Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kutukan Untuk Steve
"Kamu pikir aku hantu!" Kayla mendengus.
Arden menarik tangan Kayla agar bisa melihat penampilan yang katanya sungguh si gadis gendut impian Arden. Ia mengelilingi wanita itu. Menatapnya dari atas sampai bawah.
"Apa benar ini Kayla?" ucapnya. "Jangan-jangan ini kembarannya. Kenapa jadi cantik dan tubuhnya!" Arden meraih pinggang Kayla yang berhasil membuat wanita itu kaget. "Sayang, tubuhmu menawan."
Kayla sudah cukup bersabar atas perkataan dan perlakuan Arden. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi Arden malah semakin mempererat pelukannya.
"Rasakan ini!"
Kayla menginjak kaki Arden, mendorong wajah pria itu sejauh mungkin hingga Arden sendiri melepaskan pelukan tangannya.
Arden berjingkat-jingkat karena tumit runcing yang Kayla tekankan pada sepatunya. "Kamu gila apa?"
"Siapa kamu? Beraninya menyentuhku!" ucap Kayla.
"Semua orang melihat kalian," kata Mike.
Kayla dan Arden melihat ke sekelilingnya. Benar saja apa yang diucapkan Mike. Para tamu memusatkan perhatian kepada mereka. Wajah Kayla merah padam. Ia tidak tahu harus apa sekarang. Ini sungguh memalukan.
"Sepertinya aku tidak bisa makan malam bersama kalian," ucap Kayla. "Aku permisi dulu."
"Tunggu, Kay," cegah Arden.
Kayla tidak menggubris ucapan Arden. Ia langsung saja pergi dari restoran demi menyelamatkan wajahnya. Arden juga sama, ia menyusul Kayla yang berjalan keluar lebih dulu.
"Kayla!" seru Arden.
Kayla menuju bagian depan kapal atau haluan dengan Arden mengikutinya dari belakang. Arden sungguh sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabat kecilnya.
"Tunggu Kayla!" Arden meraih lengan wanita itu dengan kuat hingga tubuh mereka bertabrakan.
Kayla mendorong Arden, ia mundur beberapa langkah. Menjaga jarak demi pria yang telah ia anggap asing sejak Arden memutuskan hubungan mereka. Ralat! Kayla yang lebih dulu mengucapkan tidak ingin saling kenal.
"Ada apa?" Kayla melipat tangan di perut.
Arden melepas jas yang ia kenakan, lalu melemparnya tepat mengenai kepala Kayla. "Pakai. Kamu tidak kedinginan dengan pakaian terbuka seperti itu?"
Sabar, sabar. Kayla menarik jas dari kepalanya kemudian memakainya. "Terima kasih."
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Arden.
"Memang ini kapal milikmu? Aku kemari karena ingin liburan," jawab Kayla.
"Kamu tau maksudku, Kay. Jelaskan apa yang terjadi. Di mana Steve? Kamu datang bersamanya?"
"Aku liburan sendiri. Menikmati masa lajang."
"Omong kosong! Bukannya kamu menikah tiga hari yang lalu?"
Kayla bertepuk tangan. "Wah! Sahabatku sayang. Kamu mengingat tanggal pernikahanku. Kamu bilang ingin melupakanku."
Arden berdecak. Ia melangkah, meraih tangan Kayla, dan membawa wanita itu bersandar di pagar pembatas kapal. Mereka memandang lautan dalam di bawah sana.
"Apa yang terjadi, Kay? Kamu berubah," ucap Arden.
"Kenapa? Sekarang apalagi yang akan kamu katakan. Kayla gendut. Kayla kurus. Kayla jelek atau apa? Keluarkan saja kata-kata menusukmu yang membuatku seperti ini. Keluarkan saja sumpah serapah, kutukan yang ingin kamu berikan padaku," tutur Kayla.
"Kay, aku tidak bermaksud begitu. Mana mungkin aku mengutukmu."
"Mana mungkin? Biar aku ingatkan padamu, Arden!" sorot mata Kayla tajam menatap teman kecilnya. "Kamu pernah mengatakan aku gendut. Wanita sepertiku tidak layak bersama Steve yang tampan. Kamu mendoakan agar pertunanganku batal. Aku wanita paling buruk. Siapa pun tidak pantas untukku. Siapa pun! Dan itu terjadi. Semua ucapanmu menjadi kenyataan, Arden!"
Arden tersentak mendengarnya. "Kayla, apa yang terjadi? Jelaskan padaku."
Kayla menutup wajahnya. Ia terisak di dalam sana. Arden meraih tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Ia memeluk Kayla dengan erat.
"Dia menikahi wanita lain," ucap Kayla.
Mata Arden terbelalak mendengarnya. Kayla mengulurkan kedua tangan memeluk pinggang Arden, membenamkan wajah di atas pundak pria itu. Tidak peduli kemeja Arden basah oleh air matanya. Kayla memang membutuhkan seseorang di sisinya.
"Pernikahanku batal. Itu semua karena wajah dan bentuk tubuhku, kan?"
Batal? Apa yang terjadi? Arden menggeleng. "Tidak, tidak. Kamu cantik, Kay."
"Kamu yang mengatakan aku jelek."
Andai Arden bisa jujur dengan apa yang ia rasakan mengenai Kayla. Sungguh ucapan seperti itu hanya ingin menarik perhatian wanita yang selalu ada di hatinya.
Arden tidak ingin Kayla bersama pria lain. Hanya padanya. Kayla yang gendut cuma untuk dirinya. Dari kecil hingga dewasa hanya Arden yang boleh menindas dan menghiburnya.
"Steve mencintaimu, lalu kenapa tega berbuat seperti itu? Katakan padaku, Kay. Apa yang membuat dirimu kalah dari wanita itu?" tanya Arden. Ia mendorong pelan tubuh Kayla, menghapus lelehan air mata dari pipi wanita itu. "Jangan menangis, Kay. Wajahmu akan terlihat jelek. Lihat ini, maskaramu belepotan."
"Karena wajah ini dia mengkhianatiku. Dia bilang Evelyn sangat cantik dan seksi. Steve berdebar-debar saat bersamanya. Mereka bersenang-senang, sedangkan bersamaku Steve tidak dapat melakukan itu," ucap Kayla.
"Steve Sialan! Aku mengutuknya hari ini juga," kata Arden. "Kamu itu cantik dan seksi, bahkan tidak ada wanita sepertimu, Kayla. Aku menyukai tubuhmu yang berisi padat itu, dan sekarang malah semakin luar biasa."
"Luar biasa?" ulang Kayla.
"Aku suka penampilanmu sekarang. Sangat pas. Tidak kurus dan tidak gendut. Bagian depan dan belakangmu tetap terisi padat. Oh, aku suka ini."
Kayla mengusap wajah Arden. "Apa-apaan kamu! Dasar pikiran kotor!"
Kayla mendengus, ia melangkah pergi, tetapi Arden kembali mencegahnya. "Aku serius," ucap Arden.
"Jauhkan tanganmu dariku."
"Tadi kamu baru saja memelukku," kata Arden.
"Itu karena suasana hatiku. Aku masih menganggapmu teman kecil. Aku lupa jika kita adalah orang asing."
Lebih baik begitu karena aku tidak bisa mendekatimu atas nama sahabat. "Ayo, kutuk Steve bersama."
"Mengutuk Steve?" tanya Kayla.
Arden mengangguk. "Iya, kita kutuk Steve bersama-sama."
"Kamu dulu. Aku akan mengikutimu."
"Oke, dengarkan aku baik-baik," ucap Arden. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya. Beberapa kali seperti itu seolah mengumpulkan kekuatan. "Aku mengutukmu pria sialan! Semoga kamu tidak bahagia!" Arden berteriak keras. Ia terengah-engah. "Giliranmu, Kay."
Kayla mengangguk. Ia melakukan apa yang Arden lakukan tadi kemudian berteriak keras. "Semoga kamu mandul Steveee!"
"Itu terlalu kejam," sahut Arden.
"Sungguh!"
"Dengar apa yang ingin aku katakan." Arden kembali berteriak. "Kamu impoten Steveee!"
Kayla menutup bibirnya. Matanya terbelalak atas kata yang Arden lontarkan. "Kamu lebih sadis dariku."
"Istri yang dibanggakan oleh Steve akan membuangnya jika ia impoten," ucap Arden.
Kayla tertawa mendengarnya. "Mulutmu penuh cabai."
"Biar saja. Dia melukaimu dan aku belum bisa membuat perhitungan padanya."
"Aku mengirimkan pohon kaktus dan papan nama di hari pernikahannya," kata Kayla.
"Sayang sekali kamu tidak mengajakku. Aku akan membawa pasukan. Melempari mereka dengan telur busuk," ucap Arden.
Lagi-lagi Kayla tertawa. "Kamu akan masuk lembaga keadilan jika berani melakukannya."
"Asal kamu puas, aku berani melakukannya."
Keduanya terdiam. Suara cacing-cacing meronta terdengar meminta makan. Arden dan Kayla tertawa bersama.
"Aku lapar, tapi malu untuk kembali ke restoran. Ini semua karenamu," kata Kayla.
"Ikut aku. Kita makan di kamar saja."
Bersambung