Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.
Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.
Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rinnada yang Asli
'Nada.. kenapa berjalan sangat cepat?'
Suara gadis itu terdengar sangat membuat takut.
'Kau Nada, kan?'
Nada berlari dengan cepat. Napasnya terasa sesak. Dia terus berlari dan berharap suara itu menghilang.
'Nada, aku ingin istirahat. Jangan lari.'
Suara itu terdengar lagi. Nada berlari. Keringat bercucuran di wajahnya. Dia tak tahu mau lari kemana. Suara itu terus mengikutinya.
Lalu sebuah bayang perempuan menyerupai dirinya muncul tepat di depannya. Dia terperanjat. Terlukis senyuman samar di wajah perempuan itu namun gurat kesedihannya tetap terlihat.
Wajah itu menghilang.
'Nada, kau mengikutiku?'
Suara itu muncul kembali.
'Mengikuti apa? aku tidak mengikutimu. Kau yang mengikitiku' Batinnya saat itu. Tetapi lidahnya beku. Dia tidak bisa berbicara sepatah katapun. Lalu mendadak sebuah bayangan mencekat, seperti mencekek lehernya. Dia merasakan napasnya terhenti. Dia sesak. Dia ingin bernapas..
"Aaaahhh.. haaahh". Rinnada terbangun. Napasnya terengah-engah. Rambutnya basah akibat keringat di sekujur tubuhnya.
Dia mengambil air di atas meja kecil di samping tempat tidur. Meminumnya sampai habis tanpa sisa.
Rinnada melirik jam. Masih pukul 3 pagi. Dia sudah tidak mengantuk lagi. Di rebahkannya badannya. Dia mulai gelisah. Mimpi itu datang lagi dan lagi.
******
Papa Brian, Zaymusi, sudah diperbolehkan pulang oleh dokternya. Zaira membantu membereskan barang-barang mertuanya. Begitu juga Brian yang membantu mengganti baju Papanya.
"Zaira.." Zaymusi memanggil. Dia duduk di ranjangnya menatap menantu yang sejak tadi masih menyusuni bajunya.
Zaira mendekat. Dia duduk di kursi sebelah ranjang mertuanya.
"Berjanjilah padaku satu hal". Zaymusi memegang tangannya.
"Apa itu, Pah?" Dengan lembut Zaira mengelus punggung tangan mertua yang amat dia sayangi ini.
"Jangan pernah tinggalkan Ian". Zaymusi mengatakannya dengan mendadak. Tanpa tema obrolan. Tiba-tiba mengatakan itu. Lalu dia diam sejenak, menghela napasnya perlahan.
"Berjanjilah untuk memaafkannya jika Ian melakukan kesalahan kecil." Zaymusi terdiam lagi. Memandang tangan mungil Zaira yang menggenggam tangannya.
Brian menahan napasnya saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Papanya. Seperti mengetahui sesuatu tentang hubungan mereka saat ini.
"Mungkin permintaanku terdengar egois. Tapi Zaira, aku tau kau akan mengabulkan permintaanku. Karena kau mirip dengan istriku. Dia memaklumi kesalahan-kesalahan kecil yang selalu kulakukan". Suaranya terdengar parau. Lelaki ini memutuskan tidak menikah lagi semenjak cinta pertamanya meninggal.
"Namun.. jika dia melakukan kesalahan besar, dan hatimu membenci itu. Tinggalkanlah dia. Kau berhak bahagia. Zaira.. laki-laki yang benar-benar mencintaimu, tidak akan melakukan itu".
Zaira hanya diam. Dia hanya tertunduk. Kepalanya di usap lembut oleh Zaymusi.
"Walau cinta pertama telah hilang, akan ada cinta lain yang lebih indah. Cinta pertama tidak selalu berakhir dengan baik. Dia bisa membuatmu tersesat. Benarkan, ian?"
Brian hanya diam. Dia lebih memilih untuk mendengarkan saja. Sebab Papanya adalah orang yang bijak dalam menyelesaikan masalah. Dan untuk masalahnya kali ini, biarlah papanya yang membantunya menemukan jalan buntu di pikirannya.
"Aku tidak ingin ada penyesalan dalam hidupmu. Kau mengerti maksudku kan, Ian?"
Matanya mengalihkan pandangan ke wajah Brian. Dia bisa membaca guratan ketakutan di wajah anak satu-satunya itu.
"Aku mencintai ibumu lebih dari apapun di dunia ini. Aku bahkan rela tidak menikah lagi demi berjumpa dengannya di alam sana." Lelaki itu kemudian melanjutkan.
"Jangan meniruku. Karena jalan kita berbeda. Kau harus tahu itu". Zaymusi menghela napas. Dia memandang wajah menantunya yang mulai berlinang air mata. Melihat itu dia lalu menoleh Brian lagi. "Aku tidak pernah membuat ibumu menangis. Kau juga, jangan buat menantuku menangis".
Sempat terlintas di pikiran Brian, bertanya-tanya, apa yang membuat Papanya berkata demikian?
Tidak ada yang tahu, beberapa hari yang lalu, Zaymusi kedatangan seorang wanita cantik. Dia menyebut dirinya Rinnada. Dengan hanya mengantar bunga yang indah, dia memperkenalkan diri sebagai teman lama anaknya.
Tetapi Zaymusi tahu, bahwa gadis yang bernama Rinnada ini adalah cinta pertama anaknya. Memberi keindahan di hari-hari Brian yang dulu. Namun, Dia pulalah yang memberi luka dalam di hati anaknya.
Dia mengatakan kepada wanita itu untuk berhenti menemui Brian. Lalu wanita itu dengan gampang mengatakan bahwa Brianlah yang menginginkan pertemuan itu terjadi.
Mendengar itu, Zaymusi diam. Dia tahu, ada yang tak beres pada rumah tangga anaknya.
******
Rinnada duduk di sofa ruangan Brian. Wajahnya tak henti menatap Brian yang sibuk dengan laptopnya. Begini saja sudah membuat hatinya senang.
"Apa kak Andre ada?" Rinnada memecahkan keheningan diantara mereka.
"Tidak. Dia sedang ada pekerjaan di luar." Brian menjawab tanpa menoleh. Pekerjaannya sangat banyak hari ini.
"Apa aku mengganggumu?" Tanya Rinnada saat ia melihat Brian tak menoleh padanya.
"Tidak. Tapi aku sedang banyak pekerjaan, Rin".
Rinnada berdiri dari duduknya, menuju kursi Brian. Dia duduk di tangan kursi yang sedang diduduki Brian.
"Apakah istrimu tidak mengizinkanku mengandung anakmu?" Ucapnya lembut di kuping Brian.
Brian menutup Laptopnya. Bersandar di kursinya.
"Tidak". Brian menghela napasnya panjang. Sebab ia akan mengeluarkan kalimat yang akan Rinnada benci.
"Rin.." Brian menggenggam tangan gadis itu dengan lembut. "Mari berhenti".
Rinnada menarik tangannya dari genggaman Brian. Dia berdiri. Mengerutkan alisnya karena kesal dengan pernyataan Brian barusan.
Brian ikut berdiri. Mendekatkan dirinya kepada Rinnada. "Aku sudah menikah. Aku tidak bisa kembali, Rin".
Rinnada membuang wajahnya. Dia menahan air mata yang hampir keluar.
"Tega sekali". Gumamnya pelan sambil menghapus air mata yang tidak dapat di bendungnya.
"Rin.." Brian memeluk wanita itu. Ada sedikit gundah dalam hatinya. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Yang Dia tahu mengapa perasaannya sedikit berbeda pada wanita ini adalah karena dia sudah memiliki Zaira.
"Aku sudah menikah. Aku mencintai istriku"
"Tidak!" Rinnada melepaskan pelukannya. "Aku bisa melihat di matamu. Kau masih mencintaiku. Kau yang berjanji padaku akan menikahiku. Benar kan?" Suaranya menggema. Dia berteriak sebab Brian akan melepaskannya lagi.
Brian menghela napasnya, lalu mengeluarkan pita kuning dari dalam saku celananya. Tadi malam ia bermimpi, Rinnada menangis sambil memegang pita kuning itu. Entah apa maksudnya. Sebab sudah lama sekali ia tidak memimpikan Rinnada. Namun saat terbangun, perasaannya malah semakin tidak menentu.
Brian menyerahkan benda itu. "Ambillah. Aku sudah berjanji. Kalau dia tidak mengizinkanku, maka aku tidak bisa bersamamu."
Rinnada membelalak. Tidak pernah dia memikirkan hal ini terjadi. Dulu, janji Brian menyentuh perasaannya. Tidak mungkin dia mempermainkan perasaannya.
"Kau yang mengkhianati aku, Brian. Kau yang pergi meninggalkanku." Rinanda mengangis sesegukan. "Kau bilang takkan menikah jika aku mati. Nyatanya kau menikah bahkan saat aku belum mati."
Mendengar itu, Brian terdiam. Dia ingat janjinya itu saat di pantai bersama Rinnada yang asli. Dia menatap gadis yang tersedu-sedu itu.
Ucapan Andre yang mengatakan Rinnada mati berarti salah besar. Dia sempat mempertimbangkan ucapan Andre karena sikap Rinnada memang berbeda dengan Rinnada yang ia kenal dulu. Tapi saat ucapan itu keluar dari mulut Rinnada, dia menjadi yakin bahwa inilah Rinnada yang asli.
Rinnada beranjak. Dia berjalan ke arah pintu. Namun langkahnya terhenti. Brian menggenggam erat tangannya. Lalu memeluknya seperti tak mau berpisah. Brian merasa, Rinnada ini adalah Rinnada yang asli, Rinnada yang ia sangat cintai.
Bersambung....
(sumber gambar ilustrasi di atas: divedigital.*D)
cow gk tahu diuntung