga tidak sadar jika ia sedang berada di dalam lift yang menunjukkan akan meluncur ke lantai 50, tepat merupakan ruangannya berada.
Lift pun terbuka, dan ia keluar. Begitu saja terus kakinya bekerja.
Di suatu kondisi yang jauh tidak dapat terlihat jelas oleh mata, rupanya masih saja ada pegawai yang bekerja sampai larut malam. Ia sedang mengepel lantai dan belum mengetahui jika di belakang ada orang yang berjalan, ia terus memundurkan diri dengan alat pelnya.
Sampai ujung pel tersebut menusuk mengenai dada Arya yang kesakitan sehingga mulai merasuki kembali jiwa dan raganya ke dalam tubuhnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Dini, ia sama terkejutnya melihat presdirnya tepat berada di belakang. Setelah yang ia ketahui jika Arya sudah kembali dari tadi lalu, bagaimana ia bisa kembali dengan keadaan ada darah di sudut bibir dan telinganya.
"Tu-tuan A-anda! Ke-kenapa anda bisa ada di sini? Maafkan saya Tuan, Saya tidak tahu jika Tuan berada tepat di belakang. Saya pikir sudah tidak ada orang di perusahaan ini, semuanya sudah pulang begitupun dengan anda sendiri yang pulang lebih awal dari biasanya." Ucap Dini yang gugup ketakutan
Arya tidak menggubris. Ia malah berjalan mendekati Dini. Dini pun berjalan mundur namun, Arya menarik tangan Dini dan menarik paksa ke dekapannya. Ia memeluk Dini dengan begitu erat, menelungkupkan kepalanya di pundak Dini. Tentu saja hal itu membuat Dini terkejut dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Seorang pria yang sering memaki dirinya setiap saat, saat ini terlihat lemah, letih dan tidak berdaya sedang memeluknya dan menangis.
"Tu-tuan, Anda!!" Dini berusaha melepaskan pelukannya dengan mendorong tubuh Arya namun, Arya malah semakin menarik Dini mengeratkan pelukannya
"Biarkan seperti ini sebentar saja. Aku sedang kesepian, tolong jangan pergi meninggalkanku." Ucap Arya yang membuat Dini berdebar
"Tu-tuan, Anda!!" Dini berusaha kembali melepaskan pelukan karena tidak enak hati
Arya malah kembali memeluk dini dengan erat, sampai Dini kekurangan pasokan oksigen karena pelukan yang erat itu.
"Katakan padaku jika kau tidak akan meninggalkan ku sendiri di sini!" Ucap Arya yang sangat mengkhawatirkan
"I-iya, Tuan. Saya tidak akan meninggalkan anda sendiri." Ucap Dini menjulurkan kedua tangannya ragu untuk memeluk kembali namun, sedikit regang ia berhasil meletakkan tangannya di punggung Arya. Hal itu membuat Arya semakin hangat dan membuatnya nyaman, Arya pun sedikit meregangkan pelukannya dan tidak terdengar suara setelahnya.
Karena tidak merasakan pergerakan kembali selama 2 menit, Dini semakin kebingungan kenapa tidak ada suara yang dihasilkan dan tubuh Arya pun semakin berat.
Ia mengelus punggung Arya dan menggoyahkannya namun, tidak ada jawaban. Hal itu membuatnya semakin takut dan khawatir, Dini menarik tubuh Arya melepas pelukannya. Dan apa yang dilihat, Arya tidak sadarkan diri, tubuhnya begitu lemas dan teraba panas.
Dini juga dikejutkan ketika melihat darah dari sudut bibir dan telinganya, ia terheran-heran apa yang harus ia lakukan untuk atasannya dalam keadaan tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka.
"Tuan!! Tuan, Tuan bangun Tuan. Apa yang terjadi dengan anda? Apa yang harus aku lakukan? Tubuhnya juga terasa panas, sepertinya dia sakit." Bicara Dini sambil menahan tubuh Arya yang berat menopang pada dirinya sedangkan dia memiliki tubuh kecil yang tidak bisa menengadah untuk menopang tubuh gagah tuannya
Dengan Terseok-seok membawa Arya untuk masuk ke ruangannya lalu, menemukan kamar istirahat milik Arya di dalam ruangan. Dini membawa Arya ke dalam dan membaringkan Arya di ranjang dengan size yang cukup besar. Dini memperlakukan Arya begitu manis, ia membuka sepatu Arya lalu, setelahnya menyelimuti Arya.
la duduk di samping Arya dan meletakkan punggung telapak tangan Arya. Merasakan rasa panas yang terhantar, Dini tahu jika Arya sedang demam. Ia semakin khawatir dan membukakan jas Arya agar hawanya tidak terlalu panas.
Betapa sibuk dan cemasnya ia ke sana kemari membuat air kompresan untuk Arya, lalu meletakkan kain kompresan tersebut di kening Arya.
"Tuan, Apa yang terjadi denganmu? Mengapa anda bisa seperti ini, sebelumnya anda baik-baik saja saat ingin pulang dan seperti biasa anda sempat membuat saya tertekan." Ucap Dini sambil mengambil kotak p3k untuk mengobati luka bibir dan telinga Arya
Dengan penuh perhatian dan hati-hati ditengah Arya yang sedang tidak sadarkan diri namun, tubuhnya yang mengigil. Dini lebih dulu mengobati luka dan membersihkan darah di bibir dan telinga, setelah selesai karena kebetulan di kotak p3k terdapat termometer, ia mengecek suhu Arya dan hasil pengukuran termometer menunjukkan suhu tubuhnya berada di angka 39,5° C. Tidak sia-sia ia belajar untuk menjadi seorang dokter, karena pada hari ini ilmu yang ia pelajari dan dapatkan sangat berguna untuk mengobati orang yang sedang sakit.
"Suhu tubuhnya tinggi sekali!" Ucapnya setelah mengetahui hasil pengukuran suhu tubuh
Untuk meredakan demam, Dini tahu apa yang harus ia lakukan. Salah satunya dengan tidak memakai pakaian tebal dan diganti dengan pakaian tipis alih-alih untuk menyetarakan suhu tubuh dengan suhu lingkungan dengan cara mengeluarkan panas melalui kulit.
Tentu saja dengan kondisi Arya yang masih memakai kemeja dan vestnya, untuk melakukan pengobatan tersebut ia harus melepaskan pakaian Arya dan menggantinya dengan kaos yang sudah ada di lemari ruangan tersebut. Untuk kedua kalinya, ia harus membuka pakaian seorang pria dan melihat badan dengan dada bidang dan roti sobeknya lagi.
"Tuan, Tolong maafkan saya. Saya bukan mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk melihat badan anda. Sebenarnya saya tidak ingin, tapi keadaan anda tidak memungkinkan saat ini." Ucap Dini sebelum membuka pakaian Arya
Setelah selesai mengganti pakaian Arya, Tubuh Arya semakin menggigil dengan tingkat kesadaran delirium. Dini kembali menyelimuti tubuh Arya, tubuh Dini sudah mulai berkeringat dingin walaupun hawa seisi ruangan dingin.
"Jangan ambil mainan ku, jangan sentuh barang milikku. Itu semua milikku!" Ucap Arya mengigau dan memberontak dalam tingkat kesadarannya
"Tuan, tenanglah! tidak ada orang yang mengambil barang milikmu. Tenanglah, semua baik-baik saja." Bicara Dini begitu sabar pada Tuannya
"Dia mengambil mainan ku, Bu. Tidak!! Jangan hukum aku ayah. Aku tidak bersalah, dia yang memukulku lebih dulu. Ayah jangan pukul aku! Jangan kirim aku ke asrama!" Arya meraih tangan Dini dan memegangnya erat. Dirasakan kuat cengkraman nya oleh Dini sampai ia tidak bisa melepaskan nya
Sekali lagi Dini menenangkan Arya dengan mengusap lembut pucuk rambutnya. Sambil berdalih, "Tuan, tenanglah. Tidak ada yang ingin mengambil barang milikmu. Kau baik-baik saja dan ayahmu, ayahmu tidak akan mengirim mu ke asrama." Bicara Dini menyeimbangi yang mencoba menenangkan Arya
Karena dalam keadaan Delirium Arya menarik Dini, hingga Dini jatuh tepat di dada bidang Arya. Arya kembali memeluknya dengan erat seperti sebuah guling.
"Dia berbohong, aku tidak memukulnya.ayah mengirim ku ke Asrama, jauh darimu, Bu." Bicara mengigau Arya kembali
"Tenang saja, ibu tidak akan membiarkan mu masuk ke asrama. ibu tidak akan membuatmu jauh dari ibu." Bicara Dini seolah-olah sedang berbicara seperti ibunya untuk memberikan ketenangan, dan ia tidak masalah dengan kondisi saat ini dengan Arya yang sedang memeluknya seperti guling
"Sepertinya Tuan memiliki ketraumaan di masa lalu, yang membuatnya seperti ini sampai sekarang. Kehidupan Tuan di masa lalu sangat begitu menyiksa dirinya. Banyak tekanan yang ia dapatkan dari orang sekitarnya, setelah mendengar ia mengigau, sepertinya ayahnya mendidik Tuan begitu keras sampai Tuan ketakutan seperti ini. Orang umumnya mengigau saat sedang stres, tertekan, atau cemas. Kemungkinan mengigau juga akan semakin besar bila seseorang mengalami depresi. Apakah Tuan seperti ini karena ada masalah dengan keluarganya di rumah? seperti yang diketahui Tuan kembali ke perusahaan setelah ia pulang." Ucap Dini dalam hati merenungkan
"Jangan tinggalkan aku, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Mereka semua jahat, jangan tinggalkan aku."
"Iya, Tuan. Saya tidak akan meninggalkan anda. Cepatlah sembuh." Ungkap Dini dengan memeluknya
rambut boleh sama hitam tp hati org tidak ada yg tau bkn
bergaul boleh seperlunya saja