NovelToon NovelToon
Phoenix Reborn

Phoenix Reborn

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Balas Dendam / Balas dendam. / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: LuciferAter

Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Sebuah Peluang

“Apa yang membuatmu begitu enggan?!” teriak Miaoling dengan frustasi.

Apakah ayahnya masih ragu terhadap kemampuannya? Atau jangan-jangan, Ayahnya berpikir kalau selama ini Jingxiang telah menunjukkan performa yang bagus dalam mengurus rumah tangga keluarga Huang? Miaoling tidak mengerti!

“Kau akan segera menikah. Hari-harimu akan disibukkan dengan persiapan pernikahan dan pelatihan etiket sebagai calon istri Pangeran Mahkota. Kau tidak akan memiliki waktu mengurusi urusan rumah tangga keluarga Huang,” jelas Huang Qinghao membuat Miaoling terasa ingin menepuk wajahnya sendiri.

Tentu saja! Bagaimana mungkin Miaoling melupakan hal penting ini!? Latihan etiket. Miaoling terasa mual hanya mengucapkan dua kata itu dalam hati.

“Kau bisa memberikannya kepadaku untuk sementara selagi aku mencari orang yang pantas untuk menggantikanku ketika nanti aku pergi,” sergah Miaoling lagi sebelum Qinghao kembali mengeluarkan alasan lain untuk menolaknya.

“Tidak. Kau hanya akan membuang waktu.”

“Ayah!”

“Huang Miaoling!” bentak Qinghao dengan tidak sabar. Dirinya baru saja kembali dari medan perang dan harus menghadapi begitu banyak masalah. Kepalanya terasa begitu pening. “Kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini?! Apa yang terjadi di antaramu dan Jingxiang?”

Melihat ayahnya mengharapkan sebuah penjelasan, Miaoling menarik napas. Apa gunanya menjelaskan kalau pada akhirnya Qinghao tidak akan memberikan apa yang dia inginkan?

Miaoling berdiri dari kursinya dan memberi hormat kepada ayahnya. “Malam sudah sangat larut. Ayah pasti lelah. Ayah … silakan istirahat. Miaoling pamit undur diri.”

Kalau dengan meminta Huang Qinghao tidak memberikan hal yang Miaoling minta, maka Miaoling harus mencari cara lain. Singkat kata, Miaoling harus mendapatkan hak asuh kedua adiknya dan plakat rumah tangga keluarga Huang. Selama Jingxiang memiliki kedua hal itu, Miaoling tidak akan bisa sepenuhnya melindungi keluarganya.

Alis Qinghao bertaut melihat Miaoling mundur begitu saja dan tidak menjawab pertanyaannya. “Kau tidak menjawab pertanyaanku.”

Sebelum Miaoling benar-benar menutup pintu, dia berkata dengan suara pelan yang cukup keras untuk Qinghao dengar, “Ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran.” Setelah itu, Miaoling menutup rapat pintu dan berkata kepada pelayan yang berada tidak jauh dari kamar Qinghao. “Siapkan air hangat untuk ayah dan persiapkan keperluan tidurnya.”

Di sisi lain, Huang Qinghao memijit pelipisnya. ‘Ada apa dengan gadis itu? Dia … dia seperti telah kerasukan!’

Kemudian, pandangan Qinghao beralih pada gulungan di sebelah pohon Anggrek itu. Qinghao perlahan membuka gulungan itu. Ternyata, gulungan tersebut adalah lukisan wanita cantik dengan hiasan bunga peony yang diselipkan dibelakang telinganya. Wanita itu tersenyum dengan begitu lembut dengan gaun berwarna ungu favoritnya yang diselingi sulaman emas.

“Xin er [1], aku sudah pulang,” ujar Qinghao. Kemudian, mata pria itu berkaca-kaca selagi benaknya berandai, ‘Andai saja kau di sini.’

Kalau istrinya masih berada di sisinya, maka semua ini tidak akan terjadi. Plakat rumah tangga akan dipegang oleh Wei Ningxin, begitu pula hak asuh kedua anak terkecilnya.

Di dalam hati Qinghao, sebuah pertanyaan kembali timbul, ‘Apa yang telah Jingxiang lakukan sampai-sampai Miaoling bersikap begitu keras kepadanya?’ Hal ini … harus diselidiki.

***

Setelah Miaoling membersihkan dirinya dan mengenakan pakaian tidurnya, dia duduk di hadapan meja riasnya. Qiuyue mengambil sisir kayu di meja dan dengan lembut mulai menyisir rambut Miaoling.

Di dalam hati Qiuyue, dia sedikit kebingungan. Kejadian di mana nonanya menghukum Jingxiang merupakan hal yang baru pernah dia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Tadi siang, para pelayan dan pengawal bergosip mengenai bagaimana Miaoling membereskan Jingxiang pagi ini. Kenyataannya, mereka sungguh puas melihat Miaoling menegur Jingxiang. Akan tetapi, siapa yang menyangka di malam hari, Jingxiang masih tidak jera dan seakan meminta Miaoling untuk menghabisinya.

‘Yah, kalau dipikir-pikir, ini semua salah Jing Yiniang karena bersikap semena-mena.’ Qiuyue tahu kalau Jingxiang mengira bahwa dengan kembalinya Qinghao ke kediaman, wanita itu bisa memperkuat kedudukannya. Siapa yang menyangka kalau Miaoling akan mengambil tindakan tegas dan menghukum wanita itu. ‘Memang sepantasnya!’ geram Qiuyue dalam hati mengingat penderitaan yang Wei Ningxin terima ketika mengetahui suaminya meniduri wanita lain, terlebih lagi wanita itu adalah seorang *******!

Miaoling meraih tangan Qiuyue yang tanpa sadar telah berhenti menyisir. “Qiuyue, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Miaoling sembari melihat ekspresi wajah Qiuyue dari cermin.

Qiuyue tersentak dan tersenyum. Dia kemudian melanjutkan sisirannya. “Tidak apa-apa, Nona.”

Bertahun-tahun lamanya Miaoling habiskan dengan Qiuyue di sampingnya. Tidak mungkin Miaoling tidak menyadari kalau ada yang sedang gadis itu pikirkan. “Kau merasa aneh dengan sikapku hari ini?” tanya Miaoling.

Pelayan itu terdiam membeku, lagi-lagi tak menyangka Miaoling bisa membaca pikirannya. Qiuyue kemudian menghela napas. “Sedikit. Aku merasa Nona telah berubah dalam semalam,” jawabnya jujur.

“Apakah kau takut?”

Pertanyaan Miaoling membuat Qiuyue terkejut. Kemudian, dia tertawa keras. Hal ini membuat Miaoling menatap Qiuyue seakan gadis itu telah kehilangan kewarasannya.

“Apa yang lucu?” Miaoling menaikkan alisnya, entah kenapa merasa kalau Qiuyue sedang menyerukan kalau dirinya sangat aneh.

Qiuyue tidak bisa berhenti tertawa sampai akhirnya Miaoling menjitak kepala pelayannya itu keras. “Aduh! Nona! Iya, iya, aku minta maaf!” Tangan Qiuyue mengelus kepalanya yang berdenyut karena pukulan Miaoling. “Kalau dipikir-pikir lagi, kau tidak berubah jauh. Masih kasar saja,” gerutu Qiuyue. Melihat Miaoling ingin menghajarnya lagi, Qiuyue segera menghindar. “Ah, iya, iya! Aku jawab! Aku hanya merasa kalau pertanyaanmu lucu,” jawab Qiuyue dengan bibir yang dimajukan.

“Apa maksudmu?” tanya Miaoling yang kembali menghadapkan wajahnya ke meja rias.

Tangan Qiuyue kembali menyisir rambut Miaoling. “Nona, aku sudah bersamamu sejak kau masih balita. Kita tumbuh bersama. Bagaimana mungkin aku takut padamu?” tanya Qiuyue. “Aku harap nona tidak menganggap pernyataanku sebagai sesuatu yang lancang. Tapi … di mataku, Nona seperti saudara perempuanku,” lanjut gadis itu membuat hati Miaoling tersentuh.

Miaoling tersenyum. ‘Saudara, katanya …. Tidak heran kau sampai rela mempertaruhkan nyawamu untuk diriku.’

Tiba-tiba, Qiuyue teringat akan suatu hal. “Nona, aku memiliki suatu hal yang ingin kuberitahukan padamu.” Qiuyue meletakkan sisir di atas meja. “Mengenai Tuan Muda Junyi.”

Mendengar ucapan Qiuyue, Miaoling memutar kepalanya untuk menatap pelayannya itu. Kemudian, dia menarik Qiuyue untuk duduk di pinggir ranjangnya. Mata Miaoling kemudian melirik keluar dan melihat bayangan dua orang penjaga di luar kamarnya.

Dengan suara yang sangat rendah, Miaoling bertanya, “Ada apa?”

Mengerti kalau Miaoling tidak ingin ada yang mendengar percakapan mereka, Qiuyue pun ikut merendahkan suaranya. “Tubuh Tuan Muda dipenuhi memar!” Kemudian, Qiuyue melanjutkan, “Sepertinya, Jing Yiniang tahu aku melihat hal itu. Dia pun menyogokku dengan beberapa keping emas.” Qiuyue mengeluarkan tiga kepingan emas dari sela yang berada di ikat pinggangnya.

Mata Miaoling menyipit. ‘Keterlaluan,’ desisnya. “Di bagian mana?”

Qiuyue meraba belakang lehernya dan berusaha menyentuh bagian tengah atas punggungnya. “Sekitar sini, sedikit lebih ke atas. Setelah itu, daerah telapak tangan ada garis merah, seperti dipukul dengan bambu tipis. Tidak hanya itu, ada juga di kaki bagian belakang, dekat mata kaki sini.”

Ekspresi Miaoling berubah khawatir dan kaget. “Sebanyak itu?” Adik kecilnya disiksa demikian rupa dan tidak ada pelayan yang berani memberitahu anggota keluarga yang lain. “Kenapa … tidak ada yang bilang?”

Tangan Qiuyue menopang dagunya dan dia mulai berpikir. “Sebenarnya, aku tidak yakin ada yang tahu mengenai hal ini selain Jing Yiniang. Aku sempat menanyakan hubungan Jing Yiniang dan Tuan Muda Keenam kepada beberapa pelayan di kediaman Jing Yiniang. Semuanya mengatakan kalau hubungan keduanya sangat baik.”

Miaoling mendecakkan lidahnya. “Qiuyue, itu karena mereka pelayan di kediaman Jing Yiniang.”

Lidah Qiuyue terjulur dan dia mengetuk kepalanya. “Benar juga.” Kemudian, wajahnya kembali serius. Qiuyue benar-benar merasa kasihan kepada Junyi. “Akan tetapi, memar-memar itu memang berada di tempat-tempat yang tidak terlihat. Tidak heran tidak ada yang pernah menyadari hal ini.”

Tangan Miaoling mengepal, kesal mendengar hal ini. Walaupun Junyi adalah adik yang berasal dari ibu yang berbeda, tapi bocah itu tidak bersalah. Dosa macam apa yang dia lakukan sampai harus menerima perlakuan seperti ini. “Lalu, setelah dia memberikan kepingan emas padamu, apa yang kau lakukan?”

Qiuyue mengangkat alisnya. “Apa lagi? Aku hanya bisa pergi dengan kepingan emas ini. Aku tahu kalau Jing Yiniang tidak akan melakukan apa-apa kepada diriku karena aku adalah pelayanmu. Akan tetapi, kalau aku membuat keributan, aku malah menambahkan masalah untukmu. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk memberitahu Nona mengenai masalah ini saja.” Sebuah senyum bangga menghiasi wajah Qiuyue.

Miaoling tersenyum tidak menyangka kalau pelayannya ini ternyata begitu ahli. Punggung jari telunjuk Miaoling mengetuk pelan dahi Qiuyue. “Luar biasa. Aku ternyata memelihara seekor monyet cerdik di sisiku.”

“Enak saja! Aku bukan monyet!” balas Qiuyue sembari menggendutkan dua pipinya dengan udara dan mengerutkan keningnya kesal.

Selagi Qiuyue mengekspresikan kekesalannya, otak Miaoling telah Menyusun sebuah siasat lain untuk menangani Jingxiang. Miaoling menepuk tangannya sekali di depan dada, mendapatkan sebuah ide. “Itu dia!” serunya.

Kaget dengan tindakan nonanya yang tiba-tiba, Qiuyue memiringkan kepalanya. “Apanya yang ‘itu dia’? Monyet?” tanya Qiuyue.

Miaoling menepuk pundak Qiuyue. “Qiuyue, aku memiliki tugas untukmu!”

***

Di sisi kediaman Huang yang lain, Wushuang sedang berada di kamar ibunya. Jingxiang terus meraung kesakitan akibat pukulan yang diberikan kepada bokongnya. Walaupun kulitnya tidak sampai terkelupas, tapi lebam biru pekat muncul dan wanita itu pun merasakan sakit yang tidak kunjung hilang.

Salah satu pelayan Jingxiang sedang mengoleskan salep selagi wanita itu terus merengek, “Ah! Sakit! Sakit!” Wajah Jingxiang meringis. “Huang Miaoling! Gadis sialan itu!” makinya tanpa segan-segan.

Wushuang yang mendengar hal itu segera berkata, “Ibu, jangan berbicara sembarangan.”

Mata Jingxiang melotot. “Apa katamu?! Sembarangan!? Putri wanita ****** itu membuatku seperti ini dan kau hanya bisa berkata ‘Ibu, jangan berbicara sembarangan’?!” geram wanita itu penuh dengan kebencian. “Sial sekali aku memiliki putri sepertimu. Apa gunanya wajah cantik kalau hati laki-laki saja tidak bisa kau ambil?!” Sepertinya, Jingxiang telah mendengar mengenai perjodohan Miaoling dengan Wang Zhengyi.

Di mata semua orang, Wushuang adalah seorang gadis yang lemah lembut. Oleh karena itu, sampai akhir, Wushuang harus bersikap seperti itu. “Ibu, aku memang bodoh. Akan tetapi, aku dan Pangeran Mahkota memang tidak berjodoh.”

Tangan Jingxiang menarik rambut Wushuang dengan kasar sampai wajah mereka begitu dekat. “Huang Wushuang, kau kira untuk mendapatkan hati laki-laki diperlukan jodoh? Tidak, dasar gadis tidak punya otak! Semua diperlukan perjuangan!” bisik Jingxiang dengan mata besar mengerikan. “Tidakkah kau lihat bagaimana Miaoling, gadis busuk itu, bersikap kepada kita pagi ini? Apakah kau siap seumur hidup diinjak-injak olehnya?”

Hati Wushuang membara mengingat cara Miaoling menatapnya … begitu merendahkan. Rasa sakit pada rambutnya membuat Wushuang ingin mencabik-cabik wajah ibunya. ‘Jalang ini berpikir melakukan hal itu semudah membalikkan telapan tangan?! Dia bisa masuk ke dalam kediaman ini karena Huang Qinghao dan Wei Ningxin adalah dua orang dengan hati yang terlalu baik. Memangnya, keluarga kerajaan ada yang sebodoh kedua orang itu?!’ gerutu Jingxiang dalam hati.

Walaupun di dalam hatinya, Wushuang memaki-maki ibunya. Akan tetapi, dia berusaha mengontrol emosinya. Dia harus tetap terlihat anggun dan mempertahankan reputasinya.

“Aku akan berusaha, Ibu,” balas Wushuang sembari menutup matanya.

Jingxiang melepaskan rambut Wushuang tiba-tiba dan membuat gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang. Mingyue segera menangkap Wushuang, khawatir nonanya akan terjatuh dan terluka, menutup jalan kepada masa depan yang cerah.

Ekspresi Jingxiang berubah sedikit kebingungan. “Akan tetapi, sikap gadis itu berubah dalam semalam. Seperti … telah menjadi orang yang berbeda.”

Wushuang menganggukkan kepalanya. “Aku rasa, kita harus lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan Kakak Ketiga mulai dari sekarang. Selain itu ….” Benak Wushuang kembali kepada kejadian tadi pagi. “Ada baiknya bila ibu meminta maaf kepada Junyi sesegera mungkin. Bagaimanapun juga, Junyi adalah darah daging ibu sendiri. Lebih baik kita mengurangi musuh dan mempertahankan teman,” saran Wushuang sembari berlutut di samping tempat tidur ibunya. Suara Wushuang hanya bisa didengar oleh Jingxiang.

Tiba-tiba, dari luar ruangan, seorang pelayan berkata, “Nona Keempat, ada suatu hal yang harus kusampaikan.”

Wushuang mengerutkan keningnya dan pamit kepada ibunya, “Aku undur diri terlebih dahulu, Ibu.”

“Pergilah,” ucap Jingxiang sembari mendengus.

Sesampainya di luar, Wushuang melihat seorang pelayan wanita telah menunggunya. “Ikut aku,” ucapnya. Setelah Wushuang telah berada cukup jauh dari kediaman ibunya, Wushuang balik menghadap pelayan itu. “Ada apa?”

Pelayan itu mengeluarkan secarik kertas yang dilipat dari lengan bajunya dan memberikannya kepada Wushuang. “Seorang pria memberikan hal ini padaku dan berkata aku harus memberikan surat ini kepadamu, Nona.”

Setelah Wushuang menerima kertas itu, dia membukanya dan membaca isi kertas yang ternyata adalah surat singkat. Mata Wushuang terbelalak dan sebuah seringai terlukis di wajahnya begitu dia menyadari siapa pengirim surat tersebut.

Tidak salah lagi, pengirimnya adalah Wang Zhengyi.

Shuang er, aku akan mencari cara. Kau tenang saja.

Singkat, tapi cukup untuk membuat hati Wushuang melompat senang. Bukan karena pria itu masih memiliki perasaan padanya, tapi karena dirinya masih memiliki harapan untuk masa depan yang dia inginkan.

‘Huang Miaoling, kau kira kau sudah menang, bukan?! Tunggu dan lihat bagaimana aku akan mengacaukan semua kebahagiaanmu!’ Wushuang beralih kepada Mingyue. “Mingyue, siapkan kuas dan kertas. Ada pesan yang harus kukirimkan.”

_____________

[1] Xin er: panggilan Huang Qinghao untuk Wei Ningxin

_____________

A/N: Hallo, wahai readers! Singkat kata, vote, like, comment, and shareee! Hahaha, rasanya kalian eneg kali yah kalo Thor tulis Author's note panjang2. Kek bawel banget nih orang. lol.

BTW, di bawah ada ilustrasi untuk Jingxiang dan Wei Ningxin yaaaa. Yang mana yang cantik??

 

 

1
Rosmalinda Sary
cie ketemu ibu mertua🤣
Ririn Santi
bgmn bs yanan tdk mengungkapkan kata kata terakhir sahabatnya ttg racun kpd kaisar? yg pd akhirnya kesalahan diletakkan pd junsi
Ririn Santi
kaisar yg egois. meninggalkan istri yg hamil sendirian hny utk ucapan maaf.
Ririn Santi
uuuuh....kehidupan yg mengerikan, jauh dr kata tenang
Ririn Santi
itu sebabnya klu ingin pny istri byk jgn di kumpulkan di satu tempat. mudah bg salah satu utk menyakiti wanita lainnya.
Ririn Santi
egoisnya kaisar dan permaisuri , demi kekuasaan yg tdk memperdulikan peraasaan miaoling.
Ririn Santi
cakeeeeep
Ririn Santi
kapan sih si selir itu dpt balasan puncaknya?
Ririn Santi
kehidupan istana penuh dg tri dan intrik demi ambisi, kekuasaan dan kekayaan.
Ririn Santi
gubraaaak😲😲😲😲😲😲

😭😭😭😭😭😭
Murni Dewita
wah sehati dengan pangeran keempat
Murni Dewita
😂😂😂😂😂🤣
Murni Dewita
👣
Ririn Santi
wafuh trik dan intrik istana bikin tegang aja sih.
Ririn Santi
wah gak sadar aku nangis thor
hiks....m
Ririn Santi
wah 2x dipermalukan di hadapan khalayak persis setelah pertunangan benar" double kill. minta pembatalan aja atuh
Ririn Santi
hayo bisa gak kamu melepaskan diri dr perjodohan ini ling'er?
Ririn Santi
makan tuh umpanmu sendiri hahaha
Milaayu
tapi semua yang baca jd tau loh perdana mentri liang
Milaayu
Mu Buhui berubah menjadi Mu bodohi wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!