Terbelenggu Oleh CEO Angkuh
Tabrak~
Seorang gadis yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak seorang wanita paruh baya yang berjalan dari arah berlawanan.
"Ma... maaf, Bu. Maaf saya tidak sengaja, saya bantu, Bu." Gadis itu membereskan barang yang berserakan di tepi jalan.
"Ini, Bu. Sekali lagi saya minta maaf ya, Bu. Saya tidak sengaja." Ucap seorang gadis dengan lembut dan rambut panjangnya yang terkibas oleh angin.
Wanita paruh baya itu terpesona saat melihat intens wajah gadis yang tidak sengaja menabraknya itu.
"Eh, tidak apa-apa. Gadis sebaik mu jarang lho, biasanya anak muda zaman sekarang jika menabrak seperti ini malah menyalahkan ibu. Maklum saja karena mungkin ibu sudah tua. Tapi kau tidak segan untuk meminta maaf." Ucap Wanita paruh baya itu yang berkisar usia 48 tahun.
"Em... i-iya, Bu. Sekali lagi saya minta ya, Bu. Karena saya yang terburu-buru dan tidak melihat jalan sampai membuat ibu terjatuh dan barang ibu berserakan. Apalagi barang-barangnya terlihat mahal, Jika ada yang rusak saya tidak bisa menggantinya."
"Iya, ibu sudah memaafkan mu, Nak. kau tenang saja. Oh ya sepertinya kau terburu-buru, ada apa?"
"Iya, Bu. Itu masalahnya, saya buru-buru sampai menabrak ibu kan. Maaf ya, Bu."
"Hahah... Kau ini meminta maaf terus. Memang nya ada apa?" Tanya wanita paruh baya itu ingin memastikan.
"Karena saya terlambat masuk kuliah, Bu. Jadi, saya terburu-buru."
"Owh iya... ini sudah pukul 07.45. Itu tandanya sudah terlambat, ibu juga memiliki anak di rumah seusia mu dan biasanya dia masuk kuliah itu pukul 07.15, itu tanda nya kau terlambat 30 menit." Ucap Wanita paruh baya itu malah mengajaknya berbincang.
"Iya, Bu." Balas Dini, Nama gadis itu, yang merasa gundah ibu itu terus berbicara panjang lebar, namun dia berusaha menanggapinya karena tidak baik menyela pembicaraan orang yang lebih tua menurutnya.
"Memangnya rumah mu di mana? Apa kau tidak diantar oleh orang tua mu."
"Tadi saya diantar oleh bapak saya dan sudah sampai di tempat kuliah, namun saya kembali lagi pergi keluar menuju tempat fotocopy, Bu."
"Kenapa??" Tanya ibu itu yang masih mengajak gadis itu berbincang.
"Saya lupa mencetak tugas saya, Bu. Maka dari itu saya pergi ke tempat fotocopy. Dan sekarang sepertinya saya sudah sangat terlambat. Saya permisi dulu ya, Bu. Ibu hati-hati dan sekali lagi saya minta maaf." Gadis itu berlari tergesa-gesa meninggalkan ibu itu karena sudah tidak memiliki banyak waktu lagi.
"Hei... tunggu dulu, Nak. Siapa nama mu?" teriak wanita paruh baya itu berusaha mengejar, namun gadis itu sudah terlalu jauh dan sepertinya gadis itu tidak mendengar dan terus berlari.
"Kasihan sekali gadis itu, Semoga saja aku bisa bertemu kembali dengannya." Gumam wanita paruh baya.
"Nyonya, mobil anda sudah siap." Ucap supir di sampingnya.
"Baik." Wanita paruh baya itu pun masuk ke dalam mobilnya, sembari matanya tidak lepas dari pandangan kosong pada seorang gadis yang sudah menghilang.
...***...
Universitas~
"Permisi... Maaf, Pak, Saya terlambat." Bicaranya dengan nafas yang belum stabil.
"Dini, kau ini yah! Sudah saya peringatkan masuk kelas tepat waktu, tapi ini yang kedua kalinya kau terlambat." Marah dosen pada Dini yang sedang mengajar saat Dini datang dan malah mendapati kedatangan Dini yang terlambat.
"Maaf, Pak, Saya mengaku salah, Tap..." Bicaranya terhenti.
"Sudah cukup! Hari ini kau tidak ada alasan, saya sudah bosan mendengar alasan mahasiswa di sini. Sekarang juga saya beri hukuman padamu untuk membersihkan seluruh toilet kampus!!" Titah dosen tegas dengan nada mengancamnya.
"Ba-baik, pak." terima Dini dengan lapang dada tanpa mengelak.
"Dan tugasmu, kemari berikan pada saya!" Perintah dosen diakhir.
"Ini, pak." Dini berbalik dan berjalan menghampiri dosen memberikan tugasnya.
"Dan ya, sebelum semua toilet bersih kau tidak boleh masuk kelas." peringatan Dosen.
"Baik, Pak, saya mengerti." jawab Dini pergi melengos meninggalkan kelas.
"Rasakan itu, hahaha..." Ucap teman sekelas Dini yang tidak menyukai Dini dan selalu mengusiknya, ia bernama Luna.
"Kasihan Dini, padahal tadi dia mengatakan pada kita jika ia lupa mencetak tugasnya. Padahal dia terlambat demi mengumpulkan tugas itu. Kita saja tidak tahu alasan dia terlambat seperti ini, bisa saja dia mengalami masalah bukan lama menunggu tugasnya selesai tercetak. Tapi dosen itu malah menghakimi tanpa mendengar alasan." ucap teman Dini bernama Rania, ia cukup kesal dengan keputusan dosennya.
"Pendapatku sama, Aku juga kasihan melihatnya." jawab Prisha. Sama-sama teman Dini dan mereka bertiga selalu bersama menjadi teman baiknya.
"Sudah semuanya diam!! Lanjutkan praktek kalian!!" ucap dosen yang meninggikan suaranya karena mahasiswa di ruang itu ribut.
Disela semua mahasiswa sedang melangsungkan proses pembelajaran, di sisi lain Dini pun sedang menjalankan hukumannya dengan membersihkan semua toilet yang lumayan cukup kotor.
Dari pagi sampai siang ia belum selesai menyelesaikan hukumannya, itu artinya ia tidak mengikuti semua mata pelajaran kuliah hari ini. Tidak masuk akal memang, tetapi dosen itu seketika merubahnya seperti office girl yang bekerja membersihkan bagian lingkungan universitas, bukan sebagai mahasiswa yang tugasnya mengikuti semua proses pembelajaran.
"Eh, Din. Kita bantu yah." Ucap Rania, dia dan Prisha mendatangi Dini yang masih berkutik dengan alat kebersihannya.
"Iya, Din. Kita bantu yah." timpal Prisha.
"Tidak apa-apa, kalian tidak perlu membantu, semuanya di sini kotor. Kalian pulang saja yah." Jawab Dini. Bukan apa, hanya saja ia tidak ingin merepotkan orang lain.
"Tidak apa-apa, Din. Lagipula kau sudah dari pagi membersihkan toilet, kau tahu juga bukan jika kampus ini besar sekali. Membersihkan satu toilet saja sudah lelah, lalu bagaimana bisa membersihkan semuanya hanya seorang diri." ucap Prisha.
"Iya, Din. Hari ini kita pulang lebih awal lho pukul 10.00. Seharusnya kita memanfaatkan waktu, kita bisa pergi ke mall untuk bersenang-senang." Ucap Raina.
"Tidak apa, aku sudah terbiasa. Kalian pulang saja. Supir kalian pasti sudah menunggu di luar untuk menjemput kalian."
"Iya juga sih, Ran, Supir ku pastinya sudah menunggu di luar." Ucap Prisha.
"Iya juga yah. Ibuku sudah menelepon ku juga. Aku lupa memberitahu supir untuk jangan menjemput ku dulu. Tapi Din, bagaimana dengan mu? Kau tidak apa-apa di tinggal sendiri?" tanya Rania.
"Sudah tidak apa-apa. Lagipula sebentar lagi akan selesai. Kalian pulang lebih dulu saja."
"Yasudah... jika seperti itu, kami pulang lebih dulu ya, Din. Maaf tidak jadi membantu mu." ucap Rania.
"Kau yakin, Din? Kau ditinggal sendiri di sini?" tanya Prisha tidak tega.
"Iya, aku sangat yakin." jawab Dini dengan senyum manisnya.
"Baiklah, kami pulang mendahului mu ya, Din. Sampai jumpa besok, ingat jangan sampai terlambat lagi!" ucap Prisha.
"Iya. Kalian hati-hati." jawab Dini.
"Ok, Sampai jumpa besok ya, Din." ucap Rania.
.
.
.
Tidak lama kemudian hukuman yang dikerjakannya telah selesai dikerjakan. Toilet menjadi bersih, dan Dini lolos dari amarah dosen yang marah jika hukuman yang diberikan tidak diselesaikan dengan baik oleh mahasiswanya.
"Syukurlah... akhirnya selesai juga." ucap Dini sembari menghela nafas panjang dan mengusap keringatnya.
Dini pun meninggalkan universitas di pukul 12.00. Tidak seperti yang lainnya langsung pulang ke rumah, setiap hari setelah kuliah selesai ia langsung pergi ke restaurant tempat ia bekerja. Di sana ia bekerja sebagai pengantar makanan atau delivery.
"Dini, untunglah kau akhirnya datang. Pesanan hari ini banyak sekali, sampai-sampai delivery yang lain hari ini kewalahan, dan untungnya kau datang juga. Sekiranya cukup membantu untuk mengantar sebagian makanan lain." Ucap Shinta pemilik restaurant sederhana itu.
"Maaf ya, Kak Shinta. Tadi aku mengerjakan tugas kuliah ku dulu." ujar Dini berbohong.
"Iya, tidak apa-apa, kakak tahu kok, tugas itu sebagian dari tugasmu sebagai mahasiswa juga. Yasudah kau ganti pakaian mu terlebih dahulu! Setelah itu, ini sebagian makanan kau yang antarkan yah. Alamatnya sudah ada. Kakak ingin mengurus yang lain di belakang."
"Baik, Kak." Dini pun bergegas mengganti pakaiannya yang bau kerak toilet di ruang ganti.
Restaurant tempat Dini bekerja tidak begitu besar dan bukan restaurant mewah. Pemiliknya yang bernama Shinta itu baru membuka restaurant tersebut. Dan sebuah keberuntungan yang luar biasa restoran tersebut ramai di kunjungi orang penting meskipun hanya restoran biasa. Mereka datang karena masakannya yang enak.
Dini mulai mengerjakan pekerjaannya sebagai delivery makanan ke tempat orang-orang bekerja di perusahaan ataupun luar perusahaan.
Setelah menjelajah beberapa perusahaan yang dia antar pesan makanan siangnya, Pesanannya pun tinggal satu tempat perusahaan lagi yang perlu ia antar.
"Perusahaan AMB Pratama group!! Ini kan perusahaan terkenal itu yang sudah lama berdiri, apa tidak salah perusahaan ternama dan berkelas memesan makanan di restaurant kami yang biasa. Kak Shinta mengatakan makanan ini harus sampai sebelum pukul 13.00 dan sekarang pukul 13.05 dan itu artinya aku terlambat lima menit mengantar makanan dan kopi ini." Dini pun langsung tancap gas melajukan motornya.
"Semoga saja waktu berubah seketika dan hari ini keberuntungan di pihak ku. Jika sampai pemilik perusahaan marah bisa-bisa mereka mengadu komplain pada kak Shinta dan kak Shinta kehilangan satu pelanggan. Aku harus cepat!" Sekali lagi dia menarik gasnya cepat, tidak peduli meskipun nyawanya akan hilang menabrak pengendara lain karena kecepatan tinggi.
Pukul 13.10~
Sampai di alamat perusahaan AMB Pratama Group dan langsung masuk membawa pesanannya.
"Permisi... Permisiii..." Dini terburu-buru masuk sampai menabrak karyawan di sana yang sedang berlelangan berjalan di koridor perusahaan.
"Heh dasar tukang delivery, Tidak sopan ya anda." Marah karyawan yang tertabrak sampai jatuh.
"Maaf... maaf." Teriaknya dengan sambil terburu-buru.
Di Ruang Presdir~
Seseorang tengah marah dan memarahi Asistennya.
"Mana pesanan hari ini? Apa kau sudah mengurus semuanya, hah? Sebagai CEO di perusahaan ini selain mengurus semua pekerjaan mengenai perusahaan, Aku harus menjunjung tinggi seorang karyawan yang bekerja. Mereka harus menerima asupan makanan dan minuman disela-sela bekerja." ucapnya marah besar meneriaki sang asisten.
"Maaf Presdir,,, Kami sudah memesan makanan tersebut dan pesanan itu sudah diantar dan diperkirakan akan sampai pukul 13.00 sesuai yang Presdir inginkan." jawab Asisten pribadinya menunduk, namun di sisi lain ia harus membela dirinya dengan menjawab atasannya.
"Kau tidak lihat ini sudah pukul berapa?!! Waktu sudah menunjukkan pukul 13.35! Di mana sekarang makanan itu, heuh?? Apa kau pikir aku bodoh?!" Bentaknya.
"Tidak. Bukan seperti itu, Presdir." ujar Asisten yang tertekan.
"Sudah batalkan pesanan itu, dan pesan di restoran lain!" Titahnya.
"Tunggu-tunggu,,, Pesanan kalian sudah datang. Maaf jika aku lancang sudah masuk tanpa seizin kalian." Gadis pengantar makanan itu barulah datang menuju ruangan Presdirnya langsung dengan menyelonong.
"Siapa kau? Beraninya masuk tanpa seizin ku. Siapa yang menyuruhmu masuk?" Kecam CEO itu yang geram orang sembarangan seenaknya menyelonong masuk ke ruangannya dengan pakaian lusuh.
"Em... Sa-saya, saya pengantar makanan. Kalian memesan makanan di Restaurant Shinta, kan? Itu adalah tempat kerjaku. Dan ini pesanan kalian, maaf atas keterlambatannya." jawab gadis itu cukup takut melihat tatapan elang dihadapannya.
"Apa kau tidak waras, heuh? Atau kau buta angka? Sampai kau tidak bisa melihat jam sudah menunjukkan pukul berapa sampai kau terlambat mengantarkan makanan kami!!" Hardik pria angkuh dan menyeramkan itu.
"Saya tahu, Tuan. Ini memang kesalahan saya. Saya tidak melihat pesanan harus sampai sebelum pukul berapa."
"Ternyata kau mengakuinya. Asal kau tahu sifat tidak disiplin dan bekerja malas mu ini pasti turun dari ayahmu. Gen orang tua bisa menurunkan sikap dan perilaku anaknya. Karena ayahmu yang pemalas, memungkinkan mu bekerja di usia mu yang masih terlihat muda seperti ini."
Dini yang semula menunduk seketika menatap lawan bicaranya dengan menatap tajam. Tentu saja Dini marah mendengar ayahnya diolok-olok orang lain, bahkan tidak ada satu orangpun yang mengenal baik ayahnya daripada dirinya sendiri.
"Anda boleh menghina saya, Tuan. Terserah anda ingin mengatakan apa pada saya. Tapi jangan pernah anda menghina orang tua saya apalagi ayah saya sesuai Tuan sebutkan tadi. Andai anda tahu ayah saya adalah ayah yang paling berjasa untuk saya. Walaupun memang kami adalah orang miskin, siang dan malam ayah saya selalu bekerja tanpa mengeluh panas atau hujan ayah saya tidak pernah merasa itu bencana. Dia tidak pernah bermalas-malasan seperti itu. Anda pikir ayah saya pengangguran, sehingga sifat pemalas turun pada anaknya? Anda salah, Tuan. Ayah saya memang berbeda seperti ayah lainnya, dia bukan seorang CEO perusahaan atau manager perusahaan. Tapi ayah saya adalah orang yang memiliki kuadrat tinggi dimata saya apapun itu pekerjaannya. Anda saja hidup sebagai pria angkuh yang merendahkan orang. Bagaimana jika anda memiliki anak dan anak tuan merendahkan ayahnya sendiri?"
"Dan sekarang terserah anda ingin memakan atau membuang pesanan anda, saya tidak peduli. Permisii..." Pergi dengan perasaan marah dan sedih bercampur aduk.
Orang yang mendengarnya pun tertegun.
"Em... Maaf, Presdir. Lalu, kita apakan makanan dan minuman ini?" Tanya Asistennya memecah keheningan.
Sorot mata yang sedang diajaknya bicara itu sangat tajam dan memerah, tangannya mengepal menahan amarah. Berani-beraninya ada seorang wanita yang meninggikan suara dihadapannya.
"Bagikan semua pada karyawan! Kita sudah membelinya. Jangan gara-gara wanita itu kita membuang uang untuk makanan sampah ini."
"Baik, Presdir." ujar Asisten itu pergi membawa makanan tersebut untuk dibagikan pada karyawan.
Asisten presdir yang bernama Damar itu adalah orang tersabar yang menanggapi semua permasalahan atasannya yang arogan.
Presdir utama atau CEO perusahaan AMB Pratama group itu bernama Arya Razvan Pratama, ia menginjak usia 27 tahun, ia adalah anak pertama sekaligus pewaris perusahaan ayahnya yang bernama Barma Pratama. Arya dikenal sebagai pria yang angkuh, kejam, keras kepala, cuek dan dingin. Awalnya perusahaan ini dibentuk dan dipimpin oleh ayahnya tapi hanya 5 tahun melakoni. Setelah itu, ia memberikan tanggung jawab sepenuhnya pada Arya, anak pertamanya untuk memimpin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Erlinda
awal cerita aja sidini sudah banyak melakukan kecerobohan..
2023-02-01
0
Apreillia
masih nyimak thor
2022-11-17
0
Anonymous
mampir
2022-09-14
0